25/10/22

Cinta Di Taman

Sajak cinta di taman


Kekasih duhai kekasihku.
Dulu, waktu aku masih di taman, Kau lupa menutupnya
Dia yang disisiku tak sanggup apa lagi pernah menutup lubang itu
Dan kini, berabad pergi
Lubang itu masih di sana.
Akan kah, kau usir aku keluar taman itu, taman dimana kau ajar tentang cinta, tentang asmara
Dan kini ia subur, berkembang, berbuah diantara pokok-pokok rindang, menggelantung, menggodaku
Kekasih duhai kekasihku
Dulu di taman yang kau bangun
Cinta yang kau beri memperosok aku meraih buah yang ranum, manis dan menikmati hingga lupa, siapa aku
Seperti aku lupa sekarang ini
Duhai kekasih, kekasihku
Ampuni jika bunga setaman mempesona
Ampuni bila kembang setaman menggoda
Ampuni kalau bunga berkembang di hati
Ampuni lantaran bunga itu memetik jiwaku
Ampuni karena kembang itu memutik hatiku
Oh kekasih, duhai kekasih
(tanah kusir, 25 oktober 2017)
Persembahan untuk semua yang menjadi pewaris kegagalan di Taman itu.

Gambar : Balai Budaya Jakarta, oktober 2022





RWM.BOONG BETHONY

24/10/22

Kisah Akhir Pekan

Kisah akhir pekan.


Surya menusuk nusuk di rerumputan petas tertimpa reranting yang subur menggeletak menggelepar. Seperti hangat tunggku menghias meja lapang menyatu umbi umbian, keras di garis kering sesawah. Tiada apa tiada gerak, hanya bayu bersenandung haus.
Danau, sungai, mata air tingal bebatuan, seperti tikungan tajam di pelipis pipi anak anak tirus dan cekungan pipi tetua renta. Waktu pun berhenti, hanya petaka tergantung dimana mana. Pada segala pokok, pada semua mahkluk tanpa tanding, bulu pun rontok.
Sayup mengalun seruling menyayat jiwa iringi gendhing cucur bawuk keranda menari nari hidup kembali baru. Bak bebiji masuki alam baqa lalu bangkit beri bulir dan panen bebuah, kesegaran hanya mimpi ini kali.
Tuhan tunggangi bayu hinggap di pepucuk rumah lantaran tak ada lagi pepohon terlebih dedaun hanya bayangan perih, luka, duka di jam kematian.
Bintang gemintang setia menatap dalam sembab, timur, barat, selatan dan utara masih sama. Tak beringsut, bepergian, pun bergeser. Kesetiaan adalah cinta, ialah asmara. Seperti keteguhan Tuhan mencintaimu.
Jangan cari salah apalagi lapor sampai kesurga, semua ada di sini. Di rumah kita. Bukan disana atau disitu tapi disini, di rumah kita. Rumah semua mahkluk, bukan hanya rumahmu.
Tuhan melompat lompat hindari bara, bara di hatimu.
(Selamat berakhir pekan sobat dan handaitaulan.
Jangan lupa pake masker)

Sajak-sajak hutan.

Aku menggerutu gerah diantara rerindang luruh
pada pokok-pokok perkasa
seperti kenangan yang ditulis penyair
mengenai hutan
mungkin 40 tahun mendatang
sajak hutan
hanya kata
(menggali mata air dari air mata dan air keringat)
Foto : Rob Colection'17





RWM.BOONG BETHONY

13/10/22

Puisi TUHAN

Puisi.

Tuhan ialah Puisi. Ia tabur dari langit tiap bait diriNya,
Ada yang jadi daratan, lautan, air, batu, rumput, pepohonan, hewan.
Bait terakhir dari Puisi itu adalah Kau dan Aku.

Rahwana

Dulu, dulu sekali pohon ialah kehidupan buah ranum subur dalam tubuh. Kitab-kitab lama cerita bukan buah saja, dedaun, ranting dan pokok bahkan akar adalah hidup
Pilih yang ranum dan baik, tulis buku lama di bab satu. Jangan yang busuk kau telan ulat bersarang dalam tubuh.
Rahwana tak menyisakan, semua ditelan. Buah, daun, ranting, pokok dan akar. Sejak itu ia berkepala sepuluh. Maka semua pohon ditelan, jadi rumah, jadi gedung, jadi meja kursi jadi apa saja yang bukan pohon. Bumi meradang kehausan, air menguap merintih, lautan mendidih berapi. Dan asap menutup Asoka, rumah, gedung, meja - kursi, jadi arang.
Tiada tersisa.
Dan buku tua tertutup.
(Anyer, Medio November 2019)

foto : Rob Colection



RWM.BOONG BETHONY

09/10/22

Sarkem

stasiun tugu dan Sarkem


Saat kerlip padam
tarian jejak menghangat tubuhmu
gudeg sambal lalap sarat pada lalu lalang
tapi di ujung stasiun tugu
seorang gadis kecil duduk sendiri
ia memainkan bola bening di perasaan
ia menghitung roda kereta
tanpa lelah
seperti semangat
karena hanya itu yang dimiliki.
ia mengingatkan aku padamu.
gadisku, dulu. seperti kisah-kisah di bilik sarkem Foto : News - Harian Jogja

lainnya


RWM.BOONG BETHONY

Sang Penari.

Sang Penari.

Gemulai
Lentik
Mempesona
dan
memainkan gerak-gerik langit. Foto : Rob Colection



RWM.BOONG BETHONY

The Old Man

The Old Man and a piece of rhyme

Lord,
I'm only a human, just a man
The Old man was to start way in his prayed.
Help me to believe that You are here beside of me in what i could be and all that i'm
Lord,
I have to climb, for my sake and teach me to take someday maybe tomorrow, Lord.
And please show me the stairway I can to do
Lord
Just give me the strength to do day by day what i have to do
And help me to day.
Show me the way what i have
I think it is well, well for my soul
Lord
I'm only a human, just a Old man
I'm took my time,s, i took all the time,s for nothing, it was Lord.
Now i'm lost, lost for everything, lost for myself
No food, no shoes, no home, no once
Only my heart
Just my heart, Lord
And i'm ready, ready to go home
The old man was write the poem and get a sleep.
Sleep for long time's.
Go old man, I wrote this poem for you.
( Jakarta, Oktober 2022) Photo : Smule.com





RWM.BOONG BETHONY

08/10/22

Antara Cerebon - Tuban

Antara Cirebon - Tuban.


ngobrol diremang malam
duduk dibangku panjang
nikmati gorengan yuk Ina
segelas kopi aroma beras
selalu terasa pesona
bercakap dipekat malam
baring dibale bambu
rasai jemari Iyem
dari aroma minyak kopra
selalu melepas lelah
berbisik pada gelap malam
terlelap kamar pengap
terlena dalam dengusan
buruh memburu
antara saudagar dan pembayar
bertutur tentang malam
tak perduli siapa
yuk Ina atau Iyem
aroma dan wewangi
selalu menemani
Berjalanlah dari Cerebon menuju Tuban
tak kentara antara preman dan preman
tak jelas antara penipu dan penipu
sebab warung dan lapak tak beda
sebab moral dan moral sama
selalu sama
selamanya sama
Yuk Ina dan Iyem selalu ada, dimana tempat
menantimu.
( cerita dan kisah Pantura! Pekalongan, awal oktober 2013) Foto : Mediakita.com


RWM.BOONG BETHONY

Sajak AIR

Sajak tentang air.

Di negeri pardikan sumber-sumber dan mata air bukan milik kawula
Hajat banyak orang tak berarti
maka sawah - sawah mengering, membatu, mengeras, sungai kehilangan gemericik batu - batu berubah warna
alur kali hanya limbah tak ada air
di hulu nun jauh di atas sana, mata air jadi botol dan galon menyumbat sebab itu jangan harap air selain limbah
Ini negeri pardikan sobat, kawula membayar milik sendiri jadi gunungan sampah yang merampas kesuburan negeri ini lima puluh hinggaratusan tahun
Kadipaten dan kawedanan sibuk menghitung kampung atau dusun mana dijual
Untuk bupati dan wedana tak kentara orang dan hewan, tak jelas sawah kebun, tegalan, pekarangan, hutan dan mata air, hitung-hitunglah keuntungan
Mata air, hutan, lembah, gunung dan isinya hanya komuditi, mati hari ini atau esok sama untuk kawula, jika bisa mati hari ini mengapa tidak?
Di negeri pardikan, mata air ialah milik pemerintah, belilah pada kami tawar seorang menteri, bayarlah kemasan dan air, tumpuklah botol plastik dan galon jika tidak buang kemana saja.
Maka rakyat meradang, milik sendiri berharga mahal setetesnya berapa keuntunganmu wahai penguasa
Teringat buku sejarah, kadipaten dan kawedanan jadi antek penjajah. Sawah, kebun, tegalan dan pekarangan disulap jadi tebu, semua kerja untuk tebu dan tuan-tuannya, tak perduli kamu sakit atau lapar.
Sekarang negeri pardikan tak lagi subur gemah ripah loh jenawi, sebab sumber hidup dikuasai dan di jual ke penjajah, persis sejarah itu.
Maka rakyat membeli air, mengongkosi pabrik botol dan galon mencuri kesuburan tanah sendiri karena plastik
Di negeri pardikan, kawula mensejahterakan, membahagiakan, memakmurkan pemerintah dan pemerintah pelahan membunuh rakyat di balik UUD'45 kekayaan bumi, di atas di bawah di tubuh ibu pertiwi.
Ini negeri pardikan bung, bukan negeri merdeka.
Ini negeri pardikan bung, bukan negeri merdeka.
Ini negeri merdeka kapitalis liberal di mana kawula jadi modal dan pijakan kekuasaan untuk di injak-injak
Ini negeri pardikan bung air gratis di jual mahal.
Foto : Roboguru-Ruangguru



RWM.BOONG BETHONY

07/10/22

Bahasa Alam

Bahasa Alam.

Beberapa kota besar di Indonesia ketika hujan ringan apalagi hujan lebat, maka cerita banjir, air menggenang, air parkir ( istilah gubernur Anies hahahaha), jadi berita utama. Belum lagi bahwa berita-berita banjir ini disertai korban materi sampai korban jiwa.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika banjir? Apakah karena curah hujan sekarang ini lebih lebat dari tahun-tahun sebelumnya? Hayoo kita telisik satu demi saru.
Masih ingat lagu Bengawan Solo dan Semarang Kaline Banjir, karangan Maestro Gesang? Nach lagu yang almarhum Gesang karang sebelum tahun zaman Orde Baru itu memberi gambaran bahwa Hanya ada 2 kota, Yaitu Solo dan Semarang yang selalu di landa Banjir. Kota Surabaya, Medan, Jakarta, Makassar, Malang, Bandung, dan kota lainnya, di jaman itu tidak pernah terdengar kebanjiran, tergenang air atau air parkir (kata Anies Baswedan). Tapi sekarang ini hampir semua kota-kota besar di Indonesia akan mengalami banjir ketika hujan turun. Tentu ada sebabnya, ada yang membuat gara-gara untuk banjir itu. Coba anda renungkan beberapa pokok pikiran saya di bawah ini :
1. Pembangunan Jalan raya dengan sistem tumpuk seperti sekarang, merupakan tanggul air terpanjang sedunia. Sistem pembangunan jalan raya seperti itu, sama sekali tidak ramah alam dan tidak manusiawi terhadap rumah penduduk sekitar jalan raya. Jalan makin tinggi sementara areal sekitar jalan raya tetap seperti semula.
Padahal kita tahu bawa air akan selalu mengalir menuju ketempat yang rendah (Sungai, Danau dan lautan) Tapi karena tanggul-tanggul panjang itu (jalan raya) menghambat air, maka tergenangkan areal sekitar.
2. Betonisasi areal terbuka. Membeton areal terbuka entah dengan semenisasi atau sistem kunblock pada hakekatnya merupakan penyumbat aliran air masuk tanah. Karena air tidak bisa masuk ke tanah, maka ia menggenang.
3. Bangunan Vertikal dengan pondasi bermeter-meter di bawah tanah. Tiap Bangunan vertikal/bertingkat, terlebih yang 10 tingkat keatas, butuh pondasi kuat, kokoh dan tahan atas segala arah (Tekanan berat, hembusan angin, goyangan, dst). Maka tiap bangunan bertingkat/vertikal akan membangun pondasi cuku dalam, baik dengan sistem paku bumi, penumpukan beton dalam tanah, sistem cakar ayam, semua itu tertanan cukup dalam di tanah.
Banyak yang tidak melihat bahwa sistem ini pun menyumbang penyumbatan air baik yang masuk ke tanah pun yang mengalir dari dataran tinggi ke yang lebih rendah.
4. Penggundulan hutan dan pemanfaatan hutan untuk perkebunan sawait dan perumahan. Pemanfaatan hutan dan lembah untuk perkebunan sawit dan pelebaran perumahan adalah salah satu penyumbang utama terjadinya banjir di banyak tempat di negeri ini. Bukankah hutan (pepohonan, perdu, rerumputan) adalah tendon air yang terbesar? Ketika tendon-tendon itu hilang, maka daya serap tanah ketika hujan turun berkurang dan mengakibatkan pergerakan air jadi sangat cepat dengan membawa lumpur dan segala janis material di sekitar pergerakan air dari tempat tinggi ke areal rendah, terjadilah banjir bandang dan menyapu desa, dusun bahkan kota yang dilewatinya.
5. Ketika alam lingkungan rusak atas kesewenang-sewenangan manusia dengan bahasa demi pembangunan, demi ekonomi, tanpa disertai pemikiran yang komperehensif, terukur, kritis dan memperhatikan dampak Lingkungan (AMDAL), maka manusia akan menuai akibat dari cara membangun yang meninggalkan harmoni manusia dan alam.
6. Teologi-teologi lingkungan alam dari perspektif agama-agama pun sering kali mendukung pembangunan yang merusak alam itu yang pada hakekatnya sebuah pengingkaran pada Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang terlihat dari kebaikan alam terhadap manusia.
7. Kita yang butuh alam dan alam tidak butuh manusia.
Kita terima banjir, karena itu adalah bahasa alam yang ingin memproteksi diri dari kejahatan manusia.
Tak perlu menuding siapa ketika banjir datang, lha wong kita diam saja ketika segala bentuk pembangunan tidak menghormati kemuliaan alam ayng suka memberi.
Mungkin saatnya Alam mengambil dari manusia. Banjir menggenang di Jakarta di awal Oktober 2022.
Salam dan doa. Foto : Otomotif - Tempo.co



RWM.BOONG BETHONY

05/10/22

Lelaki Baya

KURSI DAN LELAKI BAYA.


Di kursi goyang, lelaki baya memandang rembulan
Teras rumah sunyi, temaram sepii bersama sinar sang dewi
Dulu! Beberapa tahun lalu, sinar matamu tak kalah cahya rembulan itu, bisik lelaki tua.
Tapi sekarang redup, persis sinar dewi di atas sana.
Rerimbun bambu di samping gemerisik, seperti hatinya, berisik.
Cinta ini kau bawa pergi, hati ini pun kau raih.
Hanya kursi dan lelaki baya.
Tak mengertikah engkau duhai rembulan?
Lelaki memandang langit
Membiarkan kursi bergoyang sendiri
Kembalikan padaku apa yang kau ambil.
Ia memandang rerimbun bambu yang masih gemerisik
Pulanglah, pinta lelaki pada rembulan
Setua itu kah dirimu?
Bukankah cinta
Hati
Tak pernah tua
Tak pernah usang?
Di kursi goyang, lelaki baya menatap bunga mekar di halaman
Teras rumah sunyi, temaram sepi di sela-sela cahaya mentari
Embun baru saja pergi, sedingin hati
Hati yang menunggu
Hati yang menanti
Persis mentari yang diam-diam membakar hati
Hati yang menanti
Hati yang menunggu
Datanglah
Kemarilah
Lelaki baya memetik sekutum kembang, mencium dan mendekap
Tak pernah kah kau pikir
Cinta
Asmara
Tak pernah lapuk
Tak pernah tua
Datanglah
Kemarilah
Kursi dan lelaki baya
Bergoyang bersama
Hari senja
Mati bersama kursi yang diam.
(medio September 2017, Hotel Primera Santika- Yogyakarta)



RWM.BOONG BETHONY

03/10/22

OPA

Opa pergilah.


Engkau lelaki
kemana dimana bagimu sama
untukmu hari kemaren, hari ini dan esok, sama.
Pergimu membawa separuh jiwa, seluruh cucu cicit
Teringat saat kau ayun sepeda tua berkeriyet riyet menyusuri lorong bebetu diantara rerimbun pokok nyiur
Kau berkisah tentang cintamu, kekasihmu, kegagalanmu, kolam tuamu
Saat ini opa, semua cerita itu terdengar sejuk.
Wajah tuamu, sorot matamu, keriput kulitmu dan getaran suaramu adalah cinta, nafas hidup cucu cicit
Terngiang pesanmu pada selarik kertas tua, kau tulis di situ 'Jangan pernah berharap orang lain menolong selain dirimu dan Tuhan tetapi bahagialah memenuhi harapan dan pinta orang lain'
kertas tua itu opa, kumamah, kutelan dan kini jadi sumsum tulang, jadi sel sel yang membaharui pandangan dan batin, jiwaku.
Pergilah opa, seperti yang pernah kau tuturkan semua akan pergi, tak ada yang tinggal.
RIP Opa tersayang. 3 Oktober 2015


RWM.BOONG BETHONY