04/07/11

Terlupakan


Yang di Lupakan

Hari ini, aku, mas Roberth, Billy, Angel dan Ananda siap-siap menempuh perjalanan panjang menuju Seko!
Nanti malam dimulai dengan menumpang Bus Fa. Falitha dari terminal Antar kota Propinsi Sulawesi Selatan menuju kota Sabbang di Luwu Utara! Istirahat sehari disana, lusa baru lanjut ke Seko!
Perjalanan menuju seko, hanya bisa di tempuh Naik ojek (motor) selama 12 - 18 Jam atau berjalan kaki selama 3/4 hari .
Mas Roberth mempersiapkan 6 buah ojek dengan sewa masing-masing 450.000 rupiah! Tiga untuk angkut barang belanjaan, 3 lainnya membonceng Aku, Billy dan Angel. Mas Roberth mengendarai motor Honda trel kebanggaannya sambil membonceng si Bungsu Ananda!
Jadi Rombongan kami lusa 7 buah motor. Tadi pagi Mas Roberth terima berita bahwa beberapa Guru-guru yang baru selesei mengikuti kegiatan 17-an di Kabupaten/di kota Masamba rencana akan berangkat bersama kami! Semuanya berjumlah 18 sepeda motor....waah....tambah keluargaku jadi 25 motor....ramee!
Menuju Seko adalah perjalanan yang ber-resiko! Jangan membayangkan jalan hotmick! sebab ruas jalan ke Seko hanya lorong-lorong setapak yang berliku, becek, turun-naik, menyeberangi beberapa sungai tanpa jembatan, kadang mencari jalan sendiri jika ruas itu becek berlumpur sampai 60.cm! Belum lagi kiri-kanan jurang yang dalam dan curam siap menadah siapa saja yang lengah!
Karena itu penjalanan ini harus rombongan! Sebab kalau hujan turun pada ruas-ruas tertentu Pengojek dan penumpangnya harus bahu membahu mengangkat motor atau bongkar muatan!
Belum lagi jika terjadi kerusakan ditengah jalan, para pengojek merangkap sebagai bengkel berjalan dengan alat-alat yang cukup lengkap a.l : Kunci2 Inggris, Pompa, Kampas Copling, Ban cadangan, Oli dan bensin 5 liter!
Itu kebutuhan Motor, belum kebutuhan driver dan penumpangnya yang sama-sama membutuhkan energi extra!
Lantaran itu, sebelum berangkat kebutuhan minum, makan, obat-obatan (Vitamin, bethadine + anti biotik, Kapas + pembalut luka, Jarum jahit dan benang khusus untuk itu) harus komplit! termasuk cadangan kalau-kalau harus bermalam di tengah Hutan! Apalagi musim hujan seperti skarang ini! Mantel hujan dan terpal tentu akan sangat menolong !Jangan harap ada warung atau penginapan.
Selepas kecamatan Sabbang, kita hanya akan bertemu hamparan Hutan sampai menjelang wilayah seko yang di kelilingi sebuah padang savana yang cukup seluas.
Pertanyaan yang sering kali di lontarkan oleh masyarakat bila tiba di seko adalah "brapa kali jatuh?". Jatuh bangun naik ojek menuju seko hal yang biasa, luar biasa bila belum jatuh sama sekali!
Refleksi!
63 tahun NKRI, tapi amsih ada wilayah dalam ranah merdeka ini yang seperti seko! Bukan hanya perjalanan yang beresiko tinggi tapi segala sesuatu kebutuhan Primer non beras dan sayur-mayur, juga kebutuhan sekunder sehari-hari terbilang mahal!
Temen-temen bisa bandingkan harga barang-barang ini di seko.
Gula Pasir kwalitas no. 2, Rp. 22.000 perbungkus; Indomie (goreng, rebus rasa apa saja), Rp. 88.000/kotak!; Kecap botol kecil, Rp. 19.000, yang besar, Rp. 28.000!; Minyak Goreng Bimoli kemasan plastik 400g. Rp. 16.000 ; ikan kering Rp. 60.000/kilo ; minyak tanah Rp. 20.000/liter! ; bensin Rp. 32.000/liter! ; Semen 1 sak Rp.250.000! ; Permentmint dan mentol, merk apa saja Rp. 30.000/satu bungkus isi 40 biji! Blueband kemasan Rp.16.000/kemasan 250g. Tomato botol kecil Rp.12.000. Dll.
Sperti yang pernah Saarty cerita di blog ini, bahwa di Seko belum ada Listrik! Kalau toh ada rumah yang terang benderang pada malam hari, itu karena Tenaga Surya atau Genset Kecil (rata2 900 what), itupun tak melebihi 10 jari! Satu-satunya Genset yang lumayan besar hanya di rumah kami (41 Kilowaat-41.000 waat) dan dipakai menerangi sekitar 40. rumah penduduk dengan jatah tiap rumah 2 pijar neon 20 wat!
Sebelum ke Makassar, mas Roberth mengajak audens dengan Pemkab Luwu Utara meminta perhatian mereka soal Seko!
Demikian juga ketika berada di Makassar, kami juga audens dengan Pemprof Sulsel soal Seko!
Doakan saja semoga, ada perhatian kesana!
Aku sempat diskusi serius soal keberadaan kami di seko dengan Mas Roberth! Aku minta mas Roberth mempertimbangkan lagi agar aku dan anak-anak tinggal di kota demi pendidikan ke-3 anak-anakku!
"Say, pikiran itu ada juga di benakku!" sahutnya beberapa malam lalu.
"kalau gitu kami di jakarta aja mas!" kupotong ucapannya!
" Pilihan yang tepat! Anak-anak pasti senang! Tapi, Say mesti ingat...anak-anak kita sedang bersosialisasi dengan lingkungan skarang! Apa tega mau merebut itu dari hidup mereka????"
Mendengar itu, aku termenung! Ku tatap suamiku, matanya tertutup rapat! Wait.....sekilas bibirnya tergetar halus....rupanya ia sedang menahan tawa! Hanya pura-pura....
Kuraih bantal dalam pelukannya dan buuk, bantal itu tepat menerpa tubuh atletisnya!
"Mas..sengaja memainkan perasaanku ya...awass yaaa....."
Kali ini bukan bantal yang menerpa tubuhnya tapi aku terbang kearahnya dengan cakar mautku!
"Ampun saaayyyy!!!!" Mas roberth menghindar, tapi aku lebih gesit!
"Whua kekekekkeeek...amp..ampun....Billy! Angel! Nanda!...tolongin Dady....." teriakan itu membuat jamariku makin liar bermain di tubuhnya!
Mendengar teriakan Dady anak-anak yang asik bermain dikamar sebelah serentak menyeruak kekamar! Mereka bukannya menolong Dady, tapi justru ikutan menggerayangi tubuh Dady!
"Serbu Dady!!!!" Komando Billy pada ke-2 adiknya!
Suamiku lelaki yang tak tahan dikilik-kilik!
"Whuakekekekekekeeekeee.....hihihihi...!"
Beberapa menit kemudian, kamar hotel berantakan!
"Mom punya usul nich...." Mas Roberth angkat bicara.
"Shoping lagi mom?" suara Angel gembira.
"Ikut!!!!! skalian ke timezone dad!" sambar Nanda tak mau kalah!
"Ssssssssssssttt! dengeriiiiiin Dady donngggg!" Billy lembut menegur ke-2 adeknya.
Setelah duduk tenang dan menatap anggota keluarganya satu-satu, mas Roberth berdehem!
"Mom usul kalian tinggal di kota....gimana?"
"Gimana sih! dulu Billy, dek Angel usul supaya kami di kota! Mom nggak setuju....!!!" protes Billy sambil menatapku!
"Nggak mau....Angel mau di seko! Kannn, baru setengah taon! Dulu mami janji setahun!"
Aku hanya diam, tapi melotot pada suamiku!
"Itu usul mom! Kalau kalian nggak setuju nggak apa-apa! Iya nggak Momi!" jelas mas Roberth sambil membalas tatapanku.
Aku hanya mengangguk-angguk, sambil tersenyum! Lalu meraih ketiga anaku dalam pelukan!
"Now, time to sleep! Good night! " Mas Roberth mengecup ketiga pelipis anak-anak dan menggiring mereka ke kamar sebelah!
"Night Mom!" lambai Billy sambil menggendong Nanda!
"Bye sweethurt!"
"Say....anak-anak sedang menikmati hidupnya! Jadi biarkan semua itu mereka alami!" jelas suamiku beberapa menit kemudian.
"Saarty ngerti mas!"
Ach....anak-anak, suamiku! Kalian adalah harta yang paling berharga dalam hidupku!
Saarty Maarthin.
Makassar 18, Agustus 2008.


RWM.BOONG BETHONY

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kemarin saya melihat tayangan di salah satu TV swasta nasional tentang jalan menuju Seko (nama desanya kurang jelas). Walaupun saya bukan orang sana, saya merasa miris dan sedih. Setelah 60 tahun Indonesia merdeka kenapa masih ada daerah yang terisolasi seperti itu? Kenapa masih ada jalan seberat itu? Padahal menurut penuturan warga jalan tersebut merupakan jalan provinsi. Namun karena letaknya di perbatasan provinsi Sulsel dengan (barat?) sehingga sepertinya saling lempar tanggung jawab. Tapi apakah tidak bisa dikomunikasikan? apa pemdanya tidur?

Anonim mengatakan...

Hahahaha....realitas negeri ini!