30/04/16

Sajak Tentang Tuhan

Sajak hari ini tentang TUHAN.
Romo Ro Wl Ma.

Meretas yang lalu mengunduh akan datang. Semua dari tiada jadi ada kemudian tiada. Lalu mengapa musti kehilangan, kenapa harus memiliki? Cukup waktu yang punya, biar zaman miliki. Manusia adalah detik sekali berdentang lalu lenyap. Jangan cakap menit. Bukan punya, tidak milik. Terlebih bicara jam atau hari! Langit luar langit dalam sama. Bentang dari bentang. Mati atau hidup sama, rentang dari rentang. Hanya TUHAN.
Apa iman itu, apa itu agama. Asal sumber kembali ke sumber, TUHAN ialah sumber.
Mengapa sombong? mengapa tinggi hati? mengapa menimbang yang lain. Tidak, siapapun tidak berarti, tiada makna, tak berisi. Semua kosong, seluruh hampa.
Lihatlah, pohon mengering, tunas tumbuh. Rumput layu, umbi berkembang. Laut surut samudra sarat, hujan turun awan berarak. Tapi manusia? hanya di lahirkan lalu mati. Tak ada cerita, tiada kisah, ia dilupakan. Hanya TUHAN ya! Hanya TUHAN.
Tak lain, tiada lain, tidak lain.
Dari kata dari kalimat dari cerita. Berujung di kata, berakhir pada kalimat. Sampai di cerita. Hanya itu, itu hanya. 
Sungguh TUHAN tak pernah kemana, Tak pernah memiliki rumah, tak pernah memilih persinggahan sebab Dia batin tiap manusia.

Pondok Palem, Limau Samarinda.
Rhyme today about the Lord.
Romo Wl Ro Ma.

Then download a hack that will come. All of the dead so there and then gone. Then why must lose, why should you have? Enough time has, though the times have. Man is a tolled seconds and then vanished. Do not proficient minutes. Not have, does not belong. Especially talking hours or days! Outside the sky in the same sky. The landscape of the landscape. Dead or living together, the range of the span. Only God.
What is faith, what religion is. Originally the source back to the source, the Lord is the source.
Why arrogant? why haughty? why weigh another. No, whoever does not mean, no meaning, no lists. All is empty, all empty.
Look, the tree dries out, shoots grow. The grass withers, the developing tubers. Laden ocean sea receded, raining clouds. But humans? just be born and die. There are no stories, no story, he was forgotten. Only Lord yes! Only God.
Nothing else, nothing else, nothing else.
From the words of the sentence of the story. Culminate in a word, ending the sentence. Got a story. That's it, it's just.
It's where the Lord never, never have a house, never choose a stopover because then every human mind.

Palem cottage, Lemons Samarinda.








Diantara desau angin kerinduan halaman.
by. Roberth William Maarthin



Dalam kepenatan malam Yogjakarta, hari-hari berlalu tanpa kata tanpa bunyi. 
Menanti. 

Menunggu.
Dalam pulas asa.
teringat nyanyian sunyi padang-padang Seko
ketika lenguhan rusa menggesek ilalang mengubah hidup
angin menggambar rerumput karpet kekuningan
sungai jernih berkaca mentari
berapa lama engkau bertahan
berapa jauh engjau berjalan
berapa banyak anak negeri pulang


Dalam kepenatan malam Yogjakarta, hari-hari berlalu tanpa bunyi.
Menanti.
Menunggu.
Dalam nyenyak harap
teringat senandung ladang-ladang Seko
saat lenguhan kerbau moleling mengubah keringat jadi padi
angin melukis sawah jadi karpet kuning
gemercik air meliuk-liuk
sejauh mana engkau tegar
sejauh apa engkau menapak
sejauh jarak anak negeri kembali.


Dalam kepenatan malam Yogjakarta, hari-hari berlalu tanpa bunyi
Menanti.
Menunggu.
Teringat kidung pujaan bagimu
Engkau kucintalah seumur hidup
irama betue, malimongan baba 
itulah tanahku.
Lain tidak.

(yogjakarta, awal mei 2013)

Among the rustle of wind longing page.
by. Roberth William Maarthin

In the evening fatigue Yogjakarta, the days passed with no word without sound.
Waiting.
Wait.
In a deep despair.
remembered the desolate steppes singing Seko
groans when swiping reeds change lives
Wind draw yellowish grass carpet
clear streams filled sun
how long you survive
how far you walk
how many children home country

In the evening fatigue Yogjakarta, days passed without a sound.
Waiting.
Wait.
In soundly hope
remembered the hum fields Seko
groans when the buffalo moleling change so sweat rice
Wind fields into the carpet of yellow paint
splashing water snaking
the extent to which you are brave
as far as what you tread
as far as the child within the country back.

In the evening fatigue Yogjakarta, days passed without a sound
Waiting.
Wait.
Remembering ballad idol for you
You are the beloved of a lifetime
betue rhythm, malimongan baba
That's my land.
Others do not.

Rob Colection


(Yogjakarta, in early May 2013)



RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: