01/11/11


PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BESAR  atau PEMIKIR-PEMIKIR BESAR?
(suatu Refleksi isu-isu global dan tantangan abad 21)
Oleh : R.W. Maarthin.

PENDAHULUAN.

            “Panta Rei Uden Menei” atau Segala sesuatu mengalir, tidak ada yang tinggal diam. Demikian dictum kenamaan Filsuf Heraklitus di kota Efesus, Asia Kecil (540 – 480). Laksana air sungai selalu mengalir dan bergerak, maka segala sesuatu takluk pada perubahan. Ini berarti hakikat dan penampilan berubah. Lain lagi pendapat Parmenides(514 – 449 sM) Seorang filsuf dari wilayah Elea, Italia bagian selatan. I a justru berargumentasi bahwa hakikat tidak berubah, yang berubah adalah yang tampak dalam kenyataan.
Proses perkembangan masyarakat dewasa ini khususnya waktu pasca Perang Dunia II dan Perang Dingin, menampilkan kemajuan pesat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apabila dalam abad ke-18 Revolusi Industri dan pengaruh besarnya terlihat dalam abad-abad berikutnya demikian pula halnya dengan perkembangan pesat IPTEK itu, maka terjadilah berbagai perubahan besar dan kecil. Hal ini tampak dimana-mana. Dan perubahan tersebut menyangkut keadaan fisik dan mental manusia.
Demikian pula terjadi perubahan besar pemikiran-pemikiran dan teory-teory yang terus menerus mewarnai pergerakan dan perubahan dari abad-abad yang lalu. Teory-teory yang dianggap mapan pada abad-abad lalu, seperti Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme mulai tertinggal dan berangsur-angsur dilupakan pada Era modern ini.
 Panitia Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) PEMKRI Cab. Padang memberi judul bahasan dalam percakapan ini, yaitu Pemikiran-pemikiran Besar di Dunia., tetapi saya kemudian mengubah thema itu menjadi “Pemikiran-pemikiran Besar atau Pemikir-pemikir Besar?”

ABAD KE-21 DAN ISU-ISU GLOBAL.
Berbagai antisipasi dan perkiraan telah di buat oleh para ahli dan pengamat mengenai abad ke-21. John Naisbitt banyak menulis tentang kecenderungan-kecenderungan masa depan. Dalam bukunya “Megatrends 2000 antara lain disebutkan, Globalisasi ekonomi, berkembangnya pasar bebas, era biologi, bangkitnya agama-agama dan kebebasan individu.
Penulis lain seperti Tappscot menulis tentang digital economy, melihat transformasi ekonomi oleh karena revolusi digital di bidang teknologi komunikasi dan transformasi. Atau Bill Gates, Presiden Microsoft dan orang terkaya di dunia mengatakan, era baru adalah era internet; semua akan berada di internet. Demikan juga Alvin Toffler dengan “The Third Wave” yang menggambarkan perubahan abad ke abad  melalui Revolusi Agraris, Revolusi Industri dan Revolusi informasi yang menghadirkan Globalisasi. Orang-orang ini hadir melalui pemikiran-pemikiran yang luar biasa. 
            Kalau kita renungkan pandangan para pengamat dunia, kita akan melihat bahwa sedang terjadi transformasi era baru, abad ke-21.Transformasi ini pada dasarnya dimotori oleh perkembangan yang amat pesat ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan  produk-produk baru yang serba digital, biological dan material.
            Era baru ini diwarnai oleh perubahan akseleratif  bergejolak, baik disektor ekonomi, social budaya maupun politik. Era baru akan menuntut dinamika manusia, perubahan gaya hidup, pola kerja, pola komunikasi, yang pada prinsipnya adalah juga dinamika budaya.
Para pengamat mulai mendeteksi budaya global (global culture) dalam gaya hidup, makan, bekerja, interaksi dan komunikasi. Kini kita menyaksikan program televise global, membaca majalah-majalah global, dibanjiri dan menikmati  produk-produk global serta dipengaruhi gaya hidup global. Pada waktu yang bersamaan kita dapat mengakses informasi dari mana saja di dunia ini. Dengan internet, broadband, telpon/celluler, computer pribadi, kita dapat berhubungan dengan computer lain dimana saja dan dapat mengambil – memberi informasi – membeli dan menjual informasi. Era dimana sudut pandang dan kemampuan  manusia semakin tidak terbatas baik dalam tatanan berfikir pun dalam tatanan praksis. Termasuk didalamnya, mempengaruhi cara kerja, cara belanja, hiburan dan cara belajar bahkan juga cara ber-Iman.

ARAH DISKUSI.
 Dalam Diksusi ini, saya lebih tertarik mempercakapkan “Bagaimana Kesiapan Kita Sebagai Generasi Muda Gereja Yang Juga Merupakan Generasi Penerus Bangsa dan NKRI” dari pada, berdiskusi tentang teory-teory dan serapan-serapan para pemikir abad lampau yang dengan sendirinya menjadi runtuh dalam Era Globalisasi.
Sebagai contoh misalnya, Liberalisme dan Kapitalisme yang mulai terasa kuno dalam pengembangan teory-teory Pemerintahan/kekuasaan, ekonomi/pasar dan modal serta kemasyarakatn,  para pemikir Era Globalisasi, meskipun filosofis dari pemikiran-pemikiran tersebut masih terasa dalam pengembangan Ekonomi dan pasar Dunia. Demikian juga dalam teory-teory Sosialisme yang mulai runtuh pada kahir abad ke-20, kecuali sosialisme yang saat ini di bertahan di RRC dan KORUT.
            Deskripsi ini, adalah ilustrasi penampilan kehidupan gaya baru – gaya modern. Tetapi patut kita bertanya : “Adakah kecenderungan-kecenderungan spiritualitas?”. Naisbitt memang mengamati dan memperkirakan bangkitnya agama-agama. Apakah betul demikian? Apakah Abad ke-21 akan diwarnai oleh kehidupan agamawi yang meningkat? Saya ragu bahwa itu sedang terjadi.
            Memang betul, ada perhatian yang meningkat pada agama-agama dan kehidupan spiritual di Timur. Namun tak ada yang menonjol, kecuali surutnya Komunisme mungkin memberi peluang baru bagi agama, tapi masih meluasnya kemiskinan dan penderitaan di dunia ketiga, menandakan rasionalitas dan iptek belum mampu menyeleseikan masalah manusia. Di pihak lain, kemajuan iptek, kemajuan ekonomi, telah menjadi penyebab  mundurnya dan lunturnya kehidupan beragama di dunia modern.
            Dari sekilas gambaran diatas dapat dilihat bahwa abad ke-21, era globalisasi,  tidak hanya membawa harapan-harapan baru, melainkan juga membawa masalah-masalah baru bagi kehidupan spiritual dan oleh karenanya menjadi tantangan tersendiri bagi umat beragama (baca Kristen : Umat Katholik dan Protestan); untuk mencari solusi yang dapat membantu manusia menghadapi terpaan gelombang revolusi iptek dan informasi. Selain mempersoalkan kesiapan kita untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ditimbulkan oleh era informasi dan globalisasi, patut pula kita waspadai pemikiran yang sepertinya terlalu mengagungkan era ini, seolah-olah informasi dan globalisasi adalah segala-galanya.
  
BAGAIMANA DI INDONESIA?
Indonesia sebagai Negara yang sedang membangun, masih sangat mengandalkan pertanian dan industri dalam pembangunan ekonominya. Pemikiran Toffler tentang revolusi pertanian, revolusi industri dan revolusi informasi hadir bersamaan dan dikembangkan secara seimbang untuk keberhasilan pembangunan nasional bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Semantara itu di pihak lain, kita harus mampu mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan yang sedang terjadi hingga dapat memanfaatkan peluang-peluang yang timbul dan berkembang.
            Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah hasil sistematisasi pengamatan dan penelitian manusia tentang apa saja yang terjadi di sekitar alam ini. Sedangkan teknologi pada umumnya adalah aplikasi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk menyeleseikan berbagai persoalan dan tantangan yang dialami dan dilihat oleh manusia serta untuk meningkatkan kesejahteraan dan hidup manusia.
            Ilmu pengetahuan secara sederhana berusaha untuk memahami “apa yang terjadi” melalui hipotesa, pengamatan dan pembuktian, sehingga secara sistematis dan universal dapat diterima dan diberlakukan oleh siapa saja dan dimana saja dalam kondisi dan keadaan yang sama. Sedangkan teknologi, adalah hasil penerapan ilmu pengetahuan yang diciptakan untuk kepentingan kesejateraan manusia.
Yang ingin saya garis bawahi disini adalah bahwa Ilmu Pengetahuan adalah memahami dan merumuskan apa yang tejadi? dan bukan mengapa terjadi?. Kalau ada yang memulai bertanya mengapa – why? Maka dapat saja ia keluar dari arena ilmu pengetahuan ke arena pemikiran, falsafah dan pandangan-pandangan yang berdimensi lain. Sementara itu, berbagai ilmu yang dikembangkan seperti ilmu kimia, ilmu alam, matematika dan ilmu fisika, memungkinkan manusia mengembangkan teknologi pesawat terbang, tehnologi digital dan telah menjadi pendorong Globalisasi.
Karena itu harus disadari bahwa perkembangan informasi, robotisasi/otomatisasi  pabrik-pabrik, komputerisasi data, modernisasi sarana dan prasarana pertanian/perkebunan, adalah bagian dari perkembangan dan kesinambungan pembangunan Indonesia sebagai upaya pembaruan.
Dalam revolusi informasi inilah Indonesia hadir sebagai salah satu anggota Big Family in ther world – anggota keluaraga dunia. Dimana sebagian pemikiran dan tindakan kita berjejak pada Era Globalisasi dan sebagian lagi menjejak pada realitas kekinian bangsa dan Negara kita. Saya senang menyebut kondisi itu GLOBALIZATION VERSUS RURALIZATION. PMKRI berada di sana. Sebagai Perhimpunan Mahasiswa Katholik memahami realitas itu, amat penting, karena itu sekaligus merupakan suatu persoalan besar bagi bangsa dan Negara.

TANTANGAN IMAN?
Dalam Dokumentasi Hasil Sidang Agung Gereja Katholik Indonesia 2005, dengan thema Bangkit dan Bergeraklah lebih banyak menyoroti dan membahas Komunitas Basis dan Kaum Muda. Artinya, Gereja Katholik Indonesia memberi pemahaman baru strategi menggereja yang bertumbuh pada komunitas basis. Yaitu, perluasan hidup menggereja dan bukanlah  entitas yang statis dan pasif. Sebaliknya menjadi komunitas basis yang proaktif dalam menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat, menjadi gerakan yang berorientasi kedepan untuk mengembangkan kehidupan berbangsa yang semakin beradab. Atau dengan kata lain bahwa Kaum Muda Katholik  sebagai Komunitas Basis didorong untuk terlibat langsung dalam penguasaan dan pembelajaran terus menerus terhadap seluruh perkembangan yang saat ini menjadi bagian masyarakat Dunia.
Diatas telah diuraikan bahwa IPTEK dapat menjawab pertanyaan Apa yang terjadi? Dan mungkin sampai bagaimana itu terjadi? Namun belum tentu mampu menjawab Mengapa terjadi? Oleh karena itu IPTEK, harus dilihat dalam kerangka Ciptaan Allah. Iptek berusaha memahami lebih dalam dan lebih sempurna tentang ciptaan Tuhan. Salah satu asas fundamental dari Iptek adalah keteraturan. Contoh, kalau seseorang memasak air di Afrika dan mendidih pada suhu 100 derajat C, maka hal yang sama juga berlaku di Sekretariat Panitia LKK PMKRI Cab. Padang, termasuk misalnya kalau di Bulan sudah bisa memasak air.
Dalam suasana perkembangan IPTEK yang melahirkan Globalisasi, pergumulan-pergumulan apakah yang sedang marak diantara umat Kristen? Salah satu yang paling menarik adalah Apakah IPTEK mendekatkan manusia pada Tuhan atau sebaliknya?

Catatan Akhir :
  1. Tulisan singkat ini, hanya sebagai pengantar untuk diskusi-diskusi yang berlangsung.
  2. Sebagai suatu kerangka berfikir, tulisan pendek ini adalah wahana untuk membuka pemikiran kritis terhadap situasi yang sedang terjadi dalam kehidupan orang-orang beriman.
 Disampaikan pada LKK PMKRI SUMATRA BARAT 11 Mei 2009.

RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: