10/03/17

Sajak sajak kota



Sajak - sajak beberapa kota.
Jakarta oh jakarta.
Romo Ro Wl Ma
Diantara deru kenalpot dan asap mengusap muka, lalu saja kau cerita ego
Tentang anak-anak negeri perempatan, orang-orang kehilangan keorangan, sumpah serapah sewarna wajah pesolekmu.
Kerling bola matamu memesona siapa tuk hampiri hanya tertipu kerap lalu serupa rautmu sesal pun tak.
Riuh klakson memburu seolah tiada waktu tak perduli siapa, gilas tergilas, tampar tertampar, damprat terdamprat, pangkas terpangkas, singkir tersingkir, ini jakarta sobat bilangmu membilang bilang tiada henti.
Di jemari terkepal surat bukan takdir tapi nasib, pun teriakmu
Harus berani, jegal jegali, , hidup hidupi, makan makani lantaran itu perempuan perempuani, lelaki lakii, kau ubah apa.
dari apa pun apa
pada siapa pun siapa
mengapa pun mengapa
daripada pun daripada
darimengapa pun darimengapa
daripadamengapa pun daripadamengapa
tiada pun tiada
waktu pun waktu
tiadawaktu pun tiadawaktu
(Gambir jakarta, Medio Juni'15)
--------------------------------
Sajak Nukilan Sendawar.
Romo Ro Wl Ma.
Seorang nelayan menebar
Jaring diantara kabut
Berasap
Mendapat hispa tersangkut
ditepian mahakam
Rembulan jelaga merintih
Seperti Mentari tak berdaya
merintih diàntara luruh dedaunan
Wajah bumi borneo sama
berbedak tipis
Diantara percik api reranting melenguh asap mengusap asah
(Sendawar menyengat dikelam malam serupa pedupaan)
[Hulu mahakam, jelang malam 19 oktober]
------------------------------
Surakarta kisahmu
Romo Ro Wl Ma
Solo diwaktu malam
Menyejuk direrindang
Kaki lima kerlap kerli merayu
Wedang jahe rebusan singkong
Jagung mengepul
Nikmat dalam rasa tiada tara
senyum putri solo hangat
Terpesona.
Gerimis tipis kisah mereka yang lalulalang
Mari, sumonggo kangmas
Berdiang bersama
Cerita malam
Sembab pada wewangi menusuk
Tak perduli suami apa atau istri siapa.
Rinai diluar rinai dihati
Solo rupamu lain kini.
(RWM, medio oktober)
----------------------------------
Samarinda, kisah wajah - wajah
Romo Ro Wl Ma
Kisah lubang tambang dan cerita pokok - pokok tumbang
Tak mengubah dirimu sobat
Kecuali para perantau menyesaki tubuh
Wajahmu tak pernah ceriah
Becek, kumuh memupur gambar kapan saja
Dan tiap waktu datang banyak tamu
Lalu berak dan kencing di tubuhmu
Samarinda, ach geliatmu kini
Adalah kisah para perantau saja
Tak ada anak negeri terlebih anak tunggal
Ulun, Awak, Iko, kulo, ahu, kita, aku, nakke, Eta, aneka bunyi
Jawa, Toraja, Batak, Banjar, Kutai, Daya, Minahasa, Sunda, Bugis, China, Nias, Maluku, Papua, Madura, mencoret warna
Maka ketika itu
Lembah jadi kubangan
Hutan berubah tandus
Borneo adalah Kalimantan
Yang menyimpan harta
Tepian Mahakam, 2016
----------------------------------
Antara Cerebon - Tuban.
Romo Ro Wl Ma.
ngobrol diremang malam
duduk dibangku panjang
nikmati gorengan yuk Ina
segelas kopi aroma beras
selalu terasa pesona
bercakap dipekat malam
baring dibale bambu
rasai jemari Iyem
dari aroma minyak kopra
selalu melepas lelah
berbisik pada gelap malam
terlelap kamar pengap
terlena dalam dengusan
buruh memburu
antara saudagar dan pembayar
bertutur tentang malam
tak perduli siapa
yuk Ina atau Iyem
aroma dan wewangi
selalu menemani
Berjalanlah dari Cerebon menuju Tuban
tak kentara antara aparat dan preman
tak jelas antara penipu dan penelikung
sebab warung dan lapak tak beda
sebab moral dan ingkar sama
selalu sama
selamanya sama
Yuk Ina dan Iyem selalu ada, dimana tempat
menantimu.
( cerita dan kisah Pantura! Pekalongan, awal oktober 2013)

RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: