SUPER HERO Versus SUPER KADRUN
Ketika pertama kali Presiden mengumumkan ada warga negaranya yang terpapar Covid 19, maka yang paling sibuk adalah para medis (dokter dan perawat/Mantri). Mereka sibuk mempersiapkan diri, sibuk mempelajari, sibuk membuat strategi mengenai : Perawatan, Pencegahan, dan bagaimana menjaga diri agar tidak tertular. Yah, mereka itu tenaga medis, para dokter, perawat/mantri dan pekerja di rumah sakit.
Mereka bekerja dalam diam, tapi tangan mereka cekatan, otaknya bekerja cerdas, pengerahan tenaga melebihi kapasitas mereka sendiri, siang malam mereka berada di garda terdepan NKRI untuk merawat, mengobati, mencegah dan memotong penularan Covid 19. Yang pada akhirnya oleh Presiden, dibentuklah Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Covid 19 (Corona).
Pengorbanan Paramedis itu tak sanggup kita bayar dengan berapapun!
Sebaliknya di sisi lain negeri ini, ada sebagian orang teriak-teriak mengkritisi segala upaya yang dilakukan oleh paramedis itu, tak kurang pula dari mereka mencela bahkan menghujat pengorbanan paramedis dan kebijakan pemerintah untuk berjuang melawan Covid 19. Yah, mereka itu yang selama ini disebut banyak orang KAUM KADRUN (entah siapa yang pertama kali memakai istilah KADRUN untuk mereka yang suka nyinyir atas nama apa saja itu). Uniknya, orang-orang KADRUN ini ada disemua lapisan masyarakat Indonesia, ada di seluruh wilayah negeri, ada yang PNS, ada anggota Dewan, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan latar belakang agama. Pekerjaannya, teriak-teriak, riuh dan selalu berkelompok. Teriak di media sosial, FB, IG, Twitter dan Youtube. Asal teriak, asal bunyi, asal ngomong, itu cirikhas orang-orang KADRUN ini.
Mereka bekerja dalam diam, tapi tangan mereka cekatan, otaknya bekerja cerdas, pengerahan tenaga melebihi kapasitas mereka sendiri, siang malam mereka berada di garda terdepan NKRI untuk merawat, mengobati, mencegah dan memotong penularan Covid 19. Yang pada akhirnya oleh Presiden, dibentuklah Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Covid 19 (Corona).
Pengorbanan Paramedis itu tak sanggup kita bayar dengan berapapun!
Sebaliknya di sisi lain negeri ini, ada sebagian orang teriak-teriak mengkritisi segala upaya yang dilakukan oleh paramedis itu, tak kurang pula dari mereka mencela bahkan menghujat pengorbanan paramedis dan kebijakan pemerintah untuk berjuang melawan Covid 19. Yah, mereka itu yang selama ini disebut banyak orang KAUM KADRUN (entah siapa yang pertama kali memakai istilah KADRUN untuk mereka yang suka nyinyir atas nama apa saja itu). Uniknya, orang-orang KADRUN ini ada disemua lapisan masyarakat Indonesia, ada di seluruh wilayah negeri, ada yang PNS, ada anggota Dewan, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan latar belakang agama. Pekerjaannya, teriak-teriak, riuh dan selalu berkelompok. Teriak di media sosial, FB, IG, Twitter dan Youtube. Asal teriak, asal bunyi, asal ngomong, itu cirikhas orang-orang KADRUN ini.
Sebaliknya, Paramedis adalah Pasukan Khusus yang bekerja dalam senyap demi masyarakat termasuk demi para KADRUN itu.
Ketika artikel kecil ini saya tulis, Hampir 2000 Paramedis terpapar Virus Covid 19 dan ada 7 Komandan yang gugur di medan perang. Itu pun, masih ada para KADRUNS itu mengejek bahkan menghujat komandan-komandan yang gugur di medan perang melawan serbuan virus COVID 19.
Ketika artikel kecil ini saya tulis, Hampir 2000 Paramedis terpapar Virus Covid 19 dan ada 7 Komandan yang gugur di medan perang. Itu pun, masih ada para KADRUNS itu mengejek bahkan menghujat komandan-komandan yang gugur di medan perang melawan serbuan virus COVID 19.
Selamat jalan para HERO NKRI.
Prof. Dr.dr. Bambang Sutrisna,
dr Hadio Ali Khazatsin,
dr Djoko Judodjoko,
dr Adi Mirsa Putra,
dr. Laurentius P,
dr. Adi Mirsaputra,
dr. Ucok Martin,
dr. Toni D. Silitonga
Dan
Para Perawat yang meninggal.
Prof. Dr.dr. Bambang Sutrisna,
dr Hadio Ali Khazatsin,
dr Djoko Judodjoko,
dr Adi Mirsa Putra,
dr. Laurentius P,
dr. Adi Mirsaputra,
dr. Ucok Martin,
dr. Toni D. Silitonga
Dan
Para Perawat yang meninggal.
Kalian adalah REAL HERO KAMI.
RWM.BOONG BETHONY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar