Cerpen I.: Anak-anak
"Anak-anak pada ribut di bawah sana romo..mengganggu diskusi kita" Keluh seorang teman melihat keriuhan di sana.
Lalu saya jawab "Namanya saja anak-anak, ya pasti ribut, kan mereka asyik dengan dunia sendiri"
"Maksud Romo?"
"Emang kamu nggak pernah jadi anak-anak?"
"Lha ya....hehehehehe.."
"Yang mesti kamu herani itu, kalau orang tua kek kamu ini masih suka ribut - ribut seperti anak-anak itu"
"hehehehe....iya romo"
(Medio April'20)
Cerpen II : Modal berharga.
"Mo, Romo! Boleh nanya?" celetuk seorang teman, saat kami sedang duduk-duduk di warung kopi Upnormal Cikini beberapa waktu lalu di awal tahun 2020.
"Boleh sobat! Apa objek tanyamu?"
"Ini agak serius Mo!"
"Sobat...semua hal serius kok. Termasuk ketika kita sedang membanyol dan konyol" sahutku sambil tersenyum.
Sahabat itu hanya menelan ludah mendengar jawabku.
"Iya Mo, paham. Apa sih modal utama kita sebagai manusia Mo? Agar hubungan menjadi baik pada semua orang"
"Hm...pertanyaanmu di luar dugaanku sobat" sahutku sambil mengelus dagu yang ditumbuhi satu, dua jenggo itu.
Ia menggeser kursi agar langsung berhadapan denganku diantarai meja panjang.
Aku menatap wajahnya, cari tahu, seserius apa ia bertanya.
"Rendah hati sobat! Itu modal utama dan pertama" sambungku masih menatap wajah sobatku itu.
"Maksudmu Mo?"
"Rendah hati adalah sikap dan karakter yang menganggap orang lain lebih penting, lebih utama, lebih baik dari diri sendiri!"
"Jelasin sederhana dong Mo" timpal sobatku.
"Hm...."
"Kok hm Romo?" potongnya penasaran.
"begini sobat, dalam bergaul dengan siapapun modal kita hanya kerendahan hati. Bukan uang, bukan jabatan, bukan harta. Bukan juga popularitas, apa lagi karena politik hahahahaha..." Aku menyambar cangkir kopi dari meja dan meneguknya.
"Romo, jelasin lagi dong. Misalnya, seperti apa karakter orang rendah hati itu?"
"Sobatku, mudah saja. Orang rendah hati itu siap direndahkan oleh orang lain.Itu karakter utamanya. Makanya, ia tidak mau membalas perlakuan buruk, ia justru melakukan hal baik pada orang yang membencinya. Kalau boleh saya berumpama, orang rendah hati itu biangnya kebaikan. Sampai di sini kau paham sobat?"
"jelaskan lagi, sekalian aku berguru tentang kerendahan hati pada
Romo
" pintanya lagi."Baiklah sobat jika kau butuh itu...." aku tersenyum padanya.
"Saya menganalogikan orang yang rendah hati itu seperti tanah yang kita pijak. Tanah ini menerima apapun yang kita berlakukan padanya. Tidak pernah menolak apalagi membalas kejahatan manusia padanya. Tanah justru terus menerus memberi kehidupan, menumbuhkan kehidupan. Itulah sifat kerendahan hati. Bukan kebetulan bahwa, aku dan anda, adalah bentuk lain dari tanah. Bukankah kita berasal dari tanah dan akan kembali kesana?"
"Iya Romo"
"Persoalannya adalah, apakah kita mau seperti itu? Aku, sobat dan orang lain tahu bahwa kerendahan hati itu penting dan utama. Bahkan agama-agama juga mengajarkan hal yang sama bahwa manusia utama adalah yang memiliki budi pekerti rendah hati. Sebab, orang yang rendah hati, akan menaruh hormat terutama pada TUHAN Sang Pencipta Alam Raya dan pemilik kehidupan kita. Sebaliknya, orang yang sombong tidak akan pernah menaruh hormat pada TUHAN"
"Aduh Romo, bimbing aku jadi rendah hati" wajahnya sendu dan matanya berlinang.
"Sobat, aku juga butuh pengajaran ini dan masih terus bergumul untuk melakukannya. Kita jalani bersama sobat!"
Selamat bermeditasi jelang Paskah'20
Salam dan doa Rahayu.
Cerpen III : Super Hero Versus Super Kadrun
Ketika pertama kali Presiden mengumumkan ada warga negaranya yang terpapar Covid 19, maka yang paling sibuk adalah para medis (dokter dan perawat/Mantri). Mereka sibuk mempersiapkan diri, sibuk mempelajari, sibuk membuat strategi mengenai : Perawatan, Pencegahan, dan bagaimana menjaga diri agar tidak tertular. Yah, mereka itu tenaga medis, para dokter, perawat/mantri dan pekerja di rumah sakit.
Mereka bekerja dalam diam, tapi tangan mereka cekatan, otaknya bekerja cerdas, pengerahan tenaga melebihi kapasitas mereka sendiri, siang malam mereka berada di garda terdepan NKRI untuk merawat, mengobati, mencegah dan memotong penularan Covid 19. Yang pada akhirnya oleh Presiden, dibentuklah Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Covid 19 (Corona).
Pengorbanan Paramedis itu tak sanggup kita bayar dengan berapapun!
Sebaliknya di sisi lain negeri ini, ada sebagian orang teriak-teriak mengkritisi segala upaya yang dilakukan oleh paramedis itu, tak kurang pula dari mereka mencela bahkan menghujat pengorbanan paramedis dan kebijakan pemerintah untuk berjuang melawan Covid 19. Yah, mereka itu yang selama ini disebut banyak orang KAUM KADRUN (entah siapa yang pertama kali memakai istilah KADRUN untuk mereka yang suka nyinyir atas nama apa saja itu). Uniknya, orang-orang KADRUN ini ada disemua lapisan masyarakat Indonesia, ada di seluruh wilayah negeri, ada yang PNS, ada anggota Dewan, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan latar belakang agama. Pekerjaannya, teriak-teriak, riuh dan selalu berkelompok. Teriak di media sosial, FB, IG, Twitter dan Youtube. Asal teriak, asal bunyi, asal ngomong, itu cirikhas orang-orang KADRUN ini.
Sebaliknya, Paramedis adalah Pasukan Khusus yang bekerja dalam senyap demi masyarakat termasuk demi para KADRUN itu.
Ketika artikel kecil ini saya tulis, Hampir 2000 Paramedis terpapar Virus Covid 19 dan ada 7 Komandan yang gugur di medan perang. Itu pun, masih ada para KADRUNS itu mengejek bahkan menghujat komandan-komandan yang gugur di medan perang melawan serbuan virus COVID 19.
Renungan sore dari Pojok Roti Bakar
Yang banyak versus yang sedikit
"Banyak orang kehilangan jiwa meski tubuhnya hidup dan sedikit yang jiwanya hidup meski tubuhnya rapuh"
"Dari mana Romo tahu?" protes teman diskusi disela-sela percakapan menulis beberapa naskah Drama.
"dan bagaimana membedakan yang banyak dan sedikit itu Mo?" sambungnya sambil menghisap kretek.
"Perhatikan saja sekelilingmu sobat"
"Maksud Romo?"
"Perhatikan sekitarmu! Yang hoby maki-maki, gemar menghujat, murah dengki dan iri, gampang berdusta, acap menipu, sering menfitnah, gampang mengambil hak orang lain. Nach mereka yang banyak itu! Sebaliknya, yang suka menolong, rendah hati, pemaaf, mementingkan orang lain, tidak sembarang bicara, berterus terang, spiritual dan bukan ritual, murah hati, mereka itulah yang sedikit"
"Wah sulit mendapat orang seperti itu Romo" protesnya lagi.
"Makanya hanya sedikit brooooo...."
Sahabat saya hanya mengangguk-angguk dan jemariku kembali menari-nari di atas tuts laptop.
Salam dan doa Rahayu.
Romo RoWiMa.
--------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar