Ach..energi itu akan berputar-putar lagi.
(catatan pinggir tenatng BOLA dan PILPRES)
RWM.BOONG BETHONY
(catatan pinggir tenatng BOLA dan PILPRES)
2 bulan lalu, energi rakyat Indonesia liar berputar-putar seperti angin
puyuh terhisap oleh gaung Pemilihan legislatif yang marak dengan Amplop
itu. Terhisap oleh Amplop-amplop liar yang melayang kemana saja
arahnya, hinggap pada mereka yang terkurung oleh kisaran 30.000 rupiah
hingga 100.000 rupiah. Murah meriah tanpa pertimbangan akal sehat
apalagi oleh nurani terlebih spiritdemokrasi. Beberapa pekan sesudah
itu, energi-energi liar itu mengerucut pada 2 kubu calon presiden dan
wakil presiden. Persoalan masih sama, meskipun penampakannya berbeda.
Yaitu sama-sama menggugat spiritdemokrasi dan menelanjanginya
bulat-bulat sampai nadir. Kali ini bukan permainan amplop vulgar, terang
benderang (yang disatu pihak oleh bawaslu tak dipungkiri tapi sulit
terbukti dengan alasan tak ada yang mau jadi saksi dan pada pihak lain
gelembung suara dimana-mana terjadi. Sejauh ini hanya ada sanksi
adiministratif versus kesalahan adiministratif penyelenggaraan Pemilu
kemudian masuk dalam kotak lebel pelanggaran ringan? Benarkah seperti
itu?). Energi itu liar tuding menuding masing-masing kubu
capres-cawapres. Mengemuka keburukan, borok dan lara masing-masing.
Saling lempar, saling teriak siapa lebih buruk dan lebih baik. Rakyat
tersapu kesitu, bergulingan, berputar, saling menindih, menyikut bahkan
merayu-rayu. meminta-minta, adu pekik, semoga kelak tidak jotos-jotosan.
Menurut kabar angin yang entah diletupkan oleh siapa, bisa saja kentut
seseorang, karena kabar itu mustinya baik. Lha namanya kabar, kan
selalu baik. Tapi ini kabar busuk dan berbau. Amplop-amplop liar itu
beterbangan dalam jumlah milyard dari kantong kubu yang ada. Kepada
siapa saja yang mendekat apalagi membawa gerembolannya. Semua energi
terhisap kesana pada kubu-kubu itu. Energi yang mustinya baik dan
positif untuk demoraktisasi rakyat indonesia, pembelajaran bagi umat,
pembudayaan untuk msyarakat, peradapan bagi bangsa; terlihat serupa
teaterikal temporal, bagai pertunjukan ketoprak, serupa karnaval
tahunan, tampak sebagai tawuran antar pelajar, tanggung dan akil balik.
Tapi Energi, semua kesitu. Berputar-putar disitu, seperti mati hidup disitu. Merapat, berbaris, mengibarkan panji-panji, mengelabui dan menelikung siapa saja, tak jelas siapa Baghawan dan siapa garong. Siapa guru siapa murid. Siapa Resi siapa rampok. Siapa pujangga siapa pedagang.
Tak jelas, mana pasar mana kampung, mana kantor mana terminal, mana rumah ibadah mana penggadaian.
Tak beda, laki perempuan, anak orang tua, pemangku rakyat, budayawan asongan, baik bobrok, jelaga mutiara. Jadi satu, berpelukan, bergandengan, berlarian,berebut dan berhantam.
Entah bilamana Energi itu henti lalu hinggap disawah-sawah, diladang, dikebun, dipantai, dipabrik, dikantor, disekolah, dikampus, dirumah, dijalanan.
Dan kini, Energi itu terpesona oleh Pementasan akbar di Brasilia. Saya berharap Energi itu berkumpul kesana, agar tak ada lagi energi liar, negatif mengelilingi kubu capres dan cawapres.
Tapi Energi, semua kesitu. Berputar-putar disitu, seperti mati hidup disitu. Merapat, berbaris, mengibarkan panji-panji, mengelabui dan menelikung siapa saja, tak jelas siapa Baghawan dan siapa garong. Siapa guru siapa murid. Siapa Resi siapa rampok. Siapa pujangga siapa pedagang.
Tak jelas, mana pasar mana kampung, mana kantor mana terminal, mana rumah ibadah mana penggadaian.
Tak beda, laki perempuan, anak orang tua, pemangku rakyat, budayawan asongan, baik bobrok, jelaga mutiara. Jadi satu, berpelukan, bergandengan, berlarian,berebut dan berhantam.
Entah bilamana Energi itu henti lalu hinggap disawah-sawah, diladang, dikebun, dipantai, dipabrik, dikantor, disekolah, dikampus, dirumah, dijalanan.
Dan kini, Energi itu terpesona oleh Pementasan akbar di Brasilia. Saya berharap Energi itu berkumpul kesana, agar tak ada lagi energi liar, negatif mengelilingi kubu capres dan cawapres.
Semoga.
(RWM - Jatimulyo Kricak, Yogyakarta, 14 Juni 2014)RWM.BOONG BETHONY