12/02/20

SAVE TAMAN ISMAIL MARZUKI

Coretan Kecil tentang Gerakan Moral #SaveTim

Selamat malam teman-teman dan sahabat pecinta budaya Indonesia.
Saat ini gerakan moral #SaveTim sedang marak di lakukan oleh Para seniman di Jakarta.
Gerakan moral #SaveTim ini bermula dari rencana Pemprof DKI membangun Hotel berbintang5 dalam kawasan Taman Ismal Marzuki yang selama ini kita kenal sebagai Laboratorium Pengembangan Seni Budaya Indonesia.
Sebagaimana kita tahu bahwa TIM bukan saja sebuah wadah atau kawasan Laboratorium Pengembangan Budaya Indonesia, tetapi juga merupakan Pusat Budaya Dalam bentuk Kesenian Indonesia.
Pemprof DKI melalui JAKPRO membangun kawasan TIM sebagai kawasan Ekonomi yang mengarah pada PAD DKI.
Pembangunan Hotel berbintang 5 itu, disertai revitalisasi berbagai bangunan yang selama ini sudah dimanfaatkan sebagai gedung-gedung dan lahan-lahan berkesenian dalam bentuk, teater, pameran lukisan dan kerajinan tangan tradisionil dari berbagai daerah, pembacaan puisi, pementasan-pementasan karya seni tradisionil dan kontemporer, termasuk di dalamnya sebagai wadah berlatih sanggar-sanggar teater dan tari dari berbagai sanggar di sekitar Jakarta.
Pemkrop DKI ingin mengubah kawasan TIM sebagai Kawasan Ekonomi Eksklusif yang kelak akan di kelola oleh JAKPRO tanpa melibatkan para seniman yang berpuluh-puluh tahun menjadikan TIM sebagai Pusat kegiatan berkesenian.

Gerakan moral #SaveTim, bertujuan menolak kehadiran JAKPRO termasuk ketidak setujuan seniman atas perubahan status TIM menjadi Kawasan Ekonomi Eksklusif yang di rencanakan oleh Pemkrof DKI tersebut.
Apa yang terjadi jika TIM berubah jadi Zona Kawasan Ekonomi Eksklusif dan Hotel Berbintang 5 itu?
1. Sebagai Pusat Pengembangan Kebudayaan dan Lab di Indonesia, maka TIM menjadi kawasan ekonomi belaka.
2. TIM adalah tempat pengembangan dan perkembangan para seniman-seniman di Indonesia,s yaitu : seniman Teater, Filem, Kesusastraan, Seni rupa dan ketika TIM jadi Zona Ekonomi Eksklusif, maka secara otomatis Kawasan TIM tidak lagi berfungsi sebagai wadah pengembangan dan perkembangan kesenian.

3. HOtel berbintang 5 yang akan di bangun di areal TIM, sangat bertentangan dengan maksud TIM di hibahkan kepada para seniman oleh Gubernur Ali Sadikan pada akhir tahun 1960-an, yaitu :
a. Sebagai pusat Kesenian Jakarta khususnya dan Indonesia Umumnya.
b. Wadah untuk menampung ketika para seniman dari daerah datang melakukan kegiatan seni di Jakarta. Beberapa tahun sesudah Hibah Tanah tersebut, di bangun sebuah Wisma untuk para seniman di TIM.
c. Menjadikan kawasan TIM sebagai Lab pengebangan kebudayaan Indonesia baik dalam bentuk Teater, Tari, Kesusastraan bahkan filem. Karena itu jangan heran di TIM ada Perpustakaan, ada Pusat Dokumentasi Sastra, ada gedung teater tertutup dan gedung teater terbuka dan ada IKJ sebagai Pusat Akademi Kesenian di Jakarta.

Gerakan Moral #SaveTim, ingin tetap memfungsikan areal TIM sebagaimana maksud awal Gubernur Ali Sadikin ketika menghibahkan Areal TIM saat itu.
Jadi gerakan ini bukan menentang Pemerintah Daerah, apalagi ada tuduhan pada para seniman ingin menjatuhkan Anies Baswedan sebagai Gubernur. Tuduhan itu tidak beralasan.
Tulisan ini bermaksud mohin dukungan kepada semua pegiat Kebudayaan Indonesia, dalam dan Luar negeri. Sekaligus ingin mematahkan tuduhan yang tak berdasar dari segelintir orang yang mempolitisir Gerakan Moral #SaveTim oleh para seniman.
Sebagai catatan tambahan : Saya mengundang sahabat dan sobat-sobat semua yang ada di Jakarta, untuk bersama kami melakukan gerakan moral #SaveTim setiap jumat pkl. 16.00 sampai pkl.18.00 di areal TIM.
Salam dan doa rahayu.
Romo - Pemerhati dan pegiat kebudayaan.



RWM.BOONG BETHONY

07/02/20

Esok tak ada lagi

Gedung Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, esok tak ada lagi. 

Salah satu bangunan di areal Taman Ismail Marzuki yang mendapat tempat secara khusus dalam hati para seniman tanah air adalah Gedung Graha Bakti Budaya yang saat ini sedang di hancurkan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan melalui tangan JakPro. Anies Baswedan yang terpilih sebagai Gubernur DKI selama 5 tahun, meluluh lantakan areal Taman Ismail Marzuki yang memasuki usia 50 tahunan, dari sisi waktu, saya berani katakan 5 tahun Anies Baswedan melumatkan 50 tahun keadaban dan peradaban yang di bangun para pelaku kebudayaan di Taman Ismail Marzuki yang datang dari seluruh pelosok tanah air bahkan dari luar negeri.
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, itu mantra sakti Anies Baswedan memasuki dan menghapus sejarah pergerakan berkesenian yang sangat intens, progresif dan modern dari sudut-sudut, pada tembok-tembok, altar dan gedung-gedung pertunjukan seperti Graha Bakti Budaya.
Bukan hanya itu, areal Taman Ismail Marzuki ditumbuhi pohon-pohon besar, hijau dan Asri, tetapi sama seperti nasib Revitalisasi di Monas, pohon-pohonn besar itu pun bertumbangan di tangan Anies Bawedan.
Mendapati rumah mereka di obrak-abrik atas nama mantra revitalisasi itu, para seniman mendongak, meradang, menangis dan meneteskan air mata. Apakah seniman tak berdaya menghadapi mantra revitalisasi ala Anies Baswedan itu?
Tidak, seniman punya cara tersendiri melawan para penghancur kebudayaan dan para Genosida kebudayaan.
Seniman melawan dengan aksi-aksi moral, aksi-aksi seni, kreatifitas perlawanan yang lebih beradat dan sarat keadaban. Karena begitulah seni, selalu mempertontonkan keindahan, keagungan, kemuliaan budaya dalam berbagai bentuk. Seniman adalah pencetus dan pemelihara peradapan, cerdas menyikapi ketimpangan sosial dan tak pernah takut melawan kesewenang-wenangan.
Gedung Graha Bakti Budaya, bukan sekedar gedung biasa-biasa saja, seperti hotel atau ruko atau rumah tempat tinggal yang gampang di robohkan begitu saja. Gedung ini, adalah sejarah pergerakan berkesenian dan gedung itu juga sebuah symbol Kebudayaan, karena Tari Ratoh Jaroe dan Tari Dompeng dari Aceh yang fenomenal itu dipentaskan disana, atau Tari Yospan dan Sajojo dari Papua, Maggeluk, Tor-tor, Tari Piring, Tari Serimpi, Kecak, dll, pernah dipentaskan di sana.
Belum lagi pementasan teater-teater yang selama ini intens memaanfaatkan Gedung Graha Bhakti Budaya. Monolog, Pemeran Lukisan, panggung berbagai festival mewarnai gedung Graha Bhakti Budaya itu.
Dan sekarang, ia (gedung itu) sedang di hancurkan oleh mesin-mesin kapitalis yang tak beradab itu.
Romo Rowima, Praktisi Kebudayaan dan Rohaniawan Protestan.
Tinggal di jakarta.

RWM.BOONG BETHONY

23/01/20

Renungan Kebudayaan

Renungan Kebudayaan : Orang-orang ngawur. 

Nusantara kita, adalah Negara besar dengan setumpuk masaalah yang berlapis - lapis. Mulai dari Demokratisasi, yang hanya menjadikan rakyat sebagai mobilisasi pengumpul suara partai-partai politik dengan berbagai simbol dan jargon-jargon besar sesudah itu rakyat dilupakan hingga pada persoalan pendidikan ilmu pengetahuan (kurikulum dan mahal), pendidikan agama dan keleluasan pada perspektif pendidikan kebudayaan. Beaya perawatan kesehatan yang mahal dan berbelit. Belum lagi persoalan ekonomi yang acap di warnai oleh bertumbuhnya 'kaum' korup di negeri ini (kaum; istilah ini secara sosial merujuk pada fenomena gerakan serentak dalam melakukan sebuah pekerjaan/kegiatan yang sama tanpa ada ikatan kekeluargaan, saya menyebutnya 'kaum korup'). Termasuk di dalamnya, minim perhatian pada pertumbuhan ekonomi kerakyatan, yaitu, sebuah usaha ekonomi yang berbasis pada pemberdayaan kelompok-kelompok tani, nelayan, pertukangan dan koperasi versus meluasnya industrialisasi yang memberangusnya. 


