31/12/22

Pergantian tahun apa yang baru?

RENUNGAN AKHIR TAHUN SOAL ANGKA.

Angka berlalu Alam raya berubah TUHAN abadi

Tanggal dan tahun
Amal juga ibadah
TUHAN menanti
Beberapa mengatakan jika hidup ini perlu di hitung, dan beberapa lainnya berujar, sudahlah, jalani saja hidup ini. Toh waktu terus berlalu tanpa kompromi.

Satu : DOSA ABORSI Tahun baru.

Sobat-sobatku, beberapa jam kedepan, semua manusia di rumah besar bersama ini, akan menanggalkan angka 2016 dan memasang urutan nomor 2017. Peristiwa pergantian angka-angka ini di peringati sebagai tahun baru oleh banyak penghuni rumah besar yang di sebut Bumi ini. Aneka cara dilakukan memeriahkan pergantian angka itu. Para sekuler dan kaum religius, masing - masing mempunyai laku untuk meramaikan pergantian angka-angka itu. Semua mencurahkan energi, daya bahkan bathin (jiwa) untuk memeriahkannya. Entah sejak kapan laku seperti ini menjadi milik semua penghuni rumah besar kita. Coba anda perhatikan beaya untuk laku semacam ini. Kembang api, mercon/petasan, pementasan aneka kreasi tari dan biduan, Makanan ringan sampai yang berat tersaji dimana-mana, demikian halnya dengan minuman ringan sampai yang memabukkan pun terhidang tiap saat. Hitunglah beayanya dan jangan lupa kerugian yang musti di tanggung bersama akibat penumpukan dan sebaran sampah dimana-mana, kerusakan taman dan tanaman, belum lagi polusi kembang api beserta asap mencon/petasan, juga konsumsi BBM jenis apa saja sudah pasti meningkat dalam beberapa jam nanti. Terompet-terompet kertas sudah pasti akan bersahutan dengan klakson mobil om telolet om, pada saatnya nanti.
Jika semua di konversi dalam bentuk rupiah, kita akan terbelalak melihat jumlah itu. Jumlah yang sebesar itu di belanjakan oleh Penghuni rumah besar ini hanya dalam hitungan jam. Sebagai perbandingan, acara yang sama pada tahun lalu, di perkirakan US $ 150 juta di seluruh dunia (silahkan di kalikan Rp.13.658), itu beaya real yang di keluarkan oleh siapapun, mintalah geolog dan Pecinta Lingkungan untuk meneliti dampak lingkungan alam atas residu asap kenalpot, mencon dan kembang api dalam beberapa jam itu. Mengerikan bukan?
Itu beaya real tahun 2015 kemaren! Bagaimana di tahun 2016 ini...saya perkirakan akan melonjak sampai US $ 157- an juta.
Bandingkan beaya yang di keluarkan untuk kegiatan membantu pengungsi, misalnya atau memperdayakan mereka yang miskin dan tak berpendidikan.
Tetapi apakah hanya beberapa jam saja? Sesungguhnya tidak sebab di Indonesia Barat saat menunjuk pada pkl.00 tgl 31 itu, di belahan tengah sudah dar der dor duluan, demikian pula mereka yang di Indonesia Timur, disana orang sudah bersorak-sorak, bersalam-salaman. Demikian seterusnya, semakin ketimur dar der dor itu juga terjadi.
Jadi bukan beberapa jam saja tetapi kali ini 24 jam penuh. wouhhh..luar biasa pesta ini berlangsung, luar biasa pemborosan itu terjadi, luar biasa perusakan alam dan mengotori/polusik udara selama 24 jam itu.
Tapi aneh...tidak banyak (kalau tidak mau di katakan tidak ada!) ahli-ahli dan Penenliti Lingkungan alam yang melihat ini sebagai 'kekompakan pemborosan bersama dan keakuran meracuni udara dan alam' yang musti kita tentang atau minimal di kecilkan kegiatannya.
Saya menyebut cara pesta menyambut tahun baru ini, sebagai 'DOSA ABORSI' untuk generasi mendatang.

