09/04/15

Christmas day

ALLAH yang  menderita ditengah pesta natal umatNYA

REALITAS SEKARANG.
Rob Colection
Rob Colection

Perayaan Natal adalah ritual kekristenan yang heboh dan juga paling boros. Hal itu terlihat dari riuhnya perayaan natal dimana-mana. Saya tidak tahu apakah ada survei khusus untuk : berapa beaya dan berapa kali perayaan itu dilakukan sepanjang bulan desember sampai januari : oleh gereja (baca: jemaat-jemaat)  oleh persekutuan-persekutuan, atas nama ketegorial , gender atau juga atas nama asalmuasal (suku -  daerah),  maupun oleh latar belakang pekerjaan sampai pada yang sekedar pamer symbol-symbol /tanda-tanda sedang natal . Jika ada, kita pasti terkejut mendapati hasilnya. Paling tidak survei itu bisa dilakukan di GKJ atau GKI.
Perayaan natal, banyak juga menyebut “pesta natal”,  moment yang selalu ditunggu tiap orang kristen. Baik untuk kebaktian menyambut natal (24 Desember) pun kebaktian natal tgl. 25 Desember dan tentu saja Perayaan Natal. Untuk moment yang satu ini tidak cukup hanya berupa kebaktian menyambut dan kebaktian natal. Sebagian bahkan merasa aneh, kurang afdol, tidak lengkap, jika tidak ada perayaan atau pesta natal. Aneh! Tapi itu yang ada di  benak tiap orang kristen. Jangan tanya jika gedung gereja, rumah, atau gedung  lembaga-lembaga kristiani selalu dihias semeriah mungkin. Tiap keluarga, disamping menghias rumah, juga menghidangkan aneka kue, minuman dan perment termasuk juga (mungkin) angpao/amplop untuk tamu-amu yang berkunjung. Pokoknya, Natal harus meriah! Meriah indentik dengan perayaan kalau tidak ya pesta.  Jadi tidak heran,  jika Natal saat ini menjadi acara perayaan atau pesta!

REALITAS SEPUTAR KELAHIRAN YESUS.
Padahal, menilik dan menelusuri kisah-kisah dalam Kitab suci (ALKITAB) cerita kelahiran Yesus,  justru memedihkan, menyedihkan, pilu dan jauh dari kesan keriuhan. Atau mungkin karena malam menjelang Yesus lahir para malaekat bernyanyi-nyanyi riang dan para gembala menyambut sukacita berita kelahiran itu; juga para majusi yang tanpa lelah dan tanpa takut bahaya menempuh perjalanan jauh untuk menyambut kelahiran Yesus.
Jika ditelisik lebih dalam :
- Nyanyian para malaekat pun bukan sesuatu perayaan apalagi pesta.
  Mereka bernyanyi riang memuliakan Allah yang turun ke Bumi.
- Para gembala gembira menyambut beritanya dan sertamerta mencari 
  dimana IA dilahirkan.
- Para malaekat bernyanyi riang gembira dalam pujian, kelompok 
  Gembala menyambut dan mencari Sang Bayi Yesus.
- Dan ketika menemukan, Gembala-gembala domba itu sujud dan 
  memberi persembahan sebagai tanda ungkapan syukur.
- Sama seperti orang-orang majus dari Timur; mencari, menemukan, 
  menyembah dan bersyukur sambil memberi persembahan.
Coba perhatikan aktifitas ketiga kelompok itu.

Malaekat bernyanyi gembira menyambut dan juga mengabarkan berita gembira pada seluruh mahkluk dan alam raya.
Para gembala bersukacita menyambut berita itu, lalu mencari, menemukan, menyembah dan bersyukur.
Demikian juga sikap orang-orang Majusi. Mencari, menemukan, menyembah dan bersyukur.
Mungkin aktivitas ketiga kelompok itu dianggap sebagai suatu perayaan atau pesta, sehingga menyambut Natal, dianggap sebagai kegiatan perayaan dan pesta. Apakah salah? Tentu tidak, karena setiap orang berhak melakukannya, apalagi jika perayaan itu dilaksanakan dengan embel-embel  membantu Panti A atau Panti B, bisa juga untuk anak-anak yatim piatu, anak jalanan atau bantuan untuk gereja a di dusun terpencil, dst. Tergantung bagaimana kepanitiaan itu berkreasi dan menterjemahkan Thema yang biasanyas udah ditetapkan jauh-jauh hari bahkan jauh-jauh bulan.
Penghayatan terhadap “mengingat rayakan kelahiran Yesus” beberapa dekade kebelakang banyak mengalami perubahan (kemajuan?) Yaitu dari Gedung Gereja ke Luar gedung, dari Ibadah natal ke Perayaan natal. Dari sukacita natal menjadi  pesta natal. Di awal bulan desember hiasan natal berupa asesoris, lampu-lampu hias dan pohon natal mulai dipasang. Lagu-lagu dan kidung natal juga mulai terdengar dimana-mana. Iklan-iklan dari TV, Radio, Internet dan buletin bahkan majalah, koran harian dan mingguan ikut meramaikan suasana itu. Promosi perayaan natal dengan pengkhotbah a atau pembicara c diselenggarakan di Hotel U atau Restoran B bahkan stadion-stadion juga dipakai untuk acara natalan. Makin seru bukan? 
Lalu bagaimana seharusnya menyambut Kehadiran Tuhan di Tengah kehidupan bersama?

Telaah Bacaan Firman.
Kita perhatikan bahan bacaan Minggu ini : Dari Yesaya 63 : 7 – 9. Penulis Yesaya dengan tegas dan lugas mengungkapkan Pujian atas segala perbuatan Allah terhadap umatnya yang penuh kasih.
Menurut penulis Yesaya, Segala perbuatan Allah itu yang patut disebut-sebut. Disebut dalam bentuk seperti apa? Dalam konteks Kitab Yesaya adalah Penyembahan dan dan Pujian. Penyembahan atau bersembah hanya kepada Allah! Mengapa hanya kepada Allah? Yesaya menjawab “karena semua yang dilakukan Allah dalah untuk kebaikan manusia, bahwa Allah dengan serius menyatakan bahwa Umata Israel (baca Umata Allah) adalah UmatNya. MilikNya! Kepunyaan Allah! Bahkan Allah bertindak langsung, bertemu langsung! Ada bersama dengan manusia. Hadir ditengah Manusia. Dan secara ‘Humanis’ digambarkan pula oleh Yesaya bahwa Allah Mengangkat dan Menggendong Umatnya” Yesaya 63 : 7 – 9.
Bukankah penggambaran Yesaya itu luar biasa? Tentu Yesaya menggambarkan tindakan Allah seperti itu karena Yesaya mengalami langsung bagaimana Allah siang-malam, tiap waktu ditopang oleh kekuatan yang Dahsyat itu. Karena itu Yesaya berkata : “Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan Kasih Setia TUHAN......dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar” (Yesaya 63 : 10). Bagi Yesaya menyebut perbuatan Allah adalah persembahan, puja dan puji untuk Allah! Sesuai dengan kasih setia Allah yang besar. Jadi tidak dibuat-buat atau dikarang-karang pujian itu! Perhatikan kata Sesuai. Yesaya mengulang bunyi itu tiga(3) kali. Sesuai berarti : Seperti, Sama persis! Jadi tidak dibuat-buat atau dikarang-karang! Mari Puji Allah sesuai perbuatan Kasih SayangNYA yang besar!
Demikian pula dari Mazmur 148. Senada dengan kesaksian penulis Mazmur yang mengajak seluruh alam raya untuk memuji Allah. Penulis Mazmur bahkan sangat ‘EKSTRIM’ dalam ajakannya. Pemazmur bukan hanya mengajak manusia, tetapi malaekat pun diajak untuk memuji Allah! Tapi itu belum cukup bagi pemazmur, ia bahkan mengajak Matahari, bulan, bintang-bintang dan seluruh ‘tatasurya’ dan segala isinya (Mazmur 148 : 1-5). Jika saya terjemahkan dalam bahasa kita zaman sekarang ini, ayat 6 – 14 kira-kira bunyinya seperti ini : “Pujilah Tuhan! Hai segala mahkluk yang keliatan atau yang tidak nampak! Hai mahkluk Raksasa atau yang sekecil kuman/bakteri/virus! Pujilah Tuhan. Hai seluruh unsur cair, padat dan gas!”. Mengapa Pemazmur begitu yakin terhadap ajakannya yang universal itu? Karena bagi Pemazmur semua itu dibuat, diciptakan, dikreasi oleh satu tangan. Yaitu TUHAN. Semua yang ada di dunia bahkan meliputi seluruh Tatasurya dikreasi oleh satu (1) kekuatan dahsyat, yaitu TUHAN (ayat 5-6).
Dari Ibarani 2 : 10 – 18, kita diperhadapkan pada suatu pengakuan iman penulis Ibrani tentang : Allah yang menjadi sama dengan manusia untuk kemuliaan manusia.
Penulis Ibrani ‘mengingatkan’ Kristen/umat mula-mula dizaman itu bahwa ALLAH atau TUHAN sudah berada ditengah manusia dan selalu bersama dengan manusia menjadi saudara bagi manusia. Pada zaman penulis Ibrani Kekristenan/umat mula-mula ‘baru’ belajar bagaimana Beriman dan bagaimana memuji ALLAH atau TUHAN (bandingkan dengan umat kristiani sekarang). Bagi penulis Ibrani, Tuhan tidak pernah kemana meskipun ada dimana-mana. Artinya IA berada dalam segala lapisan masyarakat. Ia tidak bisa dibatasi oleh kuasa apapun karena itu IA rela menderita untuk masuk dalam seluruh lapisan kehidupan manusia. Itulah gambaran kasih yang tiada tara. Kasih yang oleh Yesaya digambarkan bahwa IA sendiri yang mendatangi umatNYA!
Tetapi dalam Injil Matius 2 : 13 – 23 Allah yang di puja-puji oleh Yesaya dan Pemazmur, dan yang diakui oleh Penulis Ibrani IA menjadi sama dengan manusia, ternyata menempuh jalan Penderiaan untuk menyatatakan KasihNya Pada Manusia. Nah ALLAH atau TUHAN seperti digambarkan oleh Yesaya dan Pemazmur itulah yang disaksikan oleh penulis Injil Matius. ALLAH atau TUHAN yang Dahsyat. ALLAH atau TUHAN Pencipta seperti dinyatakan oleh pemazmur diatas (Maz. 48 : 5-6) itulah yang disaksikan sebagai ‘manusia biasa yang terus menerus mengungsi karena kelahiran dan pertumbuhanNya selalu mendapat ancaman manusia lain” Matius 2 : 13 – 23. Allah yang menjadi sama dengan manusia, yang digambarkan oleh Yesaya 63 : 9a : Bukan seorang duta atau utusan, melainkan IA sendirilah yang menyelamatkan mereka”.
Tapi kehadiranNya tidak disambut! Bahkan dianggap lawan yang berbahaya, sebab itu IA harus di bunuh (Matius 2 : 13 dan 16). Bagaimana ALLAH atau TUHAN yang luar biasa kekuasaanNYA itu harus menjadi seorang pengungsi dan menjalani masa kanak-kanak yang tidak normal? Mengapa semua itu harus dijalani?
Yesaya dan Mazmur dalam bacaan kita diatas, menggambarkan bahwa semua itu harus ditempuh oleh ALLAH atau TUHAN hanya karena satu alasan. Yaitu, KASIH. Demikian juga Penulis Ibrani memberi alasan yang sama. 
Bahwa kasih itu adalah pengorban, maka belajarlah dari cara ALLAH atau TUHAN yang mengorbankan seluruh apa yang dimilikiNYA, termasuk Kekuasaan, Kemuliaan dan HakekatNya sebagai ALLAH atau TUHAN untuk hadir ditengah manusia.
Pertanyaan besar bagi kita di zaman sekarang ini adalah : BAGAIMANA MEMUJI ALLAH atau TUHAN DALAM CARA YANG BENAR, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH?
Seperti dalam awal renungan ini, sudah saatnya kita kembali :
1.   Apakah perayaan Natal yang selama ini kita lakukan sungguh-sungguh memuji ALLAH atau TUHAN seperti yang diserukan oleh Yesaya dan Pemazmur?
2.   Apakah hidup kita sehari-hari sungguh-sungguh merupakan pujian kepada ALLAH atau TUHAN, seperti yang digambarkan oleh Pemazmur?
3.   Apakah kita merasa bahwa ALLAH atau TUHAN selalu bersama dengan kita sehari-hari?
Hidup ini sesungguhnya adalah pujian dan syukur kita kepada ALLAH atau TUHAN karena KASIH SETIANYA YANG BESAR.

SELAMAT MENYONGSONG TAHUN BARU 2014, SELAMAT MEMUJI TUHAN. (RWM)
Rob Colection
Rob Colection


RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: