23/09/16

Rhyme today about sharing.

Rhyme today about sharing.
Romo Ma Ro Wl 

A young man from the early centuries AD recalled that when you give something to those in need, in fact that you give something that is God.
The young man said that when people are questioning and theorize about 'giving'.
Good about who should we give and what should be given. He said, the hungry fed, the naked gave clothes, ill give it time entertaining, the prison visit and pray. Even the thirsty given drink. Very simple and easy to do. Including how to divide the atmosphere, dividing the space, dividing the environment for others.
But why is it difficult to in practice? Is it because the advice was too simple and very unpretentious?
My pal and brother shared was not just about the material, but also sharing, sharing time, sharing atmosphere. But often we are narrowing the meaning of sharing only for the interest and benefit of yourself, maybe even for the benefit of families and groups.
Globalization is the reality of our present all aspects of human life. Namely, a state, in which the world is getting narrower as indefinitely even noticeably faster time elapsed from previous centuries. This atmosphere as a result of the rapid development of communication technology through, sound, photographs / pictures and movies that almost all the world population has access and at the same time super-sophisticated communication media users it.
There are no hidden events, all easily spread in all directions, just in a matter of minutes and even seconds. Because it feels cramped and crowded world, the inhabitants of the World unite in what is referred to as the Global Village, where the neighbors can peep each other, for each other.
Mutual neighbors know the difference between right and on the left.
Well, Globalization changed the world into a village, where coexistence is a joint narrative. A situation that we could not possibly deny.
So share the goodness with a neighbor, in the kampong or neighbors into goals and behavior together.
Talk about the difference today is aimed at mutual understanding, mutual giving heart, mutual respect even the difference is a boon. A foundation to create a village building becomes a sturdy, strong and elastic to the brunt of cyclones even by the rain as swift as any.
Differences among people is a necessity.
Inevitable
Would not want to be recognized
Differences in religion or belief which have become a chasm is deep and grave danger, must be in place as an unnecessary part in question or in fights. Faith Is not that a private sphere, the affairs of someone who believes in God in saying,?
But often Religion and Belief tempt us to tinker with others, to rake a neighbor, blow-blowing and blowing and deny the harmony of living together in the global village.
Nothing the otherness, but we in the perspective of living together.
In the uniqueness of each tradition, religion and belief and even complexion fashion Clothing and Board.
Do not get us split the difference as the value of humanity?

Samarinda, East Kalimantan, Medio September 2016

Indonesian Verzion

Sajak hari ini tentang Berbagi.
Romo Ro Wl Ma

Seorang Pemuda dari abad awal masehi bertutur bahwa ketika engkau memberi sesuatu kepada mereka yang butuh, sesungguhnya yang engkau beri sesuatu itu adalah Tuhan.
Sang Pemuda menuturkan hal itu ketika orang-orang yang menyoal dan berteori tentang 'memberi'.
Baik mengenai siapa yang harus kita beri dan apa yang harus di berikan. Ia bilang, orang lapar beri makan, yang telanjang berikan baju, yang sakit beri waktu menghiburnya, yang di penjara kunjungi dan doakan. Bahkan yang haus berikan minum. Amat sederhana dan mudah melakukannya. Termasuk juga bagaimana membagi suasana, membagi tempat, membagi lingkungan untuk sesama.
Tetapi mengapa sulit untuk di praktekkan? Apakah karena nasehat itu terlalu sederhana dan teramat bersahaja?
Sobat - sobatku berbagi itu bukan hanya soal material, tetapi juga berbagi tempat, berbagi waktu, berbagi suasana. Tapi sering kali kita menyempitkan arti berbagi hanya untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, bahkan mungkin juga untuk kepentingan keluarga dan kelompok.
Realitas kekinian kita ialah Globalisasi segala aspek kehidupan Manusia. Yaitu, suatu keadaan, di mana Dunia jadi makin sempit seolah tanpa batas bahkan waktu terasa lebih cepat berlalu dari abad-abad sebelumnya. Suasana ini akibat dari pesatnya perkembangan tehnologi komunikasi melalui, suara, foto/gambar dan filem yang hampir semua penduduk Dunia memiliki akses dan sekaligus pengguna media komunikasi super canggih itu.
Tak ada peristiwa yang tersembunyi, semua dengan mudah tersebar kesegala arah, hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Sebab itu Dunia terasa sempit dan sesak, para penghuni Dunia di persatukan dalam apa yang di sebut sebagai Kampung Global, di mana para tetangga dapat saling mengintip, saling memperhatikan.
Saling tahu perbedaan antara tetangga sebelah kanan dan yang di sebelah kiri.
Yah, Globalisasi mengubah Dunia menjadi sebuah Kampung, di mana hidup bertetangga merupakan narasi bersama. Sebuah keadaan yang tak mungkin kita ingkari.
Sebab itu berbagi kebaikan kepada tetangga, pada orang-orang Sekampung mustinya menjadi tujuan dan laku bersama.
Bicara soal perbedaan pada masa kini adalah bertujuan untuk saling memahami, saling mengerti, saling menghormati bahkan perbedaan adalah sebuah anugerah. Sebuah pondasi untuk membuat bangunan kampung menjadi kokoh, kuat dan elastis terhadap terjangan angin puyuh bahkan oleh guyuran hujan sederas apapun.
Perbedaan di antara manusia adalah keniscayaan.
Tak terhindarkan
Tak teringkari
Perbedaan Agama atau kepercayaan yang selama ini menjadi sebuah jurang dalam dan penuh bahaya maut, mustinya dapat di tempatkan sebagai bagian yang tidak di pertentangkan. Bukankah Iman itu merupakan ranah pribadi, urusan seseorang yang mempercayai Tuhan yang di sembahnya?
Tetapi sering kali Agama dan Kepercayaan menggoda kita untuk mengotak-atik orang lain, mengusik-usik tetangga, menghembus-hembus dan meniup-niup dan mengingkari harmoni hidup bersama dalam kampung Global itu.
Tak ada sang liyan, melainkan kita dalam perspektif hidup bersama.
Dalam keunikan masing-masing tradisi, Agama dan kepercayaan bahkan corak busana dan Sandang dan Papan.
Tidak dapatkan kita membagi perbedaan sebagai nilai Kemanusiaan?

Samarinda, Kalimantan Timur, Medio September 2016

Rob Colection

RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: