Dada kita beda.
Gerai hitam bungkus bidang pundakmu
Lenggak-lenggok irama
Membuatku merona
Lentik
Sorot
Wajahmu
Mematang jiwaku
Gairahku
merangsang
menjilati
Karena aku lelaki
Sebab perempuan engkau.
Kau tahu?
Buah dadamu
memerosok
menjingkrak
menurut desah nafas
nafas kita.
ternyata semua biasa saja
sama dengan lainnya.
Disana mengapa TUHAN
memasang buah dadamu
(Taman Sri Gunting medio Juni 2010)
Tersibak.
Perempuan engkau
sebab itu gemar kusibak tiap lekuk tubuhmu. Tiap desah nafasmu, tiap pesona pahamu, dan terutama aura gairah buah dada ranum menggelapkan mata setiap lelaki.
Siapa tidak.
Wanita engkau
karenanya suka kumainkan tangan di balik baju untuk membawamu masuk ruang inginku.
Mengapa tawar.
Ibu engkau
lantaran itu lembut hangat kutiduri engkau siang malam pada rahimmu
Aku anakmu.
(Taman Sri Gunting, Medio Juni 2010)
2 komentar:
Puisi yang indah Bang.....
Trimakasih....udah mampir. Tapi kok anonim ya....salam hangat dari dataran tinggi, sulsel. Dataran yang sunyi.
Posting Komentar