04/07/11

Istriku yang Peduli.


"HANDLE WITH CARE"!
Tiga hari lalu masku tiba dirumah! Ketika itu saya sedang memberi penyuluhan di balai Desa ENO, tentang bagaimana menanam "Lombok Ala Mbak Sri Sulastri di Jakarta " yang saya pelajari kilat lewat Chatting dengan beliau tiga minggu lalu!
Awalnya saya ragu pada kemampuan itu, mengingat pada percobaan sebelumnya saya dan beberapa anggota PKK gagal total karena media yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu.
Sesudah mendapat bekal Ilmu "versi buku yang sempat ku baca " , saya membekali diri dengan memesan beberapa buku ke kota! Sesudah itu, saya 'beranikan diri' memberi penyuluhan.
Disaat sesi tanya-jawab itulah, Billy "menginterupsi" dan memberi tahu bahwa "Dady"nya 'coming home'!
Sebagai istri yang besar dalam didikan keluarga jawa, saya sedih sekaligus merasa "berdosa" ketika suami tercinta tiba dari perjalanan jauh! Saya tidak menyambut di rumah.
Aku mengangguk pada Billy yang berdiri gelisah diujung Balai, menyuruhnya segera pulang mendahuluiku!
Senja menjelang malam, Pertemuan itu aku akhiri! Dengan langkah lebar dari biasanya aku segera pulang! Tapi baru beberapa langhkan, dari jauh bayangan mas Roberth menjemput sambil menggandeng si Bungsu! Tak lupa Senyumnya yang selalu membuatku tersipu-sipu mengulum dibibirnya!
"Kok udah bubar Say? Jangan-jangan karena Dady, Mom persingkat acaranya?"
"Nggak mas! Emang udah waktunya bubar, kan udah mau mahgrib!" sahutku sesudah menerima kecupannya. Sesudah itu, mas Roberth meraih bahuku dan segera pulang.
Enam belas tahun menikah, sikap mas Roberth tidak berubah! Bahkan kurasakan semakin mesra.
Seringkali jika kami sedang berjalan-jalan santai sore hari, tangannya yang perkasa akan selalu melingkar di pundakku, sama seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Suasana seperti itu kerap membuatku merasa "sedikit kaku" meingngat bahwa kami hidup dan tinggal di tengah masyarakat Desa yang benar-benar sangat pedalaman!
Rupanya mas Roberth membaca kegalauan itu!
"Saarty, siapa lagi yang akan menggapai dan memelukmu? Jika bukan aku dan anak-anak!" tandas mas Roberth sore tadi,!
"Tapi lingkungan kita berubah mas!"
"Say, lingkungan boleh berubah, suasana boleh lain! Tapi hidup kita tidak akan pernah berubah!"
"Maksud mas?"
"Ha..ha...rupanya kalimat 'maksud mas' makin akrab dibenakmu say!"
Aku melotot tajam kearahnya, ingin mencubitnya! Tapi si bungsu sedang dalam pangkuanku! Aku tahu dia mengolok.
"atau kamu mau sperti keluarga-keluarga yang Say cerita itu?...." mas Roberth memotong kalimat ganti menatap mesra.
"hihihi..nggak dong!" sambarku secepat kilat.
"Hm...nanti kita lanjut lagi? Dady hiduppin Genset dulu! Billy, bantuin Dady ya?"
Mas Roberth menuruni anak tangga dan terus ke Gudang Genset! Itu berarti rumah kami akan segera penuh sesak oleh tetangga yang datang nonton TV!
I DO CARE
Dalam kamar, sambil membenahi kabel-kabel Telepon Satelitte Links untuk disambung ke Laptop perkataan suamiku terus memenuhi benakku!
Aku teringat perkunjungan ke Desa seberang sungai minggu lalu bersama rombongan Pak Kades. Tepatnya di Dusun Bengke! Dusun ini, menurutku unik. Unik sebab rumah-rumah dibangun mengelilngi Lapangan Sepak Bola! Rumah-rumah itu dibangun berjajar dan tersusun kebelakang dengan lorong/jalan mengantarai jajaran rumah-rumah itu! Kalau di foto dari atas, akan nampak sebuah perkampungan yang persegi empat! Di ujung Utara diatas bukit ada rumah Ibadah Mesjid, dan di selatan juga diatas bukit ada Rumah Ibadah Gereja! Kedua rumah ibadah itu berhadap-hadapan dan hamparan rumah penduduk menyerupai karpet yang berwarna-warni pada empat garis luarnya dan dominasi warna hijau rumput persegi empat ditengahnya! Eksotis dan Indah.
Di Dusun ini, pengalaman lucu, ironi dan melankolis menjadi catatan harian panjang dalam hidupku.
Oleh Pak Kades saya diminta untuk memberi penyuluhan Sanitasi lingkungan dan Reproduksi sehat! Seharian penuh, aku berada tengah-tengah mereka! Yang membuat saya bersemangat bahwa yang hadir dalam penyuluhan itu bukan hanya Ibu-ibu tapi bapak-bapak juga.
"Ibu team, saya akan bertanya!" seorang Bapak menunjuk langit-langit balai desa. (hihihi... rupanya panggilan "Ibu team" udah identik denganku! Hiks)
"begini bu, saya sudah 20 tahun berumah tangga, tapi sampai skarang saya belum punya anak! Dapatkah ibu team, menolong kami?" Lanjut bapak itu sambil membelai istrinya yang duduk memekuri lantai.
Mendengar itu, aku terperangah dan menatap bu kades disampingku. Bu kades lalu berbisik bahwa yang bertanya adalah pak kapala dusun, sekaligus salah satu orang terkaya di seluruh Seko.
"Kalau boleh tahu, usia bapak dan istri?"
"Saya 38 dan istri 35, apa masih bisa punya keturunan bu?" Bapak itu merangkul istri sangat mesra.
"saya tidak bisa menjawab hal itu! Tapi kita harus berusaha! Bapak dan Ibu, mesti ke kota untuk diperiksa! Alat-alat untuk itu sudah ada, tinggal pilih ke Makassar atau ke Soroako! Saya dan Suami dapat menolong agar bapak sekeluarga memperoleh pemeriksaan yang baik!"
Ada juga seorang ibu muda mempertanyakan bagaimana hubungan/bermesraan dapat bertahan lama! Pertanyaan itu tentu saja disambut meriah oleh banyak orang!
Seorang bapak lain bertanya bagimana menghilangkan baubadannya, yang membuat istri selalu menolak untuk itu! Ini juga disambut derai tawa.
Tapi pertanyaan yang paling menyedakku datangnya dari seorang ibu muda!
"Bu team, saya menikah 9 tahun lalu! Sebulan sesudah menikah suami saya ditanduk kerbau liar.
Dia sembuh tapi kemudian.....suami saya menjadi gila!...." diam sejenak untuk menyeka air matanya.
Ketika ibu muda ini berbicara, balai desa tiba-tiba hening.
"semenjak itu suami saya di kurung dan dipasung di rumah kami!..." menyeka air mata lagi.
"...yang ingin saya tanyakan adalah, apakah di kota ada obat untuk orang gila bu? Sa...saya sangat mencintainya bu....." itulah saatnya bendungan kembar yang sedari tadi tertahan meledak!
Sebagian ibu-ibu yang hadir ikutan tersungguk.
Aku hanya menoleh pada pak Kades dan istri, memohon penjelasan.
Belakangan aku tahu, bahwa ke-dua belah pihak (orang tua dan Mertua) setuju untuk mencarikan suami baru baginya.
Tapi dia bertahan dan tetap ingin mendampingi suaminya sampai salah satunya mati terlebih dulu.
Mengetahui itu, aku hanya diam seribu bahasa, larut dalam kebesaran dan kedalaman cinta yang dipersembahkan LE'BOK untuk suaminya!
LE'BOK! Nama nyonya muda itu! (nama ini khas Suku SEKO)
Ia tidak hanya memberi cinta, tapi juga hidupnya pada suami!
LE'BOK memiliki cinta Juga hidup!
Bersambung.........


RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: