Esei tentang Ugahari.
By.Romo Ro Wl Ma.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia : Ugahari itu memiliki makna: Sedang; Pertengahan dan Sederhana. Bunyi Sedang itu memiliki arti Tidak keatas tidak juga kebawah. Ukurannya rata-rata, tidak besar, tidak banyak, tidak melimpah, tidak pula kekurangan, bukan miskin, bukan kecil. Selanjutnya bunyi Pertengahan, dapat pula berarti tidak di pinggir tidak pula di tengah; tidak di awal atau di akhir, tidak diluar atau di dalam, tapi di tengah atau pertengahan. Istilah Ugahari ini berasal dari istilah Sansekerta.
Bunyi kedua setelah UGAHARI adalah KEUGAHARIAN. Bunyi kedua ini merupakan kata kerja yang berarti, Kesederhanaan atau Kesahajaan. Yaitu, berperilaku (menjalani kehidupan) sederhana, bersahaja di keseharian. Suatu pilihan yang berbalikan atau kebalikan dari keadaan sesungguhnya.
Kata UGAHARI dan KEUGAHARIAN berasal dari bahasa Sansekerta yang merujuk pada tradisi dan kebiasan hidup para Rohaniawan (Biksu - Biksuni, Begawan, Resi ), para Empu (para ahli, para pengajar, para seniman) dalam perkembangan Sejarah Indonesia masa kejayaan Hindu - Budha. Dimana, para rohaniawan dan para Empu memilih hidup sederhana di 'Pertapaan' (tempat bertapa), di padepokan, dst. Pilihan hidup sederhana atau bersahaja seperti yang di perlihatkan oleh para Rohaniawan dan para Empu ini, dapat kita sejajarkan dengan 'JALAN zen' yang berkembang di Jepang, di daratan China/Tiongkok sampai kedaerah Buthan dan India yang di kenal sebagai jalan Yoga meski secara substansil tidak sama persis, tetapi miliki jalan yang sama yaitu Memilih hidup Ugahari atau Keugaharian.
Setelah Agama Islam dan Kristen masuk ke Indonesia, hidup Ugahari atau Keugaharian di perlihatkan oleh para Kiyai dan para pastor atau pendeta. Para Kiyai memilih hidup sederhana, bersahaja di balik Pesantren dan atau Asrama bagi para Pendeta dan Pastor.
UGAHARI dan KEUGAHARIAN Sebagai SPIRITUALITAS.
Dalam konteks Kapitalisme yang 'membesar' di masyarakat kita, dibutuhkan spiritualitas baru untuk mengembalikan Manusia sebagai Manusia seutuhnya. Yaitu spiritualitas yang dapat di artikan sebagai daya kekuatan bersama yang menghidupkan dan menggerakkan. Dewasa ini, spiritualitas jadi makin penting, karena menjadi ukuran hubungan pribadi dengan Sang KHALIK yang dapat terlihat dari perilaku hidup sehari-hari. Karena, Spiritualitas tidak hanya berhubungan dengan Keagamaan atau hal-hal yang rohani saja, tetapi juga dapat menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi realitas dalam bentuk apapun (penjajahan, penganiayaan, penindasan, dst) tetapi juga sebaliknya untuk mencapai tujuan bersama (pembangunan, keadilan, kesetaraan, kesejahteraan, dst). Dalam pengertian seperti ini, maka Spiritualitas lebih merujuk kepada 'Cara hidup', 'cara bertindak' dalam keseharian. Spiritualitas sebagai Cara Hidup, adalah benteng bagi kehidupan beriman setiap orang, bahkan lebih lebih dari itu Spiritualitas dapat mendorong, memotivasi, menghidupkan dan menumbuhkan, seseorang dalam pengalaman perjumpaan dengan SANG KHALIK YANG DISEMBAHNYA.
