22/03/16

Haiku / Hokku and KIGO

Artikel sederhana tentang Kigo.
Oleh. Romo Ro Wi Ma

Para sahabat, di bawah ini beberapa contoh Haiku sederhana tentang air.

Menulis haiku tidak sulit jika kita memahami bagaimana menempatkan Kigo yang merupakan KEHIDUPAN dari HAIKU. Haiku tanpa Kigo, adalah puisi biasa.
Beberapa waktu lalu, banyak yang mempertanyakan arti Kigo, apakah penting atau tidak?
Dengan Tegas, sekali lagi saya menyatakan, bahwa karakter utama oh Haiku adalah Kigo. Kigo adalah kehidupan seorang Haiku. Jika tidak maka ia hanya biasa-biasa saja puisi.
Silakan merujuk ke haiku sederhana di bawah ini.
----------------------
sarung abu-abu
Jatuh pada titik air
melembabkan pagi
-----------------------
Galon abu-abu
Menuangkan air di langit
dunia berlumpur
-------------------------
Dance air pagi
Dots pemukulan
insan mengeluh
-----------------------
dedaunan basah
Pagi hujan datang
jamur menari
----------------------
air mata bumi
Cinta sepanjang waktu
Puji Tuhan (Alhamdulillah)
--------------------
mengamuk alami
flash mengalir
menangis pagi
-------------------------
Beberapa Haiku di atas, sangat sederhana dan mudah menggambar / memberitahu apa yang terjadi, tetapi juga disertai renungan sebagai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, sehingga tidak mata belaka.
Berlatih sesering mungkin dengan mengangkat cerita hanya sebagai objek Haiku.
Dan memperhatikan hal itu:

1. cerita TIMING atau cerita, seperti: hari, malam, pagi, siang, pagi, pagi, dan sebagainya.

2. OR TANDA SAAT cerita atau kisah yang terjadi, seperti: bulan purnama, kelelawar terbang, suara burung hantu, jangkerik bernyanyi, kunang-kunang, ayam berkokok, katak melompat, bunga tumbuh, dan sebagainya.

3. ATAU SESUATU DI UMUM AKAN TRADISI AGAMA BAIK OLEH MASYARAKAT ADAT, seperti Lebaran Haji, Paskah, Natal, Maulid Nabi, Nyepi, Ritual Kesodho (Tengger dan DIY), Tahun Baru, Waisak, Sasaka Domas (Baduy), dll .,

4. UPACARA ATAU NEGARA YANG SELALU DO PERMANEN, seperti Hari Kemerdekaan, Kartinian, Kebangkitan Nasional, TNI HUT, Polri HUT, dan sebagainya.

5. Kigo JIKA KITA MEMAHAMI YANG HANYA SENDIRI (bukan sesuatu yang berlaku umum) HARUS KARENA ITU, DI HINDARI. Kigo KARENA KITA MEMAHAMI YANG HANYA, DAN MENDAPAT SENDIRI, AKAN SELALU DAN TERKESAN DI kekuatan polemik.

Atas perhatian seluruh Kerabat dan 'Handaitaulan', saya bersyukur. Salam dan doa Rahayu.

Catatan kecil tentang KIGO:
Kigo berasal dari Jepang yang memberikan arti:
Penyebaran atau tanda - tanda yang memberikan rasa transisi atau perubahan musim; atau waktu omset.
Kigo sebagai tanda musim semi dan tanda-tanda seperti:
Spring, musim dingin, musim panas, salju. Musim Pergantian bahwa ada, disertai dengan tanda-tanda perubahan di alam. contoh:
Pergantian musim dingin ke musim semi, ditandai dengan salju mencair; bunga - bunga mulai berkembang; tunas pohon mulai tumbuh, dan sebagainya.
Kigo sebagai tanda waktu, seperti:
Malam, pagi, siang, sore. Tanda-tanda malam, a.l:. Malam, bintang-bintang mulai terlihat, jangkrik suara, kelelawar keluar dari sarangnya.
Tanda-tanda pagi, a.l:. Suara ayam, kelelawar kembali ke sarang, embun meleleh, dll

---------------------------------------------
Simple article about Kigo.
By. Romo Ro Wi Ma

The companions, below some examples of simple Haiku about water.

Writing haiku is not difficult if we understand how to put Kigo which is the LIFE of HAIKU. Haiku without Kigo, is a regular poetry.
Some time ago, many have questioned the sense Kigo, whether important or not?
With Decisive, again I declare, that the main character oh Haiku is Kigo . Kigo is the life of a Haiku. If not then he just mediocre poetry.
Please refer to the simple haiku in the below.
----------------------
Holsters gray
Fell at a water point
Moisten morning
-----------------------
Galon gray
Pour water in the sky
world muddy
-------------------------
Water Dance morning
Dots beating
Insan complain
-----------------------
wet foliage
Morning welcome rain
mushrooms dancing
----------------------
Tears earth
Love all the time
Praise God (Alhamdulillah)
--------------------
natural rampage
Flash flowing
morning cry
-------------------------
Some Haiku above, it is very simple and straightforward drawing / tell what was going on, but also accompanied afterthought as a message to be conveyed by the author, so it is not a mere eye.
Practice as often as possible by lifting the stories simply as objects Haiku.
And pay attention to it:

1. TIMING story or the story, such as: day, night, morning, afternoon, morning, early morning, and so on.

2. OR SIGNS WHEN story or a story that happened, such as: full moon, bats flying, owl sounds, jangkerik singing, fireflies, the cock crowed, frog jumping, interest is growing, and so on.

3. OR SOMETHING IN GENERAL SHALL BE RELIGIOUS TRADITION WELL BY INDIGENOUS PEOPLES, such as Lebaran Haji, Easter, Christmas, Birthday of Prophet, Nyepi, Ritual Kesodho (Tengger and DIY), New Year, Vesak, Sasaka Domas (Baduy), etc. ,

4. CEREMONY OR STATE THAT ALWAYS DO PERMANENT, such as Independence Day, Kartinian, National Revival, TNI HUT, HUT Police, and so on.

5. Kigo IF WE UNDERSTAND THAT ONLY OWN (not something that is generally accepted) SHOULD THEREFORE, IN AVOID. Kigo BECAUSE WE UNDERSTAND THAT ONLY, AND GOT ​​OWN, WILL ALWAYS AND IMPRESSED AT polemical force.

For attention throughout Relatives and 'Handaitaulan', I am grateful. Greetings and prayer Rahayu.

A small note  about KIGO:

Kigo comes from the Japanese that gives meaning:
Dissemination or sign - a sign that gives the sense of transition or change of seasons; or turnover time.
Kigo as a sign of Spring and signs like:
Spring, Winter, Summer, Snow. Substitution season that there was, accompanied by signs of change in nature. example:
Substitution winter to spring, marked by melting snow; flowers - flowers began to develop; tree buds begin to grow, and so on.
Kigo as a sign of time, such as:
Night, morning, afternoon, evening. Signs of the night, a.l .: evening, the stars began to look, sound jangkerik, bat out of the nest. Signs of the morning, a.l .: rooster sounds, bats return to the nest, dew melt, Etc.



RWM.BOONG BETHONY

05/03/16

Haiku dan Sastra


HAIKU DAN PEMBELAJARAN SASTRA.                                                                                                                                                                     (tulisan pertama dari 3 artikel)

Oleh : Romo Roberth W. Maarthin/RWM

(Artikel kecil berseri sebuah narasi  dalam rangkah setahun Group Haikuku Indonesia)



Sebagaimana umumnya, orang tahu bahwa Sastra atau berkesenian dalam bentuk tulis terbukti mampu memengaruhi wajah dunia. Apa pun bentuk tulisan itu; Novel sejarah, novel Roman, novel Pop, Cerpen, Puisi, Biografi, Reportair, dokumentasi teks, naskah drama - filem, bahkan kitab Suci pun tertulis dalam bentuk sastra.
Sebelum kertas ditemukan para seniman sastra praklasik menulis karya kesenimanannya pada Papyrus (kulit kayu) Daun Lontar, Bambu, kayu dan Perkamen (kulit binatang) juga batu (dalam bentuk ukiran, Tugu, prasasti sampai dinding-dinding goa) semua itu karya karya yang informatif menyiratkan situasi sosial kemasyarakatan pada zaman para penulis. Di Indonesia misalanya, kita kenal kesustraan terbagai menjadi beberapa tahapan seperti pra pujangga baru (sebelum jaman kemerdekaan - Clasic), Angkatan pujangga baru ( masa kemerdekaan - Neo Clasic), angkatan pujangga 66 (?) dan yang terakhir angkatan pujangga modern(?). Periodesasi seperti itu hendak menyatakan kondisi sosial yang sedang terjadi ketika para penulisnya mencorat coret karya karyanya. Itulah sebabnya, karya sastra jadi dokumen primer pembelajaran perjalanan komunitas masyarakat tertentu bahkan sebuah negara.
Mengapa Kesusastraan? Yah, karena kesusastraan itu bahasa jiwa, bahasa batin, bahasa kalbu. Karena itu, ia selalu lahir dalam keindahan, dibuat karena cinta, oleh sebab ruh kedamaian. Lantaran itu, para seniman sastra biasanya luhur budi, halus peringai, santun bertutur, elegan berkarya dan yang utama spiritulitas berkeseniannya tak diragukan. Sebab buahnya hanya keindahan, keluhuran, ketulusan dan kebenaran dalam bentuk teks. Makanya, para seniman sering kali dijuluki 'manusia diatas angin' sebab norma norma seperti ini, oleh masyarakat hanya dapat dibaca dalam laku para seniman umumnya dan sastrawan khususnya.

Lalu bagaimana dengan Group Haikuku Indonesia dimana kita belajar bersama soal kesusastraan khususnya sastra Haiku?
Artikel kecil sederhana ini, saya narasikan dalam rangkah menyambut HUT pertama Group Haikuku Indonesia sekaligus memenuhi tantangan Sang Presiden Haikuku Diro Aritonang agar saya membuat sebuah artikel.
Dalam kerangka itu, saya akan jujur dan menghindari pemikiran yang sifatnya hanya subjektif belaka menuju objektifitas naratif.
Ketika saya di undang memasuki pintu rumah Haikuku ini saya sungguh kagum dan gembira. Gejolak darah berkesenian saya membuncah memenuhi syaraf yang ada. Gembira, karena ternyata ada sebuah group yang khusus menggeluti Haiku, Kesusastraan Negeri Matahari terbit. Gembira karena Intensitas member sangat luarbiasa dan animo Penulis Haiku bagai mata air yang enggan surut termasuk membengkaknya  jumlah penghuni.
Seperti hal lumrah terjadi bahwa sebuah komunitas selalu mengalami persoalan, baik karena pemikiran pun oleh karena ketidak pahaman satu anggota dengan yang lain. Mengenai apa itu sastra Haiku, tentang bagaimana Haiku, soal penyesuaian ragam dan bentuk penulisan karena  latar belakang yang memang berbeda dari asalnya di Jepang sana. Yang paling seru jadi objek diskusi ialah Kigo. Yang secara sederhana diterjemahkan dalam arti : Pertanda Musim dan juga Pertanda Waktu. Diskusi tentangnya (KIGO) jadi demikian seru dan vulgar mengenyampingkan keasadaran diri bahwa yang sedang berdiskusi adalah ‘Para Penghuni Negeri di Atas Angin’ yang katanya selalu melahirkan keindahan, ketulusan, kedamaian, kesopanan dan etika tingkat dewa. Padahal, keindahan tidak lahir dari ‘Chaos’/keributan. Ketulusan bukan datang dari amarah. Kedamaian bukan buah dari kebencian apalagi dendam, iri dan dengki. Kesopanan dan Etika tidak dikandung oleh pandangan negative dan prasangka buruk. Spiritualitas bukan persemaian dusta dan fitnah. Bukankah Haiku itu sebuah bentuk yang lahir dari jiwa atau batin yang mencintai keindahan, ketulusan, kedamaian, kejujuran? Bukankah Haiku itu ditulis oleh karena perenungan yang kuat dan dalam dari Jiwa atau Batin pada pondasi Spiritualitas yang kokoh? Bukankah begitu? Itu berarti menulis Haiku, merupakan penghargaan terhadap keindahan, terhadap cinta, terhadap kedamaian, terhadap ketulusan, terhadap kejujuran, terhadap keluhuran, terhadap kebenaran, oleh dan dari para pecinta Tuhan Yang Maha Esa?
JIka pada zaman Klasik Jepang, kebanyakan para penulis Haiku melahirkan karya dalam spirit spiritualitas Zen, mengapa seniman Haiku Nusantara tidak mendasari spirit spiritualitasnya sesuai Iman para penulis? Mengapa musti terpusat pada Zen? Bukankah Zen itu ‘hanya jalan menemukan....?’ dan bukan sebuah Agama. Melainkan sebuah cara untuk memahami ‘lingkaran kehidupan antara Alam dan Manusia. Sebuah jalan yang oleh para penganutnya disebut ZEN. Sebab itu Ia (ZEN) adalah jalan atau cara untuk memahami ‘Lingkaran Kehidupan Antara Alam dan Manusia’ maka ia (ZEN) pun berada dimana mana. Di Italia, Jerman, Belanda, Afrika, Amerika, Australia, China, Jepang, Korea dan juga ada disini. Di Indonesia. Zen tak pernah mengubah siapa dan apa kecuali mengantar memahami, mengantar mengerti. Dan Jalan itu melahirkan Haiku dari kontemplatif padepokan (pertapaan) para penganut Zen di Jepang yang pada umumnya beragama Shinto. Karena Ia (ZEN) hanyalah jalan, maka semua orang bisa menapak di lorong itu.  Terserah apakah berupa jalan tanpa hambatan (TOLL), gang gang kumuh, jalan tikus, jalan setapak baik yang menurun pun mendaki atau rata rata saja. Tidak soal, yang penting semua mencoba jalan itu.  Toh Haiku adalah karya keindahan, keluhuran, ketulusan, kedamaian atas nilai spiritualitas para penulisnya.

Sastra Haiku harus diakuai terlambat mendapat perhatian dari seniman sastra Indonesia, meskipun menilik sejarah kehadirannya (Haiku) telah mulai di kenal oleh para penulis Sastra Melayu. Sebut saja Sastrawan Melayu yang Fenomenal Amir Hamzah dengan Gurindam 12 yang tak kalah menarik dibanding Haiku. Atau syair syair Melayu dalam bentuk Pantun, Seloka dst, yang sesungguhnya juga amat di pengaruhi oleh Spiritualitas Islam. Jika mau jujur, Pantun, Seloka, Gurindam 12 lahir dari dasar yang sama. Yaitu, Keindahan, ketulusan, kejujuran, kedamaian, dan terutama Spiritualitas kesenimanan dari Iman yang kokoh para penulisnya. Saran saya, hendaklah penghuni rumah Haikuku Indonesia, juga belajar memahami jenis kesusastraan Indonesia yang beraneka ragam itu. Tapi baiklah kita kembali pada maksud artikel kecil ini saya tulis. Sejak lahir awal November 2014 lalu, Group Haikuku Indonesia jadi Booming dan mendapat perhatian khalayak pecinta sastra di tanah air bukan saja lewat Media Sosial tetapi juga dalam percakapan nyata di beberapa tempat, seperti Bandung, Surabaya, Denpasar, Jakarta, Yogyakarta, Tasikmalaya, Purwakerta, Malang, Lampung, Medan dan kota lainnya bahkan sampai keluar negeri. Hal ini terbukti dengan anggota/member membludak melalui karya karya terposting yang jumlahnya ribuan 1 x 24 jam. Kenyataan ini membuat penggemar Haiku di seantaro Dunia terheran heran akan fenomenal Group ini. Termasuk didalamnya, produktifitas Haiga (Lukisan sederhana yang membantu untuk menjelaskan isi Haiku dimana pada lukisan sederhana itu terdapat grafis Haiku). Mengapa butuh Haiga? Karena Haiku itu hanya terdiri dari 3 baris dalam format (Etika – Aturan) 5 suku kata pada baris pertama, 7 suku kata di baris ke-dua dan 5 suku kata dibaris ke-tiga. Bukankah dengan format seperti itu teramat sulit untuk menafsirkannya? Bisa di bayangkan! Cerita, kisah, kejadian, renungan seperti apa yang dapat dituturkan atau dituang hanya dalam 17 Suku kata? Itu hanya sebuah kalimat pendek jika ingin menjadikannya sebuah kalimat. Teramat pendek! Itu pun Haiku bukan sebuah kalaimat pendek yang kemudian di susun atau ditulis jadi Haiku. Bukan! Haiku bukan Kalimat Pendek. Nach! Belum lagi bahwa menulis Haiku di kemas dalam Pertanda Waktu dan Musim yang di perhadapkan pada interaksi interaktif pada kejadian itu. Sungguh amat sulit menafsirkannya. Karena itu, para penulis Haiku menyertakan lukisan atau gambar sederhana agar membantu para penikmat Haiku memahami maksud si Seniman.

Bagaimana dengan Para penulis Haiku di Group Haikuku Indonesia?

Alam dan Insan
Satu di mangkuk rasa
Miliki waktu


IN ENGLISH VERSION :


HAIKU AND LEARNING LITERATURE. (The first article of 3 articles)

By Fr. Roberth W. Maarthin / RWM

(Articles tiny glow of a narrative within a year Rangkah Group 
Haikuku Indonesia)




As is generally known that literature or art in the form of facial hair proved to
affect the world. Whatever the shape of the article; Historical novels, romance novels, novels Pop, Short Story, Poetry, Biography, Reportair, text documentation, plays - film, even Scripture was written in the form of literature.
Before paper was found the literary artist praklasik was writing kesenimanannya at Papyrus (bark) Leaves Lontar, bamboo, wood and parchment (animal skin) also rock (in the form of carving, Monument, inscriptions until the walls cave) all the works of informative implies social situation at the time of the author. In Indonesia misalanya, we know kesustraan divided into several stages such as pre poet recently (before the era of independence - Clasic), Force poet new (independence - Neo Classic), force poet 66 (?) And the last class of the poet of modern (?). Periodization as it came to reveal the social conditions that happening when authors mencorat scratch his work. That is why, literature so the primary documents of certain community learning journey even a country.
Why Literature? Well, because the literary language of the soul, inner language, the language of the heart. Therefore, it is always born in beauty, made for love, because of the spirit of peace. Because of that, the literary artist usually noble minds, peringai refined, mannered spoken, elegant work and the main doubt spirituality in art. Because his only beauty, nobility, sincerity and truth in text form. Hence, the artists often dubbed the 'man on the wind' because the norms of this kind, the people can only be read in the general behavior of the artists and writers in particular.

And what about the Group Haikuku Indonesia where we learn together about literature, especially literature Haiku?
This simple little article, I Narrate the first anniversary of Group Haikuku welcomed Indonesia as well as meet the challenges of the President Haikuku Diro Arita so I made an article.
Within that framework, I will be honest and avoid ideas that are subjective only toward objectivity mere narrative.
When I was invited to enter this door Haikuku I was really amazed and delighted. My art blood turmoil erupted meet existing nerves. Excited, because it turns out there is a special group wrestle Haiku, Foreign Literature Sunrise. Happy because the member is extraordinary intensity and zest Writer Haiku like springs that are reluctant to recede including the ballooning number of occupants.
As a common thing always happens that a community has problems, either because the thought was because of unfamiliarity one member to another. Regarding the literature Haiku, about how Haiku, a matter of adjustment varieties and forms of writing because background is different from its origin in Japan there. The most intriguing become the object of discussion is Kigo. Which simply translates in meaning: Season Signs and Omens Time. Discussions about (Kigo) be so intriguing and vulgar disregard keasadaran self that is being discussed is 'The Occupant State in Upper Wind' which he always bore beauty, sincerity, peace, decency and ethical level of a god. In fact, beauty does not come from 'Chaos' / fray. Sincerity does not come from anger. Peace is not the fruit of hatred let alone revenge, envy and jealousy. Courtesy and Ethics are not contained by negative views and prejudices. Spirituality is not the nursery lies and slander. Haiku Is not it a form which is born of the soul or inner love beauty, sincerity, peace, honesty? Haiku Is not it written because of strong and deep reflection of Soul or Mind on a solid foundation of spirituality? Is not it? That means writing Haiku, is a tribute to the beauty, the love, the peace, the sincerity, the honesty, the sublime, to the truth, by and of the lovers of God Almighty?
If the Japanese Classical era, most of the authors of the works in the spirit of giving birth Haiku Zen spirituality, why artists Haiku Nusantara is not spiritually appropriate underlying spirit of Faith writers? Why must be centered on Zen? Zen Is not it 'just a way to find ....?' And not a religion. But a way to understand the 'circle of life between Nature and Man. A road by its adherents called ZEN. Therefore he (ZEN) is a path or a way to understand the 'Circle of Life Between Nature and Human' then he (ZEN) also are everywhere. In Italy, Germany, the Netherlands, Africa, America, Australia, China, Japan, Korea, and also here. In Indonesia. Zen never change who and what except drove understand, dropping understand. And it spawned Haiku Way of contemplative hermitage (hermitage) the followers of Zen in Japan are generally Shinto religion. Because he (ZEN) is just way, then everyone can tread in the corridor. It's up to whether a road without a hitch (TOLL), seedy alley alley, street rat, footpaths either declining or average climbed alone. No matter, all of it is trying to walk it. Toh Haiku is a work of beauty, nobility, sincerity, peace on the value of the spirituality of the authors.

Literature Haiku must be acknowledged too late to get the attention of Indonesian literary artist, although examines the history of presence (Haiku) has begun known by the authors of Malay Literature. Call it writer Malay Phenomenal Amir Hamzah with 12 couplets that are not less interesting than Haiku. Malay poetry or poetry in the form Pantun, Seloka etc., who actually also greatly influenced by Islamic Spirituality. If you're honest, Pantun, Seloka, couplets 12 born on the same basis. Namely, beauty, sincerity, honesty, peace, and especially the spirituality of Faith solid artistic authors. My advice, let residents Haikuku Indonesia, also learn to understand the type of Indonesian literature diverse it. But let us go back to the intent of this little article I wrote. Since birth the beginning of November 2014 and, Group Haikuku Indonesia so Booming and got the attention of audiences lovers of literature in the country not only through social media, but also, in conversation, in some places, such as Bandung, Surabaya, Denpasar, Jakarta, Yogyakarta, Tasikmalaya, Purwakerta, Malang, Lampung, Medan and other cities even abroad. This is proven by the member / member booming through the works of the thousands terposting 1 x 24 hours. This fact makes the Haiku fan at the World seantaro appalled to be phenomenal Group. Including, productivity Haiga (simple painting that helps to explain the contents of Haiku where the graphics are simple painting that Haiku). Why need Haiga? Haiku because it consists of only three rows in the format (Ethics - Rules) 5 syllables on the first line, seven syllables in the second line and five syllables dibaris all three. Is not the format as it was extremely difficult to interpret? Can imagine! Stories, stories, events, reflections such as what can be spoken or poured in just 17 syllables? It was only a short sentence if it is to make a sentence. Very short! It was Haiku is not a short kalaimat then collated or written so Haiku. Not! Haiku is not short sentence. Nach! Not to mention that writing Haiku pack in Time and Seasonal Signs in perhadapkan on interactive interaction on the incident. It is very difficult to interpret. Therefore, the authors Haiku include painting or a simple image to help the audience understand the intent of the artist Haiku.

What Writers Group Haikuku Haiku in Indonesia?

Natural and Human
One bowl flavor
have time





#RWM


HAIKU & ZEN
oLEH : Diro Aritonang.

[PENGANTAR: Mari kita pahami apa itu hubungan Zen dengan Haiku. Bagi masyarakat Jepang, Zen tentu berhubungan dengan keyakinan religinya, sehingga kalangan Zen Buddhism dalam memberi ruh pada haikunya, berhubungan dengan spiritual zen. Bagaimana dengan haiku di haikuKu Indonesia, apakah juga harus memasukkan spritual zen? Tentu tidak, tidak harus spiritual zen masuk di dalamnya. Tapi hal-hal yang berkaitan dengan eksplorasi nilai-nilai universalnya, bukan teologinya. Tentu itu pun tergantung eksplorasi kita dalam memasukkan unsur spiritual religi yang kita anut. Beriku merupakan uraian Richard von Sturmer, bagaimana zen merasuk dalam haiku. Menjadi kekuatan dan kekhasan haiku]
Catatan: Karena haikunya diterjemahkan ke bahasa Inggris dari bahasa Jepang terjadi perubahan mora/suku kata.
oleh RICHARD VON STURMER 
(New Zealand Poetry Society Te Hunga Tito Ruri o Aotearoa)
Sejak Abad Pertengahan, melalui upacara minum teh, merangkai bunga, seni bela diri, dan teater Noh, Zen Buddhisme, dengan penekanan pada kesederhanaan, kealamian dan penghematan, telah menjadi kekuatan dominan dalam budaya Jepang. Di sini kita akan melihat sembilan kualitas yang melekat dalam Zen dan bagaimana kualitas ini berhubungan dengan penulisan haiku.

1. Keesaan
Zen mengajarkan bahwa penderitaan kita timbul dari rasa keterpemisahan, dari perasaan "sendirian dan takut dalam dunianya yang tidak pernah dibuat". Praktek haiku adalah cara melarutkan perasaan pemisahan ini dengan mengalami kesatuan alam kita sendiri dan sifat dari segala sesuatu di sekitar kita. Seperti Basho menulis kepada seorang murid: "Belajar tentang pinus dari pinus, dan sekitar bambu dari bambu. Penyair harus. . . masuk ke objek tersebut agar bentuk puisi itu sendiri menyatu, menjadi satu antara penyair dan objeknya".
the sound of hail-
I remain, as before,
an old oak
bunyi hujan es
Aku tetap, semula
pohon ek tua
- Basho

2. Keintiman
Keintiman berarti tidak menarik kembali tetapi semakin dekat, dan dengan haiku kita selalu mendekat ke masalah. Ketika kita berhenti terpaku pada kekhawatiran pribadi kita, kita dapat memberikan diri kita kepada dunia. Untuk menulis haiku ini berarti menjadi benar-benar selaras dengan lingkungan kita, apakah kita sedang berjalan di sebuah jalan yang sibuk atau berbicara diam-diam dengan seorang teman.
they spoke no word,
the host, the guest
and the white chrysanthemum
ngomong tak kata
tuan rumah, tetamu
dan krisan putih
- Ryota

3. Kekosongan
Ketika Bodhidharma, pendiri Zen, bertemu ke Kaisar Wu dari China Selatan, Kaisar bertanya, "Apa ajaran fundamental agama Buddha?" Jawab Bodhidharma, "Kekosongan yang luas dan tidak suci". Pernyataan revolusioner ini telah bergema sepanjang masa, dan kebenarannya sekarang dikonfirmasi oleh kuantum fisika: atom - hal-hal dasar dari alam semesta - yang 99,999% kekosongan. Itulah cara permasalahannya. Dan kita harus kosong sehingga hal dari dunia ini dapat mengungkapkan diri kita.
midnight - no waves, no wind
the empty boat is
flooded with moonlight
tengah malam – tak gelombang, tak angin
perahu kosong
dibanjiri cahaya bulan
- Dogen

4. Suchness
Misteri besar alam semesta adalah bahwa dari kekosongan yang mendasar muncul berbagai hal mengejutkan bentuk. Sebagai Yasutani-roshi, Zen Guru modern, katakan, "Wajah asli dari universalitas bergerak cepat dalam rincian khusus".
the spring is cold-
the puppeteer
keeps coughing
semi yang dingin-
tentang seorang dalang
selalu batuk
- Suiha

5. Keunikan
RH Blyth menegaskan bahwa "catatan Haiku bagaimana Wordsworth menyebutnya 'titik waktu', saat-saat yang untuk beberapa alasan yang cukup misterius memiliki makna yang aneh". Haiku juga merayakan keunikan itu hal biasa dan, pada saat yang sama, menunjukkan bagaimana keunikan yang berisi universal.
spring rain-
a rat is lapping
the Sumida River
semi berhujan-
tikus memukul-mukul
Sungai Sumida
- Issa
6. Ketidak-kekalan
Dunia ini begitu menakjubkan, misterius dan indah, kuga sedih karena terus berubah. Tak berguna berlangsung, semuanya dalam keadaan fluks. Kebenaran ketidakkekalan tidak mengurangi, melainkan meningkatkan keunikan setiap hal, setiap orang. Hidup ini berharga karena begitu cepat berlalu. Penyair haiku, mungkin lebih daripada kelompok penulis, juga seperti wartawan uang melihat pada sifat fana dunia ini.
the owner of the cherry blossoms
turns to compost
for the trees
milik sakura
nyata adalah kompos
bagi pohonan
- Utsu (ayat kematiannya)

7. Kealamian
Dalam kedua Zen dan haiku ada apresiasi dari tanpa hiasan, dari yang usang dan lapuk. Saat menulis haiku, kita memperhatikan apa yang diabaikan, untuk apa yang ada di margin, untuk apa orang begitu mudah kehilangan di keramaian dan hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Kealamian berarti menjadi satu dengan alam, selaras dengan musim dan keadaan berubah sendiri.
the wind brings
enough fallen leaves
to make a fire
angin membawa
daun bergugur cukup
membuat api
- Ryokan

8. Perhatian
Suatu hari orang awam dikatakan Ikkyu, "Guru, tolong menulis untuk saya beberapa maksim kebijaksanaan tertinggi?" Ikkyu segera mengambil kuas dan menulis kata Perhatian. "Apakah itu semua?" Tanya pria itu. "Apakah Anda tidak menambahkan sesuatu yang lebih?" Ikkyu kemudian menulis Perhatian Perhatian. "Yah," kata pria itu agak kesal, "Aku benar-benar tidak melihat banyak kehalusan dalam apa yang Anda baru saja menulis." Kemudian Ikkyu menulis kata yang sama tiga kali: Perhatian Perhatian Perhatian. Setengah marah, pria itu bertanya, "Apa arti kata perhatian sih?" Ikkyu menjawab, "Atensi berarti perhatian." Dialog ini tentang merangkum: Haiku adalah seni memperhatikan.
peeling pears-
sweet juice drips
from the knife blade
kupas buah pears-
menetes jus yang manis
dari pisaunya
- Shiki

9. Responsif
Kita hidup di alam semesta yang dinamis dan kita dipanggil untuk menanggapi. Sebagai penulis haiku, kita menanggapi dunia melalui tulisan kita. Haiku, dengan mengungkapkan afinitas tersembunyi antara hal-hal, menegaskan keterkaitan dasar dari semua kehidupan.
each time the wave breaks
the raven
gives a little jump
gelombang rehat
seekor burung gagak
beri lompatan
- Nissha

Gagak menjadi satu dengan ombak, dan kami kembali ke tempat kami mulai di daftar kualitas Zen.

Catatan Editor: Artikel ini adalah versi kental dari sidang paripurna disampaikan di Haiku Festival Aotearoa, Wellington, 04-06 Maret 2005. Kami berterima kasih kepada Richard untuk memungkinkan untuk direproduksi di haikuKu ini.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Richard von Sturmer dan Zen, melihat Auckland Zen Centre situs.
Beberapa catatan Haiku dan Zen : 
Catatan: Karena haikunya diterjemahkan ke bahasa Inggris dari bahasa Jepang terjadi perubahan mora/suku kata.
(New Zealand Poetry Society Te Hunga Tito Ruri o Aotearoa)
I remain, as before,
an old oak
Aku tetap, semula
pohon ek tua
the host, the guest
and the white chrysanthemum
tuan rumah, tetamu
dan krisan putih
the empty boat is
flooded with moonlight
perahu kosong
dibanjiri cahaya bulan
the puppeteer
keeps coughing
tentang seorang dalang
selalu batuk
a rat is lapping
the Sumida River
tikus memukul-mukul
Sungai Sumida
turns to compost
for the trees
nyata adalah kompos
bagi pohonan
7. Kealamian
enough fallen leaves
to make a fire
daun bergugur cukup
membuat api
8. Perhatian
sweet juice drips
from the knife blade
menetes jus yang manis
dari pisaunya
9. Responsif
the raven
gives a little jump
seekor burung gagak
beri lompatan
Untuk informasi lebih lanjut tentang Richard von Sturmer dan Zen, melihat Auckland Zen Centre situs.




RWM.BOONG BETHONY

04/03/16

Renungan Kebudayaan

Renungan tentang Kebudayaan.
by, romo Ro Wl Ma.


Dari koran kompas di halaman pertama, jumaat tgl 12 february 2016, Kompas menurunkan artikel 'Kapasitas, Jangan Rente'. Secara singkat Kompas menggambarkan bahwa BPK (Badan Pemeriksa Keungan) masih di sibukan di wilayah pertanggungjawaban keuangan program-program (tata kelola keuangan) di Negara tercinta ini. Masih menurut kompas, mustinya BPK tidak lagi sibuk di wilayah tata kelola, tetapi pada level tepat anggaran atau kwalitas penggunaan dan hasil anggaran itu. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelola anggaran belum mengerti atau paham bagaimana anggaran dapat di pergunakan (di belanjakan) sesuai tujuan anggaran itu. Ini persoalan besar yang mempertontonkan 'kepicikan' para birokrat penguasa pengguna anggaran. Di sisi lain Pemerintah, di samping pengakuan dan pembelaan, mengatakan bahwa kapasitas birokrasi menjadi penyebab utama, sehingga BPK pada 'baru' pada tahapan wilayah itu, mustinya, masih kata Kompas, BPK sudah berada pada wilayah pemeriksaan tepat guna dan hasil dari pengelolaan Anggaran yang ada.
Membaca artikel Kompas Jumaat kemaren, tersirat di benak saya, wajar jika Pembangunan dan Peningkatan Ekonomi Indonesia mengalami keterlambatan di banding negara-negara Asean lainnya. Lhaa, bagaimana mampu bersaing jika para pengelola dalam hal ini Birokrat mengalami kebingungan atau tidak paham mempergunakan dan mengelola anggaran yang ada! Dengan kata lain, birokrat kita Bermasaalah! Penyakitnya ada di situ! Jadi pantas, jika kemudian persoalan keuangan 99 % di dominasi oleh Birokrat. Bukan karena anggaran yang tidak ada atau karena negara ini miskin.
Dengan kekayaan dan anggaran yang luar biasa itu, mustinya negara ini sejak 40 tahun lalu mensejajarkan diri dengan negara-negara di Asia, seperti Jepang, Korea, Taiwan, Singapure, dst.
Dengan situasi seperti itu, jangan berharap bahwa Negara ini sungguh akan mengalami kemajuan di bidang Ekonomi. Bagaimana mungkin anda sanggup berdiri tegak jika pencernaan anda sedang terganggu? Demikian saya mengibaratkan keadaan Negeri ini. Para pengelola Anggaran (birokarsi) seumpama pencernaan dalam tubuh kita. Sesuatu yang kita makan dan minum, akan di cerna lalu kemudian di distribusi sesuai kebutuhan tubuh dan sisanya/ampas yang tak bermanfaat itu di dibuang keluar. Dapat dibayangkan bagaimana derita seseorang yang pencernaannya tidak berfungsi dengan benar. Negara dengan 240-an juta jiwa ini, sudah terlalu lama mengalami persoalan ini, karena Birokrat yang tak berfungsi laiknya pencernaan anda itu.
Seperti Kompas tulis dalam artikel itu, Bahwa pengelolah (birokrat) anggaran 'bingung' untuk membelanjakan Anggaran yang ada, sebagai akibat dari kebingungan itu, maka lahirlah instanisasi program yang sesungguhnya tidak berdampak kuat terhadap pembangunan Ekonomi Negara. Anda masih ingat dengan program bedah rumah itu bukan? Apa 'impact' dari program itu? bukankah penghuninya masih tetap sama miskinnya? Apakah ada kenaikan kesejahteraan pada mereka yang menerima program itu? Program instan lainnya, bantuan tunai langsung (BTL) bentuk nominal kepada mereka yang katanya 'miskin', adakah dokumen akademis yang menelitinya? Misalnya, apa dampak ekonomi jangka panjang bagi penerima program BTL tersebut.
Buat saya, program instanisasi seperti dua contoh diatas, tidak kreatif apa lagi mau di sebut Cerdas. Ini justru mempertontonkan kebingungan itu.
Anehnya, saat ini banyak daerah mengalami minus untuk program-program pembangunannya. Saya yakin, daerah (propinsi, Kabupaten dan kota) yang minus anggaran itu, akan menyibukan BPK dan kelak KPK pada wilayah pengelolaan bukan pada zona hasil pengeloaan anggarannya.
Belajar pada negara tetangga Singapure.
Singapure negara yang hampir sama luasnya dengan DKI itu, tidak memiliki sumber daya Alam. Tetapi Singapure untuk saat ini, memgang peranan penting dalam system ekonomu dunia. Mengapa Singapure mencapai level sedemikian?
Saya membaca Laporan di Jurnal Ekonomi Asia yang berbahasa Ingris itu, mengatakan bahwa Birokrat dan birokrasi Singapure adalah pengguna anggaran negara yang cerdas dan berdampak luas pada pembangunan ekonomi Singapure (rakyat) bahkan pada negara tetangganya. Bandingkan dengan 'style' penggunaan/belanja Anggaran oleh Birokrat kita, yang sering kali hanya berdampak peningkatan ekonomi keluarga dan kroni-kroninya. Di Singapure jika ada birokrat yang penggunaan anggaran tidak tepat guna, maka ia akan mundur dari jabatan itu untuk menjalani proses-proses hukum. Di Indonesia, jika seorang birokrat kedapatan (ketahuan) berlaku seperti itu, ia akan berusaha menutupi dan mencari alasan serta berusaha menghindar dari proses-proses hukum. Sangat jelas perbandingan itu bukan?
Apa yang salah? Menurut saya ada pada Faktor Sumber Daya Insani (SDI) yang selama ini hanya terfokus dan berorientasi pada Pembangunan Insan yang berilmu dan penguasaan tehnologi belaka, kita abai pada Spiritual kemanusian (kebudayaan dan keadaban). Sekolah-sekolah Dasar hingga ke perguruan tinggi melulu berfikir soal Ilmu dan Tehnologi (belakangan Perguruan Tinggi Keagamaan cawe-cawe nyemplung kesana) dan mengenyampingkan Kebudayaan (seni, agama, etika, spiritual kebangsaan). Mentri pendidikan dan Kebudayaan bisa belajar dari Persoalan para Birokrat ini, bukankah semua birokrat yang ada itu hasil dari system pendidikan nasional?
Adakah yang salah dari Kebudayaan kita?

IN ENGLISH :
Reflections on Culture.
by, romo Wl Ro Ma.
From the first page of a compass newspaper, Friday 12th february 2016, TIME Magazine included an article 'Capacity, Do The interest'. Briefly Compass illustrates that CPC (the Finance Audit Agency) is still in sibukan in the area of ​​financial accountability programs (financial governance) in this beloved country. Still according to the compass, mustinya CPC no longer busy in the area of ​​governance, but on a proper budget or quality level of use and the results of that budget. This indicates that the budget managers do not understand or know how the budget can be in use (in spending) in accordance with the budget goals. It's a big problem that show 'pettiness' bureaucratic rulers budget users. On the other hand the Government, in addition to the recognition and defense, said that the capacity of the bureaucracy is a major cause, so that the CPC at the 'new' at this stage of the region, mustinya, they said Compass, CPC is already at checkout area, appropriate and results of the management of budget there is.
Read the article Kompas Friday yesterday, implied in my mind, it is natural if the Development and Enhancement of Indonesian Economic experiencing delays in the appeal of other Asean countries. Lhaa, how to be able to compete if the managers in this regard Bureaucrats are confused or do not understand the use and manage the existing budget! In other words, our bureaucrats Bermasaalah! His illness was there! It is appropriate, if later financial issues 99% dominated by bureaucrats. Not because the budget does not exist or because the country is poor.
With the wealth and the extraordinary budget, mustinya this country since 40 years ago to align themselves with countries in Asia, such as Japan, Korea, Taiwan, Singapure, and so on.
With a situation like that, do not expect that this country really will make progress in the field of Economics. How might you be able to stand up straight if you're disturbed digestion? So I have likened the state of this country. The manager of the Budget (birokarsi) is like digestion in our bodies. Something we eat and drink, will be digested and then in the distribution according to the needs of the body and the rest / dregs useless it was dumped out. Can imagine what a person suffering digestion does not work properly. Countries with an 240-million souls, is too old to experience this problem, because the bureaucrats who do not serve your digestive laiknya it.
As Compass wrote in the article, that pengelolah (bureaucrats) budget 'confused' to spend existing budget, as a result of the confusion, it gives birth instanisasi actual program is not a strong impact on the development of the State economy. You might remember the house renovation program that was not? What is 'impact' of the program? not residents still remain as poor? Is there an increase in the welfare of those who accepted the program? Program more instant, direct cash assistance (BTL) nominal terms to those who said 'poor', is there any academic document on it? For example, what the long-term economic impact for the recipients of the BTL program.
For me, instanisasi programs such as the two examples above, no longer willing to creatively what is called Smart. It just showed that confusion.
Surprisingly, today many areas are facing a minus for development programs. I am sure, region (province, district and town) were minus budget, it will be busily engaged in BPK and KPK later in the management area is not in the zone of the results management of its budget.
Learning in neighboring Singapore.
Singapure country almost as large as the city that does not have the resources of Nature. Singapure but for now, memgang ekonomu an important role in the world system. Why Singapure reached such a level?
I read a report in the Journal of Asian Economics that English-language, saying that bureaucrats and bureaucracy Singapure is the state budget that is intelligent and far-reaching impact on economic development Singapure (people) even in neighboring countries. Compare with the 'style' of use / expenditure budget by our bureaucrats, who often only impacted economic improvement of family and cronies. In Singapure if there are bureaucrats who use the budget is not appropriate, then he will step down from that post to undergo legal proceedings. In Indonesia, if an officer caught (caught) behave like that, he would try to cover up and look for reasons and tried to avoid legal proceedings. It is clear that the comparison is not it?
What is wrong? I think there is the factor of human resources (SDI), during which only focused and development-oriented personnel who have knowledge and mastery of technology alone, we neglect the humanitarian Spiritual (culture and civilization). Elementary schools up to colleges merely thinking about Science and Technology (later the College of Religious busybody nyemplung there) and disregard of Culture (art, religion, ethics, spiritual nationality). Minister of education and culture can learn from the issue of the bureaucrats, is not all bureaucrats that there was a result of the national education system?
Is there anything wrong with our culture?
Komentar
Endang Kasupardi Ada. Orang yang paham ilmu budaya hanya berteori dan hanya senang bicara tentang kebudayaan.
Ro Wl Ma Kang Endang Kasupardi...itu salah satu penyakit kita di Indonesia sobat. Paham kebudayaan kita hanya teoritis. Bukan tataran praksis..seperti Kang Endang yang cinta luar biasa pada jengki qkqkqkqkqkqkkqkq kaboorrrrrrrrrrr achhh
Saut Poltak Tambunan Tata kelola keuangan sering kali disentuh dengan kepentingan politik. Perubahan iklim dan arah politik mengubah/menciptakan aturan baru, dan untuk itu perlu sosialisasi, internalisasi, monitoring evaluasi, pengawasan dan entah apalagi.
Ro Wl Ma Sobatku Saut Poltak Tambunan...tahapan yang sesungguhnya justru menghambat...bukan karena sitem monitoring tetapi semata karena para eksikutor anggaran tak paham bagaimana mengelolah....belum lagi sudah ada pengawasan tapi tetap saja eksikutornya jadi eksikotor...
Saut Poltak Tambunan Banyak yg menolak jadi pengelola anggaran.
Ro Wl Ma Sobatku Saut Poltak Tambunan...itu karena ketidak pahaman atas tujuan anggaran itu...kompas menyitir hal yang sama. Bahwa, birokrat kita mengalami kebingungan di satu sisi dan pada sisi lainnya justru menghamburkan anggaran itu tanpa ada evaluasi atas penggunaannya...
Ro Wl Ma

Tulis balasan...
Mryana Veta Kesalahan utama Romo, ketika instansi diminta untuk menyampaikan kebutuhan belanja operasionalnya, Pemerintah pusat melalui DIPA. ( Daftar Isian Proyek Anggaran) yang dihitungnya bukan detail kebutuhan belanja, melainkan berdasakan Alokasi Anggaran. Alokasi Anggaran itu dalam bentuk realisasinya sejumlah dana yang disediakan untuk peruntukkan yang sama sekali tak jelas.
Contoh kecil ; Dalam DIPA dianggarkan beli meja tulis ukuran 1/2 biro. Kualitas meja itu apa dari jati, mahoni, triplek, semuanya tak jelas rinciannya. Belum pembelian inventarisasi barang yang besar.
Inilah salah satu sumber kebocoran. Belum kongkalingkong dengan toko penjual.
Itu yang saya lihat Romo.

Ro Wl Ma Kangmas Mryana Veta...ya itu salah satu dari ribuan persoalan tehnis atas belanja anggaran.
Yang ingin saya lihat percakapkan adalah, bahwa ada sesuatu yang menjadi penghambat atas lahu pembangunan ekonomi Indonesia yang menurut Kompas pada jumaat kemaren yaitu Daya Birokrat yang sangat minim untuk pengelolaan itu. Malah di gambarkan bingung menyikapinya...
Dan tersirat, kompas mau bilang..sesungguhnya moralitas birokrat jadi penghambat laju itu...

Mryana Veta Pikiran dan kritik Kompas memang sangat serius. Terutama bagi pengelolaan administrasi negara. Tema yang Romo ajukan sangat relevan banget.
Ro Wl Ma
Tulis balasan...
Ro Wl Ma Kangmas Mryana Veta...dalam beberapa buku yang saya baca mengenai teory kenegaraan dan pemerintahan, Hambatan-hambatan kemajuan sebuah negara boleh saya simpulkan atas beberapa hal di bawah ini :
Yang pertama, karena sumber daya alam negara itu minim.
Ke-dua, karena negara tersebut sedang kacau, akibat pemberontakan perang saudara dst,
Ke-tiga pemerintahan yang korup.

Menilik dari simpulan di atas, Negara kita bukan ketiga-tiganya lho. Memang Korupsi di Indonesia marak tetapi belum bisa kita sebut sebagai Pemerintahan yang korup. Menurut Kompas ada pada 'Level tengah' hambatan itu. Seperti yang coba saya urai dalam artikel kecil yang saya tulis serambi ngupi di warung kecil pinggiran jalan.
Jika hambatan itu ada para Birokratnya...maka ini persoalan sumber daya manusianya. Jika itu soal SDI, maka ini juga soal Sistem pendidikan kita. Ada sesuatu dari sistem itu yang musti kita telisik. Atau bagaimana pendapat mas Mryana Veta?

Mryana Veta Memang sangat kompleks Romo, Negara yang seharusnya lebih kaya Singapora atau Brunei, malah jadi miskin hampir setingkat Piliphina. Faktor perusak negara yang utama adalah Pegawai Negeri, Romo. Saya sebagai PNS terkucilkan bertahun-tahun. Bayangkan Romo, 47 tahun mengabdi pada negara dengan golongan IV c. hanya punya pensiun. 3.900.00/ bulan hanya karena jadi pembangkang atasan.
Mereka yang pandai jilat, satu tahun masa kerja punya rumah dan mobil baru Romo. Ini cuma contoh.

Ro Wl Ma Saya bangga, menaruh hormat padamu kangmas Mryana Veta....tidak banyak birokrat yang berani bernurani laiknya kangmas. Dan ini realitas kekinian kita.
Jadi jika kompas berani menurunkan tulisan demikian, itu karena tak terbantahkan...doa rahayu untuk kangmas beserta keluarga.

Mryana Veta Soal pendidikan, memang anak2 kita dididik menghapal dengan reward raport bagus. Pada orang yang paling bertanggungjawab dalam soal pendidikan bukan hanya orang tua, tapi juga Guru. Ada komunitas gank Ujian Nasional. Ada komunitas guru2 privats. Adan komunitas katrol angka. Wah kita brigidik Romo. Maaf, kalah saya percaya pada Ivan Illich ; Sekolah memang proyek pembodohan masal.
Ro Wl Ma Makanya pada akhir artikel saya bertanya bahwa ada sesuatu dalam sistem kebudayaan kita.
Saua juga membaca karya Ivan Illich itu...mustinya buku itu merupakan salah satu buku utama pendidikan keguruan di indonesia.

Ro Wl Ma

Tulis balasan...
Bunga Beryl kembali lagi masalah moralitas yang masih harus di garis bawahi..Hm..semoga hal ini juga dipandang penting oleh para pendidik dan orang tua , seperti kita, sehingga generasi platinum ini memiliki perbedaan moralitas...
Budiyono Jayus Alipawiro Dpikir posing ga dipikir ketok moto trs pie jal
Ro Wl Ma Sobat Bunga Beryl...bermula dari sana sobat. Pada bilik-bilik pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara berpesan pada bangsa dan negara ini, Bahwa Pengajaran itu adalah Pendidikan Kebudayaan Masyarakat. Sepakat para pendidik musti memperhatikan itu... salam dan doa rahayu.
Ro Wl Ma Ki Lurah Bidiyono Budiyono Jayus Alipawiro....ora mbok pikir kiii. Seng penting Petani Indonesia isok sejahtera..wehhh ngajari ki lurah ki...kaboorrr ach tinimbang di sambit nganggo werengggg qkqkqkqk
Kudawaningpati IX ... (ikutan nimbrung mikir, Romo) barangkali, sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada ilmu dan penguasaan teknologi - selain mempertegas adanya 'ruang kosong' di sisi lain tadi - justru melahirkan 'virus baru' yang bermutasi ke dalam cara berfikir masyarakat ... (semacam cara berfikir 'mesin' begitu) ...,Romo.
Ro Wl Ma Sobatku Kudawaningpati IX....dalam sebuah pidatonya Ki Hajar Dewantara bertutur begini dihadapan pemuda/i di Yogyakarta : Bahwa Pendidikan itu merupakan pengajaran kebudayaan pada masyarakat...Orientasi yang dimaksud oleh bapak pendidikan nasional ituialah : Pendidikan ialah membudayakan masyarakat. Jika filosofi ini hanya tersimpan di perpustakaan sekolah-sekolah, maka ruang kosong seperti yang sobat ungkap dalam komentar diatas terlihat dari hasil pendidikan itu.
Faruk Tripoli birokrat itu penguasa. penguasa itu cita-cita semua orang indonesia, termasuk guru, dosen, tentara, tukang parkir, kyai, pastur, dsb. kuwasa, kuwasa...
Faruk Tripoli bahkan pedagang...
Ro Wl Ma Selamat malam kangmas Faruk Tripoli....iming-iming kekuasaan memang dahsyat ya prof....
Faruk Tripoli benar, mas. itu sangat obsesif..


RWM.BOONG BETHONY