Di balikpapan
Fosil yang tertidur
Tercium kemana mana
Sewangi elokmu tubuhmu
Sampai kapan?
Doa Gimin dan Inah.
Pakne, hari ini kita untung besar
Iya bu, syukur pada Allah.
Tumpukan sampah itu.
Menghidupi kita hari ini, esok dan lusa.
Mungkin kita musti berdoa agar tiap hari ada demonstrasi ya bu.
Seperti Hari ini.
Ya pakne.
Tadi polisi-polisi itu mengejar, menendang, menggebuk dan kita yang beruntung.
Tapi apakah halal Pakne. Kemasan plastik itu berdarah-darah.
Soal darah, kemarahan dan gebuk-gebukan itu, jangan ditanya bune.
Yang penting hari ini kita bisa makan dan Giyo anak kita bisa dapat baju baru.
Nanti kita mampir beli di pasar loak untuk Giyo.
Tapi kasihan Pakne.
Banyak demonstran yang luka dan diangkut ambulan.
Sebagian lagi dimuat di truck Polisi.
Bune, bune.
Mbok mikir sederhana saja.
Ini loh, plastik-plastik ini muat ke gerobak. hari makin larut.
Berdoa saja, agar negara ini tetap aman dan kita merdeka mengais sampah dimana saja.
Iyo Pakne.
Doa mereka melebihi doa yang suka formalis.
(Gambir, barusan saja)
Jakarta dalam beberapa kalimat.
Dulu
Jayakarta menarik Pinisi mengarung samudra ingin jumpamu
Kereta dan pedati mengayun cambuk menyahuti dar dir dor
dan kini
sapa saja rindu
ingin meraba tubuh elokmu sepanjang masa
dan ranum buah dadamu menggoda segala arah
patah arang silih ganti
engkau itu Jakarta.
tumpang tindih untung dan malang
hanya engkau.
(gambir medio Agustus 2014)