Salah satu pertanda zaman yang mewarnai kehidupan masyarakat (manusia) dewasa ini yakni, Ganasnya Kapitalisme melanda tubuh manusia. Tubuh manusia di jadikan sebagai 'objek dan subjek' produk ekonomi dan alat Komoditas untuk kepentingan kaum Kapitalis (terlebih Neokapitalis). Seorang Sindhunata berteriak lantang, bahwa gaya hidup manusia hanya berorientasi pada diri sendiri dan berlomba-lomba mengejar kenikmatan, kepuasaan diri (Duniawi), krisi iman, miskin dalam solidaritas terhadap sesama, boros dengan membayar harga yang sangat mahal atau berhutang. Tubuh bahkan jiwa kita di jajah oleh kaum kapitalisme. Tak ada lagi ruang tersisa, mulai dari ujung jari kaki, sampai ujung rambut di kepala bahkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Semuanya, di rebut oleh Kapitalisme yang pada saat bersamaan berjalan seiring dengan NeoKolonialisme. Perhatikan dan amati dengan seksama, betapa dahsyat kapitalisme melanda hidup manusia. Merasuk semua lini dan komponen hidup bermasyarakat. Lihatlah, hidup para birokrat, Rohaniawan, kaum intelektual, Seniman (artis/aktor Filem, perupa, dramawan, Pemusik, sastrawan) Legislatif, Yudikatif. Perhatikan dan tonton tayangan TV nasional dan transnasional. Majalah, Buletin sampai pada jurnal-jurnal dalam dan luar negeri...semua di rebut oleh Kapitalisme, semua di jajah sebagai bentuk baru dari Kolonialisme.
Begitu hebat Kapitalisme melanda hidup manusia, sehingga hidup beragama pun tak lagi menjadi sesuatu yang 'Magis, Luhur, Mulia, Agung dan Kudus' dan pada 'saat tertentu' hanya di jadikan pelengkap dalam bentuk-bentuk ritual belaka.
Bagaimana kita di Rumah HAIKUKU INDONESIA?
Seperti yang saya jelaskan secara singkat diatas, bahwa dahulu kala, para Empu (Seniman, ahli membuat...., pengajar,..) dan para Rohaniawan (biksu - Biksuni, Kiyai, Pendeta/Pastor) memilih hidup Ugahari atau Keugaharian sebagai jalan hidupnya.
Mereka (Empu dan Rohaniawan) itu, bukan saja memilih hidup sederhana, tetapi laku Mereka pun sangat sederhana, tidak sombong, lemah lembut, berbudi halus (welas asih) dan mengajar dalam kesederhanaan. Sebab itu, Mereka, sangat di hormati, di cintai, dan di rindukan oleh banyak orang. Sebab dari Mereka, orang lain belajar menjalani hidup.
Para sastrawan Haiku klasik, terkenal dengan Hidup Ugahari atau Keugaharian dengan memilih hidup sederhana. Hidup di pertapaan dengan apa adanya, tetapi pada saat yang bersamaan mereka menjadi Guru bagi siapa saja, termasuk menjadi guru kita para pecinta Haiku.
Dalam esai sederhana ini, saya mengajak semua Handaitaulan, kerabat dan para sahabat, untuk melihat situasi kita masing-masing dalam bentuk perenungan-perenungan, meditasi-meditasi, solat Tahajud, berkontemplatif, Berpuasa, sesuai dengan agama yang kita yakini.
Saya akhiri Esai kecil ini dengan Prosa kecil :
Pada akhirnya, Sang Khalik, TUHAN YANG MAHA ESA menjadi kesepian, di tengah umat yang menjadikan Ibadah dan amalnya hanya sebagai Formalitas Belaka.
TUHAN YANG SENDIRIAN di dalam semarak ritual-ritual keagamaan yang riuh rendah dalam bayangan Kapitalisme.
Pada arena ini, pandangan Spiritualitas menjadi penting bagi kita. Spiritualitas yang menjadi dasar terhadap gerakan dan kekuatan untuk merebut kembali Tubuh dan jiwa yang sudah di kukung, di penjarakan oleh Kapitalisme.
Spiritulitas yang mampu menggerak kita merebut kembali tubuh dan jiwa ini menjadi Tahta di mana TUHAN YANG MAHA ESA hadir dalam perilaku, tuturan, dan berfikir kita.
Selamat Ber-UGAHARI atau KEUGAHARIAN.
Salam dan doa dari Kalimantan Timur.
In English
Essays about frugal.
By.Romo Wl Ro Ma.
In Big Indonesian Dictionary: frugal is not without meaning: Medium; Mid and simple. Medium sounds that have meaning not upwards nor downwards. The size is average, not great, not much, not abundant, nor lack, not poor, not small. Furthermore mid sound, it can also mean not on the edge nor in the middle; not at the beginning or at the end, not outside or inside, but in the middle or middle. The term is derived from the term zealous Sanskrit.Second sound after zealous is moderation. The second sound is a verb meaning, Simplicity or simplicity. That is, to behave (through life) simple, unpretentious in everyday life. A choice that is contrary or opposite of the real situation.
The word frugal and moderation is a Sanskrit word that refers to the traditions and habits of life of The priest (monk - nun, Begawan, Resi), the Professor (experts, teachers, artists) in the development of Indonesian History heyday Hindu - Buddhist. Wherein, the clergy and the professor a simple life in the 'Hermitage' (place for meditation), in the hermitage, and so on. Choice of living a simple or humble like that in the show by The priest and the professor is, can we align with the 'ROAD zen' developed in Japan, in mainland China / China until stricken Buthan and India, which was known as the Yoga albeit substansil not exactly the same, but have the same path that life Choosing zealous or moderation.
After Islam and Christianity into Indonesia, frugal living or moderation in the show by the Kiyai and pastors or pastors. The Kiyai choose to live a simple, unpretentious behind or boarding school and hostel for the Pastor and Pastor.
Zealous and frugality As SPIRITUALITY.
In the context of capitalism 'enlarged' in our society, it takes a new spirituality to restore Man Man as a whole. That is spirituality that can be interpreted as the power along the turn and move. Today, spirituality becomes more important, as being the size of a personal relationship with the Creator can be seen from the behavior of everyday life. Because spirituality is not only related to the Religious or things that are spiritual, but also can be a source of strength to deal with the reality in any form (colonization, persecution, oppression, etc.) but also contrary to achieve common goals (development, justice, equality , welfare, etc.). In this sense, then Spirituality refers to the 'way of life', 'how to act' in everyday life. Spirituality as a Way of Life, is a stronghold for the life of faith of each person, even more than that spirituality can encourage, motivate, animate and grow, a person in the experience of the encounter with the Creator that was worshiped.
One sign of the times that characterizes the lives of the people (humans) today namely, the ferocity of Capitalism hit the human body. The human body is made as 'object and the subject of' economic products and tools for the benefit of the capitalists commodities (especially neo-capitalist). A Sindhunata shouted, that the human life style oriented only on yourself and vying pursuit of pleasure, satisfaction of self (worldly), crisis of faith, the poor in solidarity towards others, wasteful to pay a very high price or owe. Body even our souls in its domination by the capitalist. There is no more space left, from toe to tip of the hair on the head even everything that is around us. Everything, in conquered by capitalism at the same time go hand in hand with neocolonialism. Pay attention and look carefully, how terrifying capitalism engulfing human life. Permeates all levels and components of community life. Look, life bureaucrats, The priest, intellectuals, artists (artists / film actor, visual artist, playwright, musician, writer) Legislative, Judiciary. Pay attention and watch TV shows national and transnational. Magazine, Bulletin until the journals at home and abroad ... all captured by capitalism, all in its domination as a new form of colonialism.
Capitalism struck so violently human life, so that the religious life was no longer something 'Magis, Noble, Noble, Great and Holy' and on 'certain moment' only made in complementary forms of mere ritual.
How do we in the House HAIKUKU INDONESIA?
As I mentioned briefly above, that long ago, the Professor (Artist, expertly made ...., faculty, ..) and The priest (monk - nun, Kiyai, Priest / Pastor) choose to live frugal or moderation as a way his life.
They (the professor and The priest) was not only a simple life, but their behavior is very simple, not arrogant, gentle, refined (compassion) and teach in simplicity. Therefore, they, very respected, in love, and longed for by many people. Because of Them, others learn through life.
The classic Haiku writers, famous or frugality frugal life with a simple life. Life in the Hermitage with what it is, but at the same time they become Guru for anyone, including being our teacher Haiku lovers.
In this modest essay, I invite all Handaitaulan, relatives and friends, to see the situation of each of us in the form of reflections, meditations, prayers Tahajud, berkontemplatif, Fasting, according to the religion we believe in.
I end this little essay with small Prose:
Ultimately, the Creator, GOD ALMIGHTY be lonely, among the people who make worship and charity just as a Mere Formality.
GOD ALONE in the vibrant religious rituals vociferous in the shadow of Capitalism.
In this arena, the view becomes important for our spirituality. Spirituality is the basis of the movement and strength to reclaim the body and the soul is already in kukung, in jail by Capitalism.
Capable of moving the spirituality that we reclaim the body and soul into the Throne where GOD ALMIGHTY present in behavior, speech, and thought of us.
Welcome Ber-zealous or moderation.
Greetings and prayers of East Kalimantan.
RWM.BOONG BETHONY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar