Yaa..anaku. Ketika muda kami
Terjajah imperialis
Lalu ku panggul tombak
Kusandang Kariben dan mortir
Ku hunus keris
Darah imperialis berceceran
Tunggang langgang. Merdeka!
Ya Anaku! Itu dulu!
Aku di puja, Di buat sejarah. Sumber ilmu.
Dipelajari di SD, SMP sampai sekolah tinggi
Semua bangga!
Tapi sekarang anakku!
Sesal diri tak habis
Semua tak berarti lagi
Tiada mimpi jadi nyata
Yang kutuai pahit
yang kulihat duka.
Aku tertipu!
Kawan-kawanku berkalang tanah
bermandi darah di Tugoe, di lempuyangan
di alun-alun, malioboro, jembatan solo
yang menimbun di kali code. Tertipu!
Nyata perjuangan itu bukan untuk rakyat
bukan bagi negeriku
Bukan bagi bunda pertiwi
Kini kusesali
Kenapa pelor belanda hanya menyisakan bekas luka dipunggung
Mengapa tidak menembus dada atau meremukkan jatungku!
Supaya tak kudapati, Anak-anak negeri memuja mimpi
Agar tak kulihat sikaya memainkan hidup orang banyak.
atau si kuasa mengacungkan telunjuk memusnakan dusun
melenyapkan desa atau si imperialis kembali membenam tongkat membangun tembok-tembok pembunuh mendirikan roda-roda menggilas
Oooh anakku!
Tak tertahankan air mata jatuh
Dulu pantang terjadi di perjuangan!
Kini, ia mengalir, deras!
Mungkin karena itu yang tersisa
Hanya ini yang mampu kuberikan.
Anakku
Skarang tak sanggup aku baca koran
Tak mampu melihat TV
Aku takut
Aku gentar
Sebab semua bercerita tentang Penjajahan
Semua memutar perbudakan