ALLAH
yang menderita ditengah pesta natal
umatNYA
REALITAS SEKARANG.
Rob Colection |
Perayaan Natal adalah ritual kekristenan yang heboh dan
juga paling boros. Hal itu terlihat dari riuhnya perayaan natal dimana-mana.
Saya tidak tahu apakah ada survei khusus untuk : berapa beaya dan berapa kali
perayaan itu dilakukan sepanjang bulan desember sampai januari : oleh gereja
(baca: jemaat-jemaat) oleh
persekutuan-persekutuan, atas nama ketegorial , gender atau juga atas nama
asalmuasal (suku - daerah), maupun oleh latar belakang pekerjaan sampai
pada yang sekedar pamer symbol-symbol /tanda-tanda sedang natal . Jika ada,
kita pasti terkejut mendapati hasilnya. Paling tidak survei itu bisa dilakukan
di GKJ atau GKI.
Perayaan natal, banyak juga menyebut “pesta natal”, moment yang selalu ditunggu tiap orang
kristen. Baik untuk kebaktian menyambut natal (24 Desember) pun kebaktian natal
tgl. 25 Desember dan tentu saja Perayaan Natal. Untuk moment yang satu ini
tidak cukup hanya berupa kebaktian menyambut dan kebaktian natal. Sebagian
bahkan merasa aneh, kurang afdol, tidak lengkap, jika tidak ada perayaan atau
pesta natal. Aneh! Tapi itu yang ada di benak tiap orang kristen. Jangan tanya jika
gedung gereja, rumah, atau gedung
lembaga-lembaga kristiani selalu dihias semeriah mungkin. Tiap keluarga,
disamping menghias rumah, juga menghidangkan aneka kue, minuman dan perment
termasuk juga (mungkin) angpao/amplop untuk tamu-amu yang berkunjung. Pokoknya,
Natal harus meriah! Meriah indentik dengan perayaan kalau tidak ya pesta. Jadi tidak heran, jika Natal saat ini menjadi acara perayaan
atau pesta!
REALITAS SEPUTAR KELAHIRAN YESUS.
Padahal, menilik dan menelusuri kisah-kisah dalam Kitab
suci (ALKITAB) cerita kelahiran Yesus, justru
memedihkan, menyedihkan, pilu dan jauh dari kesan keriuhan. Atau mungkin karena
malam menjelang Yesus lahir para malaekat bernyanyi-nyanyi riang dan para
gembala menyambut sukacita berita kelahiran itu; juga para majusi yang tanpa
lelah dan tanpa takut bahaya menempuh perjalanan jauh untuk menyambut kelahiran
Yesus.
Jika ditelisik lebih dalam :
- Nyanyian para malaekat pun bukan sesuatu
perayaan apalagi pesta.
Mereka bernyanyi riang memuliakan Allah yang turun ke
Bumi.
- Para gembala gembira menyambut beritanya
dan sertamerta mencari
dimana IA dilahirkan.
- Para malaekat bernyanyi riang
gembira dalam pujian, kelompok
Gembala menyambut dan mencari Sang Bayi Yesus.
- Dan ketika menemukan,
Gembala-gembala domba itu sujud dan
memberi persembahan sebagai tanda ungkapan
syukur.
- Sama seperti orang-orang majus
dari Timur; mencari, menemukan,
menyembah dan bersyukur sambil memberi
persembahan.
Coba perhatikan aktifitas ketiga
kelompok itu.
Malaekat bernyanyi gembira menyambut dan juga
mengabarkan berita gembira pada seluruh mahkluk dan alam raya.
Para gembala bersukacita menyambut berita itu, lalu
mencari, menemukan, menyembah dan bersyukur.
Demikian juga sikap orang-orang Majusi. Mencari,
menemukan, menyembah dan bersyukur.
Mungkin aktivitas ketiga kelompok itu dianggap sebagai
suatu perayaan atau pesta, sehingga menyambut Natal, dianggap sebagai kegiatan
perayaan dan pesta. Apakah salah? Tentu tidak, karena setiap orang berhak
melakukannya, apalagi jika perayaan itu dilaksanakan dengan embel-embel membantu Panti A atau Panti B, bisa juga
untuk anak-anak yatim piatu, anak jalanan atau bantuan untuk gereja a di dusun
terpencil, dst. Tergantung bagaimana kepanitiaan itu berkreasi dan
menterjemahkan Thema yang biasanyas udah ditetapkan jauh-jauh hari bahkan
jauh-jauh bulan.
