10/11/22

Ke-Surga atau ke-Dunia?

Renungan Kebudayaan tentang : Ke-Surga atau ke-Dunia ini?

Kampanye paling laku (kalau tak mau di sebuat jualan) oleh agama-agama ialah ke-Surga untuk menghindar dari Neraka. Dan hampir semua agama-gama melulu bicara soal dua hal itu. Seolah-olah ketika TUHAN menciptakan Manusia maka hanya dua pilihan untuk di jalani, di lakoni, yaitu menuju surga atau neraka.
Padahal semua orang beragama itu masih hidup dan tinggal di Dunia ini. Dunia dimana semua orang beragama itu mencari nafkah, minum, memiliki rumah, punya mobil, bekerja, mancing, main domino, bertetangga, bermasyarakat, bergaul dengan semua orang, rame-rame di jalan raya atau toll, senang-senang di Mall atau super market, dst-dst. Lho apa iya, dunia ini, sesama manusia, sesama mahkluk di ciptakan 'hanya' untuk kepentingan masuk surga atau kerugian masuk neraka? Apa iya dunia ini nggak penting untuk agama-agama itu? bahwa Dunia ini hanya seperti terminal atau stasiun atau pelabuhan atau airport untuk menuju surga atau neraka?
Padahal semua pengajaran suci, pengajaran agung agama-agama itu justru berpusat pada dunia ini.
Sebagai contoh misalnya : peng-amal-an atau mempraktek iman itu justru dalam dunia ini. Menolong sesama manusia (sesama mahluk), rukun dan damai pada tetangga, pada se-iman, pada yang berlainan iman, pada yang tidak sesuku, pada yang tidak sebahasa, pada yang tidak senegara, pada yang tidak sebangsa, menolong orang miskin, membantu yang dilanda bencana dan perang, bukankah semua itu ada dalam duinia ini?
Mestinya...ya seharusnya dunia ini makin baik jika menilik dari pengajaran agama yang indah dan agung itu bukan?
Suatu kali sobat Galilea pernah mengatakan begini : Kasih pada Allah itu mesti dengan segenap hati, sepenuh jiwa dan segenap akal budi.Tapi ingat kasih pada Allah itu sama dengan kasih kepada sesama dan diri sendiri.
Pertanyaan pertama : Allah itu dimana? Yah diatas sana di Surga/Nirwana, tempat kudus.
Trus manusia seperti diri sendiri itu dimana? Ya di dunia ini. Lha kalau mengasihi Allah itu sama dengan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, berarti kasih itu tidak terlepas dari ecosistem, habitat, lingkungan manusia berada bukan? Ya, alamnya, ya masyarakatatnya, ya sistem-sistem moral dan etis, ya adat istiadatnya, intinya semua itu berada dalam dunia ini.
Jadi sesungguhnya, perhatian agama-agama terhadap dunia ini adalah bagian penting dari pengajaran agama-agama itu.
Ach mungkin tiap agama harus berani meng-interprestasi, menafsirkan ulang, melihat kemabli pengajaran-pengajaran agung itu untuk lebih akrab dan memuliakan serta merayakan dunia sebagai tempat hidup bersama seluruh mahluk.
Salam dan doa.
Romo Marthen, Pemerhati dan pegiat kebudayaan. Pendamping umat di GPIB. Foto : Musyawarah Kesenian Jakarta by Joel Taher



RWM.BOONG BETHONY