Dua : HANYA ANGKA

Lalu apakah penting soal hitung-hitungan tahun itu? Seperti merayakan ulang tahun? menyambut tahun baru? (termasuk tahun baru agama-agama lainnya?)
Pentingkah menjawab : Berapa usia Bumi? Berapa umurmu? Tahun berapa sekarang? Atau tahun berapa kamu lahir? Tahun berapa negara Indonesia di proklamirkan?
Seperti judul panjang diatas. Beberapa orang katakan itu penting, tetapi beberapa yang lain mengatakan, sudalah, jalani saja toh waktu terus berlalu.
Nach mari kita berefleksi pendek, meski tidak terlalu pendek, tapi di banding sebuah Kotbah para rohaniawan atau alim ulama, fefleksi ini pasti lebih pendek, hehehehehehe.
Kita berumah di bumi, rumah besar kita ini (diperkirakan tahun 2050, kamar-kamar di rumah besar ini akan sesak sebab jumlah penghuninya sudah akan mencapai 11,5 Milyard kepala). Pergantian siang malam di rumah kita berlaku 24 jam dan tiap tahun berlaku 365 hari sekali memutari Mentari.
Itu di Bumi kita.
Bagaimana dengan di Planet lainnya? Bagaimana di mentari (bintang-bintang lainnya)?
Yang menurut para angkasawan, tiap bintang-bintang di luar sana masing-masing memilki gugusan planet (satelit), yang masih menurut para angkasawan itu, bintang terdekat dari bumi (Proxima
Centauri) jaraknya 4,4 tahun cahaya sama dengan 40.000.000.000.000 km.
Untuk menuju bintang terdekat itu misalnya, kita butuh kecepatan 10.000 x kecepatan suara, sementara tehnologi transportasi yang kita miliki sekarang ini baru 5 x kecepatan suara.
Achh, kembali saja ke topik utama, supaya tidak pusing mikirin perkalian itu.
Planet terdekat dengan rumah kita ialah ialah Mars dan Venus. Tahukah anda berapa waktu ke-dua planet itu mengelilingi Matahari?
Mars misalnya, sekali tahun baru di sana 686, 9 hari, artinya umur anda jika tinggal di Mars separuh dari usia yang sekarang, jika saat membaca tulisan ini usia anda 50 tahun maka di Mars anda baru 25 tahun, keren kan?
Nach bagaimana di Venus? kalau mau lebih tua dari usia anda sekarang, silahkan ke Venus sebab disana sekali setahun hanya 224,7 hari. hebat bukan? Anda sudah 80-an tahun qkqkqkqkqkkqkqkq.
Kemudian bagaimana dengan Merkurius yang sangat dekat dari Matahari? Wah disana anda akan berusia ribuan tahun (sekitar 2850 tahun), sebab sekali setahun di Merkurius, hanya 57,5 hari. Maka anda jadi salah satu manusia tertua qkqkqkqkqkqkqk.
Bagaimana dengan Planet Yupiter? Planet sesudah Mars? Disana sekali setahun sama dengan 11, 9 tahun di bumi. Maka anda masih kanak-kanak qkqkqkqkqkqkqk.
Saturnus, jika di konversi sekali setahunnya bumi, maka disana 29, 5 tahun bumi. Artinya, di sana anda akan bertahun baru 29 , 5 tahun sekali, melihat kenyataan ini anda yang sekarang berusia 50 tahun baru anak-anak usia 1, 8 tahun, wadoh qkqkqkqkqkqkqkkqk
Apa? Neptunus? Saya pastikan nenek moyang anda 3 generasi keatas belum ada qkqkqkqkkq....mengapa? sebab disana sekali tahun baru sama dengan 164, 8 tahun bumi, mau kesana?
Dan Pluto planet terjauh dari Bumi, tahun baru akan terjadi 247,9 tahun bumi. Maka, generasi nenek ke-5 moyang kita belum lahir. Jika kita tinggal di Pluto, maka tahun baru sebelum 2016 kemaren terjadi pada tahun 1766 hitungan bumi.
Nachh...hitung-hitungan di bumi bukan suatu ke niscayaan jika hendak melihat hitung-hitungan di luar bumi sana.

Tiga : PERHITUNGAN ITU ADALAH KWALITAS IMANMU

Karena itu yang musti kita tanya pada diri sendiri adalah, soal menghitung kedekatan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui Amal dan Ibadah kita masing-masing sesuai Keyakinan kita.
Bukan soal merayakan tahun baru, bukan soal pesta pora, tetapi soal bersyukur kepadaNYA.
Sesudah itu hitunglah waktu yang berlalu pun waktu yang akan datang. Sebab hanya satu hitung-hitungan yang Tuhan akan lalukan untuk anda.
Yaitu, amal dan ibadahmu.
Berapa detik, berapa jam, berapa hari, berapa bulan, berapa tahun, anda berbuat baik : beramal dan beribadah?
Dan ingatlah sobat, kerabatku, sahabatku dan handaitaulanku,
Angka hanyalah alat untuk mengukur kwalitas hidup anda, demikian juga ia (angka) menjadi tolak ukur keburukan anda.
Kita sambut tahun baru ini dalam doa Syukur
Doakan perdamian dunia, doakan keberlangsungan NKRI, Doakan Pemerintah kita, doakan PILKADA Serentak berlangsung damai.
Salam dan doa rahayu.

Cerpen : Beberapa mengatakan jika hidup ini perlu di hitung dan beberapa lainnya berujar, sudahlah, jalani saja hidup ini. Toh waktu terus berlalu tanpa kompromi.


Beberapa jam kedepan, semua manusia di rumah besar bersama ini, akan menanggalkan angka 2015 dan memasang urutan nomor 2016. Peristiwa pergantian angka-angka ini di peringati sebagai tahun baru oleh banyak penghuni rumah besar yang di sebut Bumi ini. Aneka cara di lakukan memeriahkan pergantian angka itu. Para kaum sekuler dan kaum religius, masing - masing mempunyai laku untuk meramaikan pergantian angka-angka itu. Semua mencurahkan energi, daya bahkan bathin (jiwa) untuk memeriahkannya. Entah sejak kapan laku seperti ini menjadi milik semua penghuni rumah besar kita. Coba anda perhatikan beaya untuk laku semacam ini. Kembang api, mercon/petasan, pementasan aneka kreasi tari dan biduan, Makanan ringan sampai yang berat di terima tubuh pun tersaji dimana-mana, demikian halnya dengan minuman ringan sampai yang memabukkan pun terhidang tiap saat. Hitunglah beayanya dan jangan lupa kerugian yang musti di tanggung bersama akibat penumpukan dan sebaran sampah dimana-mana, kerusakan taman dan tanaman, belum lagi polusi kembang api beserta asap mencon/petasan, juga konsumsi BBM jenis apa saja sudah pasti meningkat dalam beberapa jam nanti. Terompet-terompet kertas sudah pasti akan bersahutan dengan klakson mobil pada saatnya nanti. Jika semua di konversi dalam bentuk rupiah, kita akan terbelalak melihat jumlah itu. Jumlah yang sebesar itu di belanjakan oleh Penghuni rumah besar ini hanya dalam hitungan jam. Sebagai perbandingan, acara yang sama pada tahun lalu, di perkirakan US $ 111 juta di seluruh dunia (silahkan di kalikan Rp.13.658), itu baya real yang di keluarkan oleh siapapun, mintalah geolog dan peneliti lingkungan alam untuk menghitung risedu asap kenalpot, mencon dan kembang api dalam beberapa jam itu. Mengerikan bukan? Itu beaya real tahun 2015 kemaren! Bagaimana di tahun 2016 ini...saya perkirakan akan melonjak sampai US $ 150-an juta.
Bandingkan beaya yang di keluarkan untuk kegiatan membantu pengungsi, misalnya atau memperdayakan mereka yang miskin dan tak berpendidikan.
Tetapi apakah hanya beberapa jam saja? Sesungguhnya tidak sebab di Indonesia Barat saat menunjuk pada pkl.00 tgl 31 itu, di belahan timur sudah dar der dor duluan, disana orang sudah bersorak-sorak, bersalam-salaman. Demikian seterusnya, semakin ketimur dar der dor itu juga terjadi. Jadi bukan beberapa jam tetapi 24 jam penuh. wouhhh..luar biasa pesta ini berlangsung, luar biasa pemborosan itu terjadi, luar biasa perusakan alam dan mempolusikan udara selama 24 jam itu.
Tapi aneh...tidak banyak (kalau tidak mau di katakan tidak ada!) ahli-ahli dan Penenliti Lingkungan alam yang melihat ini sebagai 'kekompakan pemborosan bersama dan keakuran meracuni udara dan alam' yang musti kita tentang atau minimal di kecilkan kegiatannya. Saya menyebut cara pesta menyambut tahun baru ini, sebagai 'DOSA ABORSI' untuk generasi mendatang.
Lalu apakah penting soal hitung-hitungan tahun itu? Seperti merayakan ulang tahun? menyambut tahun baru? (termasuk tahun baru agama-agama lainnya?) Pentingkah menjawab : Berapa usia Bumi? Berapa umurmu? Tahun berapa sekarang? Atau tahun berapa kamu lahir? Tahun berapa negara Indonesia di proklamirkan? Seperti judul panjang diatas. Beberapa orang katakan itu penting, tetapi beberapa yang lain mengatakan, sudalah, jalani saja toh waktu terus berlalu.
Nach mari kita berefleksi pendek, meski tidak terlalu pendek, tapi di banding sebuah Kotbah para rohaniawan, fefleksi ini pasti lebih pendek, hehehehehehe.
Kita berumah di bumi, rumah besar kita ini (diperkirakan tahun 2050, kamar-kamar di rumah besar ini akan sesak sebab jumlah penghuninya sudah akan mencapai 11,5 Milyard kepala). Pergantian siang malam di rumah kita berlaku 24 jam dan tiap tahun berlaku 365 hari sekali memutari Mentari. Itu di Bumi kita. Bagaimana dengan di Planet lainnya? Bagaimana di mentari (bintang-bintang lainnya)? Yang menurut para angkasawan, tiap bintang-bintang di luar sana masing-masing memilki gugusan planet (satelit), yang. masih menurut para angkasawan itu, bintang terdekat dari bumi (Proxima
Centauri) jaraknya 4,4 tahun cahaya sama dengan 40.000.000.000.000 km. Untuk menuju bintang terdekat itu misalnya, kita butuh kecepatan 10.000 x kecepatan suara, sementara tehnologi transportasi yang kita miliki sekarang ini baru 5 x kecepatan suara.
Achh, kembali saja ke topik utama, supaya tidak pusing mikirin perkalian itu.
Planet terdekat dengan rumah kita ialah ialah Mars dan Venus. Tahukah anda berapa waktu ke-dua planet itu mengelilingi Matahari?
Mars misalnya, sekali tahun baru di sana 686, 9 hari, artinya umur anda jika tinggal di Mars separuh dari usia yang sekarang, jika saat membaca tulisan ini usia anda 50 tahun maka di Mars anda baru 25 tahun, keren kan?
Nach bagaimana di Venus? kalau mau lebih tua dari usia anda sekarang, silahkan ke Venus sebab disana sekali setahun hanya 224,7 hari. hebat bukan? Anda sudah 80-an tahun heheheheh. Kemudian bagaimana dengan Merkurius yang sangat dekat dari Matahari? Wah disana anda akan berusia ribuan tahun (sekitar 2850 tahun), sebab sekali setahun di Merkurius, hanya 57,5 hari. Maka anda jadi salah satu manusia tertua hehehehehe.
Bagaimana dengan Planet Yupiter? Planet sesudah Mars? Disana sekali setahun sama dengan 11, 9 tahun di bumi. Maka anda masih kanak-kanak hehehehehehe. Saturnus, jika di konversi sekali setahunnya bumi, maka disana 29, 5 tahun bumi , baru bertahun baru, jika begitu anda masih banyi sekitar 1, 8 bulan hehehehe.
Apa? Neptunus? Saya pastikan nenek moyang anda 3 generasi keatas belum ada qkqkqkqkkq....mengapa? sebab disana sekali tahun baru sama dengan 164, 8 tahun bumi, mau kesana?
Dan Pluto planet terjauh dari Bumi, tahun baru akan terjadi 247,9 tahun bumi. Maka, generasi nenek ke-5 moyang kita belum lahir. Jika kita tinggal di Pluto, maka tahun baru sebelum 2015 kemaren terjadi pada tahun 1766 hitungan bumi.
Nachh...hitung-hitungan di bumi akan bukan suatu ke niscayaan jika hendak melihat hitung-hitungan di luar bumi sana. Karena itu tanya soal hitung-hitungan Tuhan terhadapmu, terhadap waktu yang berlalu pun waktu yang akan datang. Sebab hanya satu hitung-hitungan yang Tuhan akan lalukan untuk anda.
Berapa detik, berapa jam, berapa hari, berapa bulan, berapa tahun, anda berbuat baik (beramal?)?
Angka hanyalah alat untuk mengukur kwalitas hidup anda, demikian juga ia (angka) menjadi tolak ukur keburukan anda.
Selamat bertahun baru.

Fragmen Kebudayaan : Refleksi hari penutup 2022

Pergantian hari, pekan/Minggu, Purnama/bulan dan tahun hal yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa, kecuali angka yang terus membesar.
Pergantian waktu ini, tidak beda dengan yang terjadi ribuan tahun silam bahkan akan tetap sama di waktu yang akan datang. Hanya angka yang membesar dan pengulangan hari-hari, minggu dan bulan. Demikian juga Matahari yang jadi dasar perhitungan dan ukuran pergantian waktu, masih tetap jadi pusat perputaran Bumi/Planet kita ini.
Angka 2022 berganti 2023, mengisyaratkan bahwa Bumi/planet kita, sudah 2022 X mengelilingi Matahar, sejak kalender Masehi diterima secara universal.
Jauh sebelum itu, bumi/planet kita sudah jutaan X mengelilingi Matahari.
Jadi biasa2 saja bukan?
Lalu apa istimewanya perayaan tahun baru? Tak ada, semua biasa-biasa saja. Sama persis seperti pergantian waktu setiap hari.
Yang istimewa adalah, kalau anda yang membaca artikel pendek ini, menyadari bahwa tiap saat anda memasuki waktu dan ruang yang baru.
Bukan angka yang baru, karena itu hanya hitungan belaka. Kesadaran bahwa setiap pergantian detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun, sesungguh kita sedang memasuki waktu dan ruang yang baru.
Memasuki dimensi kehidupan yang baru!
Yang mestinya diikuti warna dan norma hidup yang baru.
Lha, kalau gaya dan corak hidup tetap sama, belum ada yang baru, apa gunanya, sia-sia bukan?
Jadi bukan perubahan angka yang penting dirayakan atau diperingati, tapi pergantian corak dan warna hidup memasuki dimensi hidup yang baru. Yaitu, sisi-sisi dari pertumbuhan dan perkembangan Spiritual.
Mestinya itu yang dirayakan dengan meriah, dipestakan, lewat ibadah sesuai iman masing-masing.
Bukan pemborosan yang merusak diri, orang lain bahkan lingkungan alam, akibat petasan dan kembang api.
Bukan, foya-foya dengan pesta pora, lalu meninggalkan sisa-sisa yang membuat banyak orang menelan ludah sambil menatap yang tersisa itu.
Tapi sudalah..terlalu banyak orang terpasung kesana.
Mungkin karena pesta kembang api, membakar mercon, makan-makan, minum-minum, sampai pada pementasan beragam genre musik, lebih memesona, dari pada, misalnya : Beribadah bersama keluarga, berefleksi, bermeditasi, sesuai Iman masing-masing.
Saya hanya mengajak merenungkan hidup sekarang ini, dan saat pergantian waktu, kesadaran memasuki dimensi baru, jadi tujuan pesta iman masing2.
Memasuki dimensi Spiritual dengan bobot, bebet dan bibit sebagai manusia. Bukankah sala satu tujuan, mengapa ALLAH menciptakan manusia dalam berbagai tradisi dan budaya agar ALLAH dimuliakan, dari atau dalam harkat kemanusian?
Selamat mengalami pergantian tahun 2022 menuju 2023 sahabat dan kerabatku.
Masukilah dimensi ruang, waktu yang baru dalam kehidupan pribadi dan keluarga masing-masing.
Bersyukurlah pada TUHAN, cintai orang-orang yang selama ini hidup bersamamu. Sayangi mereka dalam Iman percaya masing-masing melebihi apa yang sudah dilakukan pada waktu kemaren.
Selamat ber-refleksi, selamat bermeditasi, selamat tahun baru 2019.
Salam dan doa rahayu.
Salam dan doa.

RWM.BOONG BETHONY  
                                               Foto : Cipaku 2018, Me.



10/12/22

Cerita Seputar Natal - an

Fragmen Kebudayaan tentang : Cerita Plastik di seputar Natal.

Untuk umat Kristiani di mana pun berada, bulan Desember adalah bulan yang menggembirakan, karena saat itu umat Kristiani akan merayakan (baca: mengingat rayakan) peristiwa penting dalam kehidupan beriman Kristiani. Yaitu, mengenang dan merayakan kelahiran Sang Kristus 2022 tahun lalu. Biasanya di bulan ini, tiap rumah akan dihias, pohon natal atau tepatnya tiruan pohon pinus (cemara) plastik lalu didekorasi dengan lampu warna warni yang kerlap kelip, kapas putih sebagai pengganti kepingan salju, lilitan pita merah, tiruan kado, dst. Ini adalah ritual mengawali perayaan natal. Dan entah mengapa, jika tak memasang atau menghias rumah dengan pohon tiruan pinus plastik itu, seolah-olah perayaannya tidak sah dan kurang sahih. Jadi jangan heran jika tiap bulan desember yang pertama dipikir dan dilakukan adalah ritual memasang tiruan pohon pinus itu. Bukan hanya rumah-rumah umat kristiani, Gereja-gereja, Sekolah-sekolah dan universitas Kristiani pun melakukan ritual yang sama. Mall-mall, Supermarket, swalayan ikut menyemarak dengan memasang pohon tiruan pinus sebagai asesoris dan reklame.
Saya teringat, mantan presiden Amerika, Al Gore di masa Bill Clinton, dalam buku berjudul Earth in the Balance: Ecology and the Human Spirit: menyoroti penggunaan plastik sebagai salah satu produk yang harus dikurangi dan dibatasi pemakaiannya dan atau jika di pakai mesti didaur ulang. Ketika Al Gore berbicara tentang produk plastik dan melakukan kampanye di seluruh Amerika Serikat dan Dunia, kampanyenya disambut hangat masyarakat dunia dan dengan antusias di sambut oleh PC USA ( Gereja Presbiterian Amerika) yang kemudian ikut mendukung kampanye lingkungan hidup Al Gore. Sejak itu PC USA mengurangi segala bentuk pemanfaatan plastik dalam berbagai ATK termasuk penggunaan tiruan pohon Pinus plastik. Satu dekade lalu, marak kampanye yang sama dilakukan oleh Pemerintah dan LSM untuk mengurangi pemanfaatan plastik dalam berbagai bentuk di tengah masyarakat Indonesia. Cukup berdampak kampanye tersebut, beberapa Mall, Swalayan, Supermarket termasuk berbagai Retail tidak lagi memakai plastik sebagai bungkusan belanja konsumen. Sayang hanya pada titik itu (pemakaian tas blanja). Sementara penggunaan plastik sebagai kemasan, air minum, bungkus roti, makanan ringan, termasuk tiruan pohon pinus, justru marak dan tak terbentung. Setali tiga uang, kantor-kantor pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, masih memanfaatkan plastik dalam berbagai bentuk kemasan kerja.
Ach ini hanya suatu serpihan dari jutaan fragmen kebudayaan.

Natal, sebuah Ibadah Syukur atau Pesta dan Perayaan?

Saat ini umat Kristen di seluruh dunia sedang mempersiapkan diri merayakan Natal. Dimana-mana, di Mall, Mini Market, Big Mall atau Super Mall, Perempatan jalan, berlomba-lomba memasang pohon natal dengan lampu kerlap kerlip, atau memasang tulisan 'Merry Christmas...pokoknya rame dan riuh.
Gereja-gereja tak mau kalah, ruang-ruang, sudut-sudut semua di hias dengan aneka pernik-pernik natal. Seolah-olah dengan hiasan seperti itu merupakan gambaran 'spiritual' yang bagus, baik dan agak aneh bahwa Hiasan-hiasan itu kemudian menjadi symbol-symbol yang secara tidak sengaja di abadikan.
Perhatikan Pohon terang? Bagaimana memaknainya secara theologis? Atau secara alkitabiah? lampu-lampu yang berkerlap-kerlip itu? (dulu masa saya kecil pohon natal/pohon terang dibuat dari batang pisang yang di tancapi reranting pinus, kemudian pada ranting-ranting itu di ikat potongan bambu sebagai obor atau tempat lilin yang kemudian nanti di nyalakan sambil melantunkan 'Malam Kudus'). Bagaimana semua itu menjadi bagian dari perayaan Natal? Untuk saat ini lebih rame lagi, suda aneka hiasan di gantung di Pohon natal itu.
Padahal, kalau kita telusuri kronologi kelahiran Yesus Kristus di kota kecil (saya lebih suka menyebutkan desa betlehem), kita akan terheran-heran melihat kenyataan yang sekarang ini di lakukan oleh banyak umat Kristen ketika merayakan natal (tentu saja bagi anda yang gemar berefleksi, maaf).
Beberapa kali di Jemaat yang saya lewati (saya layani dimana saya di tugaskan) tiap desember, saya menantang dalam bentuk ajakan disertai penjelasan soal latar belakang kelahiran Yesus Kristus. Untuk merayakan natal sederhana (tanpa pohon terang, tiada kerlap-kerlip lampu, tanpa hiasan disana-sini (baik di gereja pun rumah masing-masing) cukup membuat kandang sederhana) dan meminta warga jemaat untuk meniru Para Majusi memberi persembahan (selalu saya sarankan, baju baru sesuai dengan jumlah anggota keluarga; nanti baju-baju itu akan di bagi kepada orang yang senasib dengan para gembala di Efrata. Panitia saya arahkan untuk mencari dana dan semua untuk diakonia. Tetapi saya gagal total, hahahahahahhaha.....
kembali pada aneka hiasan dan pernak-pernik Natal. Bagaimana para sahabat dan Handaitaulan melihat keberadaan hal-hal yang saya sebut di atas?
Dalam khayalan saya, seandainya Kristus diam-diam (seperti CIA, misalnya) datang melihat-lihat Perayaan Natal dari gereja ke gereja yang ada di dunia ini, Ia pasti akan mengernyitkan alis atau bahkan Ia tak lagi mengenali peringatan kelahiranNya yang kini sudah berubah menjadi sebuah pesta perayaan dengan : aneka paduan suara, vokal group, solois, duet,Trio dan tari-tarian disertai kostum/seragam yang juga pasti mahal diatas panggung yang juga megah. Apa kira-kira komentar Yesus kristus ya?
Lalu bagaimana dengan Panitia? Wah yang ini juga pasti seru, karena di sana ada nilai prestisius para panitia plus bumbu salah kira, salah sangka, salah pikir dan nanti ada buntut saling tidak menyapa kemudian saling bercerita keburukan orang lain. Padahal, menurut saya Panitia-panitia natal yang di bentuk adalah pelayanan dan para fungsionaris panitia adalah pelayan di perayaan natal, betul nggak?
Diakonia? Saya belum pernah mendapati sebuah kegiatan Kepanitiaan Natal, diakonianya 50% anggaran, paling banter 10 -20 %. Aneh, bahwa peringatan kelahiran Yesus Kristus yang sederhana di sebuah kandang itu, justru di hindari oleh banyak gereja untuk bernatalan dengan sederhana (akhir-akhir ini bunyi Sederhana/bersahaja populer dengan kosa KEUGAHARIAN). Entah mengapa gereja-gereja seolah menjauh dari Kesederhanaan atau Kesahajaan, mungkin karena kita di ajar oleh pendahulu, yang nota bene mendapat warisan dari Kaum Proletar dan kaum berjois Belanda dan warisan itu juga kita terima seperti sekarang ini.
Di rumah saya tidak mau pasang pohon natal, tetapi anak gadisku bilang, akan banyak teman-teman sekolahnya berkunjung saat natal nanti. achh...mungkin ini salah satu point yang keliru dari perayaan - perayaan natal di gereja-gereja, yaitu pamer. Dan Pamer itu berharga tinggi, prestisius dan kebanggaan. Apakah memang begitu, bahwa perayaan natal di gereja mana saja, di persekutuan daerah, atau klan, atau suku atau kantor arahnya kesana? Seperti sikap anak gadis saya yang baru SMP kelas III itu?
Entalah, yang jelas Gereja di utus ke dunia ini melayani dengan kasih, kelembutan dan penuh damai.
(Medio Desember 2022)

Foto : Refleksi Natal 2022

Fragment kecil tentang : Natal.

Dalam tradisi umat Kristen Merayakan Natal adalah Mengenang kembali Kelahiran Kristus dalam sebuah Kandang Domba di Betlehem.
Suatu peristiwa kelahiran yang tidak pernah dibayangkan oleh banyak orang termasuk Maria dan Yusup. Bukankah setiap orang tua dan tiap suami menginginkan agar istri melahirkan di tempat yang layak dan terhormat. Demikian juga Maria, Ia pasti tak ingin bayi yang dikandungnya lahir dalam sebuah kandang. Ia ingin anaknya lahir ditempat layak sebagaimana umumnya perempuan melahirkan.
Tapi malam itu, tak ada tempat, semua penginapan bahkan rumah-rumah kerabatpun penuh sesak oleh kaum perantau yang datang memenuhi panggilan Kaisar Agustus untuk mendaftar kembali sebagai warga Kekaisaran di masing-masing kota asal. Itulah sebabnya, Maria dan Yusup malam itu tak mendapat tempat menginap yang layak.
Untung bahwa ada sebuah kandang domba yang sudah lama tak terpakai bisa dijadikan tempat menginap sekaligus untuk melahirkan anak sulung Mereka.
Aneh bahwa di masa sekarang tak banyak umat Kristen menengok peristiwa itu sebagai cara untuk mengenang kelahiran yang unik dan memprihatinkan itu. Tidak heran jika perayaan natal di masa sekarang, jauh dari kisah unik dan memprihatinkan itu.
Natal adalah pesta! Demikian benak sebagian besar umat Kristen. Jadi karena Natal adalah Pesta, maka harus meriah, ada makanan dan kue-kue, hadiah dan berbagai hiasan. Jauh dari mengenang dan merenung atas cara kelahiran yang memprihatinkan itu. Atau mungkin banyak orang tak ingin masuk 'areal' itu karena sangat sederhana dan cenderung menyedihkan?
Selamat menyongsong Natal 25 Desember 2022.
Foto : Kompas.com


RWM.BOONG BETHONY

06/12/22

Fragmen Kebudayaan

Fragmen Kebudayaan : Tentang Pasar Kampung bersama.

Globalisasi akibat tehnologi informasi, menciptakan ruang rasa - karsa, tanpa batas di satu sisi, dan pada sisi lain mengurungnya dengan kejam. Begitulah aku melihat Pasar sebagai 'muara' Kebudayaan Masyarakat Posmodern. Bahwa pasar sanggup menampung (baca : menerima) pembauran tetapi di saat bersamaan ia (pasar) tanpa ampun menghancurkan (memusnahkan) produk-produk kebudayaan lainnya.
Pasar bukan hanya produk kebudayaan tapi ruang interaksi produsen kebudayaan, dalam konteks ini berlaku hukum siapa kuat, jaya. Dan lainnya hancur lebur.
Romo Marthin.
Pemerhati dan pegiat kebudayaan, pendamping umat di GPIB.
Tinggal di Jakarta.


foto : Paskah 2017



RWM.BOONG BETHONY

12/11/22

Pamflet

Pamflet

NKRI itu wajah yang lurus dan bukan wajah seperti yang di tangan dan kiri itu.
NKRI itu Plural bukan satu agama, bukan satu suku.
NKRI itu Demokrasi bukan Identitas agama.
NKRI itu semua orang memimiliki hak dan kewajiban yang sama.
NKRI itu PANCASILA
NKRI itu Bhineka Tunggal Ika.
Wajah Penguasa.
Duduk disinggasanah memainkan orang-orangan
Menulis nasib kerakyatan
Menertawai para pejuang keadilan
Duduk disinggasanah memutar orang-orangan
Sebab itu NKRI ada di saku mereka.
Maka menarilah aku memainkan topeng-topeng itu.. Foto : NUSABALI.COM






RWM.BOONG BETHONY

10/11/22

Ke-Surga atau ke-Dunia?

Renungan Kebudayaan tentang : Ke-Surga atau ke-Dunia ini?

Kampanye paling laku (kalau tak mau di sebuat jualan) oleh agama-agama ialah ke-Surga untuk menghindar dari Neraka. Dan hampir semua agama-gama melulu bicara soal dua hal itu. Seolah-olah ketika TUHAN menciptakan Manusia maka hanya dua pilihan untuk di jalani, di lakoni, yaitu menuju surga atau neraka.
Padahal semua orang beragama itu masih hidup dan tinggal di Dunia ini. Dunia dimana semua orang beragama itu mencari nafkah, minum, memiliki rumah, punya mobil, bekerja, mancing, main domino, bertetangga, bermasyarakat, bergaul dengan semua orang, rame-rame di jalan raya atau toll, senang-senang di Mall atau super market, dst-dst. Lho apa iya, dunia ini, sesama manusia, sesama mahkluk di ciptakan 'hanya' untuk kepentingan masuk surga atau kerugian masuk neraka? Apa iya dunia ini nggak penting untuk agama-agama itu? bahwa Dunia ini hanya seperti terminal atau stasiun atau pelabuhan atau airport untuk menuju surga atau neraka?
Padahal semua pengajaran suci, pengajaran agung agama-agama itu justru berpusat pada dunia ini.
Sebagai contoh misalnya : peng-amal-an atau mempraktek iman itu justru dalam dunia ini. Menolong sesama manusia (sesama mahluk), rukun dan damai pada tetangga, pada se-iman, pada yang berlainan iman, pada yang tidak sesuku, pada yang tidak sebahasa, pada yang tidak senegara, pada yang tidak sebangsa, menolong orang miskin, membantu yang dilanda bencana dan perang, bukankah semua itu ada dalam duinia ini?
Mestinya...ya seharusnya dunia ini makin baik jika menilik dari pengajaran agama yang indah dan agung itu bukan?
Suatu kali sobat Galilea pernah mengatakan begini : Kasih pada Allah itu mesti dengan segenap hati, sepenuh jiwa dan segenap akal budi.Tapi ingat kasih pada Allah itu sama dengan kasih kepada sesama dan diri sendiri.
Pertanyaan pertama : Allah itu dimana? Yah diatas sana di Surga/Nirwana, tempat kudus.
Trus manusia seperti diri sendiri itu dimana? Ya di dunia ini. Lha kalau mengasihi Allah itu sama dengan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, berarti kasih itu tidak terlepas dari ecosistem, habitat, lingkungan manusia berada bukan? Ya, alamnya, ya masyarakatatnya, ya sistem-sistem moral dan etis, ya adat istiadatnya, intinya semua itu berada dalam dunia ini.
Jadi sesungguhnya, perhatian agama-agama terhadap dunia ini adalah bagian penting dari pengajaran agama-agama itu.
Ach mungkin tiap agama harus berani meng-interprestasi, menafsirkan ulang, melihat kemabli pengajaran-pengajaran agung itu untuk lebih akrab dan memuliakan serta merayakan dunia sebagai tempat hidup bersama seluruh mahluk.
Salam dan doa.
Romo Marthen, Pemerhati dan pegiat kebudayaan. Pendamping umat di GPIB. Foto : Musyawarah Kesenian Jakarta by Joel Taher



RWM.BOONG BETHONY

05/11/22

SEMARANG

Oldtown Semarang.

Aku gemar mencumbumu dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhmu yang memesona itu.
Tiap kali kereta henti di Stasiun tawang hamburan pelancong berebut mencuri perhatianmu, meminang dan merayu.
Di tubuh tuamu keelokan gadis-gadis semarang tergambar keuletan perempuan-perempuan perkasa.
Menggurat pula kisah berabad-abad terukir manis sebagai cerita kota tua semarang
Di kepingan genteng yang berserakan, gema dar dir dor tahun masa perang 5 hari tahun 46
Tembok tembok tuamu pernah di sandari lelaki berselempang kariben sambil menghindari letupan pelor belanda
Dan noni noni berpesta pora di selingi sinyo sinyo nikmati anggur merah sambil berdansa ria lincah seperti para pejuang melompat lompat tak kentara keringat dan tetesan darah
Aku pernah singgah di tubuhmu, menidurimu, mencumbuimu. Tapi juga tak kumengerti mengapa kau pasrah di mesrahi siapa apa
Di saat ku sadar, engkau ternyata terlupakan.
Semarang'2010.
Foto : Aku dan Musium cafe kota tua semarang 2010.


Aku dan Semarang.

Menanti Rob mencandai roda-roda kala senja dalam semilir siul kaline banjir.
Menunggu ditawang peluit malam seperti pemberontak menarik pelatuk memberondong mener gugur bak brondong jagung taptuptoptip
Semarang molek rupamu tak seindah harapan para terkapar pertempuran.enamhari tergolek bedil
Semarang simpanglima pilihan siapa kelaut kedarat ombak berbukit_bukit
Dara-dara mengerling jejaka seperti sehelai sutra merahputih berkibar melambai sapa saja datang.
Keterangan foto tidak tersedia.


RWM.BOONG BETHONY

NERO

Sepenggal Cerita Pendek.


"Kamu harus temukan bajingan - bajingan tengil, itu!" teriak Nero pada Panglimanya.
"Mall - mall, cafe, pasar tradisionil, panti - panti pijat, hotel dan penginapan, rumah - rumah ibadah, bahkan rumah - rumah bordil, semua di geledah. Jalan raya, Toll dan gang kecil di gelar operasi pemeriksaan. Tapi kami tak menemukan mereka" Lapor sang panglima beberapa minggu kemudian.
"Bakar kota ini dan kota sucinya, panggang mereka supaya tahu, akulah tuhan" Teriak Nero dalam benci melangit.
Maka asap melalar kemana. Menutup sagala. Ya mata, ya muka. Ya rupa, ya hidung. Ya wajah, ya mulut.
Maka asap memenuhi segala. Ya hidung, ya tenggorokan. Ya nafas, ya dada.
Maka kematian dimana mana.
Tak jelas ini debu atau abu dalam batin perih.
(berhati hati pada benci dan kuasa).




RWM.BOONG BETHONY

Surabaya

Surabaya oh Surabaya


Poster poster menghias nadi nan tak henti terbangkan debu-debu, persis seperti hamburan mortir gurkha menghunjani arek-arek memeluk bambu runcing menyongsong kematian seraya teriak Allahu Aqbar.
Dan gugurlah para kesuma, bertaburan kembang negeri porak poranda segala arah dan noni noni serta sinyo sinyo morokembang berlarian.
jembatan merah membara darah darah, Cak Bambang, Heru, Suwardi dan Tikno berkalang tanah
Merdeka rekkkk.....nafas pun melayang
Dan kini kenangan itu berupa poster poster, berupa ritual sepuluhnovemberan di kampung kampung.
Teringat kampung sawunggaling, teringat hayawuruk, teringat brawijaya, teringat saat sekolah dan aku berperan jadi Bung Tomo lalu teriak Rawe-rawe rantas Malang-malang tuntas
Surabaya oh surabaya, saat supinah tergeletak di embong malang malang seperti banyak nasib arek-arek ambengan jaman perjuangan dulu merata tak tertinggal tiang sebatang
Yah...surabaya kini berubah metropolitan, sampah dan macet jadi komoditi koran, kenjeran dan bonbin hampir jadi cerita usang.
Surabya oh surabaya, dari dulu kapal-kapal datang dan pergi tinggal cerita tentang tikus tikus pelabuhan dan dermaga, tentang tipu tipu yang kerap menelan korban.
Surabaya oh surabaya.




RWM.BOONG BETHONY

25/10/22

Cinta Di Taman

Sajak cinta di taman


Kekasih duhai kekasihku.
Dulu, waktu aku masih di taman, Kau lupa menutupnya
Dia yang disisiku tak sanggup apa lagi pernah menutup lubang itu
Dan kini, berabad pergi
Lubang itu masih di sana.
Akan kah, kau usir aku keluar taman itu, taman dimana kau ajar tentang cinta, tentang asmara
Dan kini ia subur, berkembang, berbuah diantara pokok-pokok rindang, menggelantung, menggodaku
Kekasih duhai kekasihku
Dulu di taman yang kau bangun
Cinta yang kau beri memperosok aku meraih buah yang ranum, manis dan menikmati hingga lupa, siapa aku
Seperti aku lupa sekarang ini
Duhai kekasih, kekasihku
Ampuni jika bunga setaman mempesona
Ampuni bila kembang setaman menggoda
Ampuni kalau bunga berkembang di hati
Ampuni lantaran bunga itu memetik jiwaku
Ampuni karena kembang itu memutik hatiku
Oh kekasih, duhai kekasih
(tanah kusir, 25 oktober 2017)
Persembahan untuk semua yang menjadi pewaris kegagalan di Taman itu.

Gambar : Balai Budaya Jakarta, oktober 2022





RWM.BOONG BETHONY

24/10/22

Kisah Akhir Pekan

Kisah akhir pekan.


Surya menusuk nusuk di rerumputan petas tertimpa reranting yang subur menggeletak menggelepar. Seperti hangat tunggku menghias meja lapang menyatu umbi umbian, keras di garis kering sesawah. Tiada apa tiada gerak, hanya bayu bersenandung haus.
Danau, sungai, mata air tingal bebatuan, seperti tikungan tajam di pelipis pipi anak anak tirus dan cekungan pipi tetua renta. Waktu pun berhenti, hanya petaka tergantung dimana mana. Pada segala pokok, pada semua mahkluk tanpa tanding, bulu pun rontok.
Sayup mengalun seruling menyayat jiwa iringi gendhing cucur bawuk keranda menari nari hidup kembali baru. Bak bebiji masuki alam baqa lalu bangkit beri bulir dan panen bebuah, kesegaran hanya mimpi ini kali.
Tuhan tunggangi bayu hinggap di pepucuk rumah lantaran tak ada lagi pepohon terlebih dedaun hanya bayangan perih, luka, duka di jam kematian.
Bintang gemintang setia menatap dalam sembab, timur, barat, selatan dan utara masih sama. Tak beringsut, bepergian, pun bergeser. Kesetiaan adalah cinta, ialah asmara. Seperti keteguhan Tuhan mencintaimu.
Jangan cari salah apalagi lapor sampai kesurga, semua ada di sini. Di rumah kita. Bukan disana atau disitu tapi disini, di rumah kita. Rumah semua mahkluk, bukan hanya rumahmu.
Tuhan melompat lompat hindari bara, bara di hatimu.
(Selamat berakhir pekan sobat dan handaitaulan.
Jangan lupa pake masker)

Sajak-sajak hutan.

Aku menggerutu gerah diantara rerindang luruh
pada pokok-pokok perkasa
seperti kenangan yang ditulis penyair
mengenai hutan
mungkin 40 tahun mendatang
sajak hutan
hanya kata
(menggali mata air dari air mata dan air keringat)
Foto : Rob Colection'17





RWM.BOONG BETHONY