Penghayatan terhadap “mengingat rayakan kelahiran
Yesus” beberapa dekade kebelakang banyak mengalami perubahan (kemajuan?) Yaitu
dari Gedung Gereja ke Luar gedung, dari Ibadah natal ke Perayaan natal. Dari
sukacita natal menjadi pesta natal. Di
awal bulan desember hiasan natal berupa asesoris, lampu-lampu hias dan pohon
natal mulai dipasang. Lagu-lagu dan kidung natal juga mulai terdengar
dimana-mana. Iklan-iklan dari TV, Radio, Internet dan buletin bahkan majalah,
koran harian dan mingguan ikut meramaikan suasana itu. Promosi perayaan natal
dengan pengkhotbah a atau pembicara c diselenggarakan di Hotel U atau Restoran
B bahkan stadion-stadion juga dipakai untuk acara natalan. Makin seru bukan?
Lalu bagaimana seharusnya menyambut Kehadiran Tuhan di
Tengah kehidupan bersama?
Telaah Bacaan Firman.
Kita perhatikan bahan bacaan Minggu ini : Dari Yesaya
63 : 7 – 9. Penulis Yesaya dengan tegas dan lugas mengungkapkan Pujian atas
segala perbuatan Allah terhadap umatnya yang penuh kasih.
Menurut penulis Yesaya, Segala perbuatan Allah itu yang
patut disebut-sebut. Disebut dalam bentuk seperti apa? Dalam konteks Kitab
Yesaya adalah Penyembahan dan dan Pujian. Penyembahan atau bersembah hanya
kepada Allah! Mengapa hanya kepada Allah? Yesaya menjawab “karena semua yang
dilakukan Allah dalah untuk kebaikan manusia, bahwa Allah dengan serius
menyatakan bahwa Umata Israel (baca Umata Allah) adalah UmatNya. MilikNya!
Kepunyaan Allah! Bahkan Allah bertindak langsung, bertemu langsung! Ada bersama
dengan manusia. Hadir ditengah Manusia. Dan
secara ‘Humanis’ digambarkan pula oleh Yesaya bahwa Allah Mengangkat dan
Menggendong Umatnya” Yesaya 63 : 7 – 9.
Bukankah penggambaran Yesaya itu luar biasa? Tentu
Yesaya menggambarkan tindakan Allah seperti itu karena Yesaya mengalami
langsung bagaimana Allah siang-malam, tiap waktu ditopang oleh kekuatan yang
Dahsyat itu. Karena itu Yesaya berkata : “Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan
Kasih Setia TUHAN......dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar” (Yesaya 63
: 10). Bagi Yesaya menyebut perbuatan Allah adalah persembahan, puja dan puji
untuk Allah! Sesuai dengan kasih setia Allah yang besar. Jadi tidak dibuat-buat
atau dikarang-karang pujian itu! Perhatikan kata Sesuai. Yesaya mengulang
bunyi itu tiga(3) kali. Sesuai berarti : Seperti, Sama persis! Jadi tidak
dibuat-buat atau dikarang-karang! Mari Puji Allah sesuai perbuatan Kasih
SayangNYA yang besar!
Demikian pula dari Mazmur 148. Senada dengan kesaksian
penulis Mazmur yang mengajak seluruh alam raya untuk memuji Allah. Penulis
Mazmur bahkan sangat ‘EKSTRIM’ dalam ajakannya. Pemazmur bukan hanya mengajak
manusia, tetapi malaekat pun diajak untuk memuji Allah! Tapi itu belum cukup
bagi pemazmur, ia bahkan mengajak Matahari, bulan, bintang-bintang dan seluruh
‘tatasurya’ dan segala isinya (Mazmur 148 : 1-5). Jika saya terjemahkan dalam
bahasa kita zaman sekarang ini, ayat 6 – 14 kira-kira bunyinya seperti ini :
“Pujilah Tuhan! Hai segala mahkluk yang keliatan atau yang tidak nampak! Hai
mahkluk Raksasa atau yang sekecil kuman/bakteri/virus! Pujilah Tuhan. Hai
seluruh unsur cair, padat dan gas!”. Mengapa Pemazmur begitu yakin terhadap
ajakannya yang universal itu? Karena bagi Pemazmur semua itu dibuat,
diciptakan, dikreasi oleh satu tangan. Yaitu TUHAN. Semua yang ada di dunia
bahkan meliputi seluruh Tatasurya dikreasi oleh satu (1) kekuatan dahsyat,
yaitu TUHAN (ayat 5-6).
Dari Ibarani 2 : 10 – 18, kita diperhadapkan pada suatu
pengakuan iman penulis Ibrani tentang : Allah yang menjadi sama dengan manusia
untuk kemuliaan manusia.
Penulis Ibrani ‘mengingatkan’ Kristen/umat mula-mula dizaman itu bahwa ALLAH atau TUHAN sudah berada ditengah manusia dan selalu bersama dengan manusia menjadi saudara bagi manusia. Pada zaman penulis Ibrani Kekristenan/umat mula-mula ‘baru’ belajar bagaimana Beriman dan bagaimana memuji ALLAH atau TUHAN (bandingkan dengan umat kristiani sekarang). Bagi penulis Ibrani, Tuhan tidak pernah kemana meskipun ada dimana-mana. Artinya IA berada dalam segala lapisan masyarakat. Ia tidak bisa dibatasi oleh kuasa apapun karena itu IA rela menderita untuk masuk dalam seluruh lapisan kehidupan manusia. Itulah gambaran kasih yang tiada tara. Kasih yang oleh Yesaya digambarkan bahwa IA sendiri yang mendatangi umatNYA!
Penulis Ibrani ‘mengingatkan’ Kristen/umat mula-mula dizaman itu bahwa ALLAH atau TUHAN sudah berada ditengah manusia dan selalu bersama dengan manusia menjadi saudara bagi manusia. Pada zaman penulis Ibrani Kekristenan/umat mula-mula ‘baru’ belajar bagaimana Beriman dan bagaimana memuji ALLAH atau TUHAN (bandingkan dengan umat kristiani sekarang). Bagi penulis Ibrani, Tuhan tidak pernah kemana meskipun ada dimana-mana. Artinya IA berada dalam segala lapisan masyarakat. Ia tidak bisa dibatasi oleh kuasa apapun karena itu IA rela menderita untuk masuk dalam seluruh lapisan kehidupan manusia. Itulah gambaran kasih yang tiada tara. Kasih yang oleh Yesaya digambarkan bahwa IA sendiri yang mendatangi umatNYA!
Tetapi dalam Injil Matius 2 : 13 – 23 Allah yang di puja-puji
oleh Yesaya dan Pemazmur, dan yang diakui oleh Penulis Ibrani IA menjadi sama
dengan manusia, ternyata menempuh jalan Penderiaan untuk menyatatakan KasihNya
Pada Manusia. Nah ALLAH atau TUHAN seperti digambarkan oleh Yesaya dan Pemazmur
itulah yang disaksikan oleh penulis Injil Matius. ALLAH atau TUHAN yang
Dahsyat. ALLAH atau TUHAN Pencipta seperti dinyatakan oleh pemazmur diatas
(Maz. 48 : 5-6) itulah yang disaksikan sebagai ‘manusia biasa yang terus
menerus mengungsi karena kelahiran dan pertumbuhanNya selalu mendapat ancaman
manusia lain” Matius 2 : 13 – 23. Allah yang menjadi sama dengan manusia, yang
digambarkan oleh Yesaya 63 : 9a : Bukan seorang duta atau utusan, melainkan IA
sendirilah yang menyelamatkan mereka”.
Tapi kehadiranNya tidak disambut! Bahkan dianggap lawan
yang berbahaya, sebab itu IA harus di bunuh (Matius 2 : 13 dan 16). Bagaimana
ALLAH atau TUHAN yang luar biasa kekuasaanNYA itu harus menjadi seorang
pengungsi dan menjalani masa kanak-kanak yang tidak normal? Mengapa semua itu
harus dijalani?
Yesaya dan Mazmur dalam bacaan kita diatas, menggambarkan bahwa semua itu harus ditempuh oleh ALLAH atau TUHAN hanya karena satu alasan. Yaitu, KASIH. Demikian juga Penulis Ibrani memberi alasan yang sama.
Yesaya dan Mazmur dalam bacaan kita diatas, menggambarkan bahwa semua itu harus ditempuh oleh ALLAH atau TUHAN hanya karena satu alasan. Yaitu, KASIH. Demikian juga Penulis Ibrani memberi alasan yang sama.
Bahwa kasih itu adalah pengorban, maka belajarlah dari
cara ALLAH atau TUHAN yang mengorbankan seluruh apa yang dimilikiNYA, termasuk
Kekuasaan, Kemuliaan dan HakekatNya sebagai ALLAH atau TUHAN untuk hadir
ditengah manusia.
Pertanyaan besar bagi kita di zaman sekarang ini adalah
: BAGAIMANA MEMUJI ALLAH atau TUHAN DALAM CARA YANG BENAR, YANG BERKENAN KEPADA
ALLAH?
Seperti dalam awal renungan ini, sudah saatnya kita
kembali :
1.
Apakah
perayaan Natal yang selama ini kita lakukan sungguh-sungguh memuji ALLAH atau
TUHAN seperti yang diserukan oleh Yesaya dan Pemazmur?
2.
Apakah
hidup kita sehari-hari sungguh-sungguh merupakan pujian kepada ALLAH atau
TUHAN, seperti yang digambarkan oleh Pemazmur?
3.
Apakah
kita merasa bahwa ALLAH atau TUHAN selalu bersama dengan kita sehari-hari?
Hidup ini sesungguhnya adalah pujian dan syukur kita
kepada ALLAH atau TUHAN karena KASIH SETIANYA YANG BESAR.
SELAMAT MENYONGSONG TAHUN BARU 2014, SELAMAT MEMUJI
TUHAN. (RWM)
Rob Colection |
RWM.BOONG BETHONY