Bagaimana rakyat menjawab persoalan yang berlapis-lapis itu?
Dari tahun 2018 sampai awal tahun 2020 ini, banyak orang jadi bingung sekaligus yang berujung pada keheranan atas kemunculan fenomena unik yaitu ; 'kerajaan - kerajaan' yang terbentang mulai dari Jawa Timur sampai Jawa Barat dan Banten. Di Bandung ada Sunda Empire yang mengklaim mengakhiri pemerintahan dunia, yang akan terjadi pada 15 agustus 2020. Di Tasikmalaya muncul kerajaan Salacau dan menuntut agara wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya segera dikembalikan pada keturunan raja pajajaran yang konon merupakan keturunan ke-9 Raja Surawisesa, raja terakhir pejajaran. Sementara itu di Purworejo, muncul keraton agung sejagat yang mengiming-imingi orang akan di bebaskan dari malapetaka. Dua tahun lalu (2018) di Banten sekelompok orang memproklamirkan kerajaan ubur-ubur yang konon kisahnya mampu membuka kunci kekayaan dunia. Bersamaa dengan fenomena kerajaan itu, dari kurun tahun 2000-an sampai saat ini, kehadiran orang-orang seperti Dimas Kanjeng di Jawa Timur, Sarjimin di Kulon Progo, Rili alias Renal di Gorontalo, menawarkan penggadaan uang atau investasi bodong ala Memiles yang sedang viral atau First travel dan sejenisnya. Demikian juga kehadiran banyak tokoh-tokoh penyembuh alternatif di berbagai tempat adalah cara rakyat mengatasi berbagai kebutuhan ekonomi pada 'kegalaun' persoalan Berbangsa dan Bernegara yang berlapis-lapis itu'. 
Menelisik gejala-gejala ini, maka kita semua, Pemerintah dan Rakyat, sedang sakit, sedang disorientasi. Tak usah heran banyak orang-orang ngawur baik di pihak Pemerintah terlebih dari rakyat.

Jalan rakyat menjawab kebijakan dan Proses pengambilan keputusan yang tidak pernah benar-benar mempedulikan suara mereka (rakyat). Karena itu jangan heran jika rakyat bingung, disorientasi bahkan frustasi.
Dengan kondisi itu ( Pemerintah dan Rakyat sakit), nalar dan nilai-nilai spirtual ditinggalkan/dilupakan, maka :

Banyak orang pengin cepet kaya dan menempuh jalan pintas juga merindukan sebuah keajaiban/mukjizat menghadapi tantangan yang keras ini.
Kasus-kasus korupsi, kehadiran kerajaan-kerajaan, penggandaan uang bahkan investasi bodong ialah iming-iming pengin cepet kaya itu.
Ada ribuan bahkan mungkin jutaan penyembuh-penyembuh alternatif lahir ditengah masyarakat, itulah jawaban rakyat terhadap mahalnya beaya pengobatan disertai kurang seriusnya perhatian pekerja kesehatan pada pasien.

Kombinasi rakyat dan pemerintah yang kerap disorientasi, nalar cupet, para tokoh dan inteletual yang sibuk dengan dunianya sendiri, mentalitas jalan pintas, adalah kondisi yang sangat gampang di manfaatkan oleh para pengail di air keruh.

Kita butuh pemikir-pemikir berorientasi kebudayaan, kita rindukan orang-orang seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid, Romo Mangun, yang dapat menjelaskan secara jernih dan bijak pada masaalah tanpa memihak.
Salam dan doa Rahayu.
Romo pemerhati kebudayaan.

Puisi itu kehidupan.

Alkisah, hadirlah kitab - kitab Puisi pada hiruk pikuk manusia, kitab-kitab pembangun tembok raksasa, pembuat pagar berduri.
Kitab - kitab pembual para katib dan imam sastra yang kehilangan su
Kitab - kitab pongah datuk - datuk dan datu-datu
Kitab - kitab serapah pengklaem kebenaran
Kitab penghancur di tangan datuk-datuk, datu-datu, katib dan imam
Kitab sastra yang lama ditinggal mati su
Puisi yang rindukan su

Anehnya, selalu meruntuhi, merajam hiruk pikuk.
Maka asmara jadi rindu dendam, rindu dendam mengasmara padahal puisi bukan hanya sebuah kitab.
Lucu, tembok itu runtuh tiap kali dibangun dan pagar duri merajam siapa apa padahal puisi tidak sekedar sebuah kitab
Maka rindu dendam bergulat-gulat, bergumul-gumul, menindih-nindih, membanting-banting, menuding-nuding, tak jelas antara puisi dan makian itu lantaran kitab - kitab bukan sekedar puisi


Konon, risalah puisi ialah kisah tentang batin, kalbu dan rasa. Karena itu susastra mempuisi dan puisi mensusastra.
Karena puisi tidak sekedar buah kitab
Sebab kitab ialah puisi kau dan aku.

Maka bergemurulah pangung-panggung, bergetar seluruh podium, menderak-derak altar-altar, menggoyang kiri, menggoyang kanan, menggoyang kebawah, menggoyang keatas.
Dan
Kitab - kitab itu mencatat, memuat kisah paling suci.
Cerita abadi
Tentang Puisi di Taman Eden.

(Romo Ro Wi Ma'18)



RWM.BOONG BETHONY

27/12/19

Ke-Bhineka-an

Politik ke-Bhinekaan atau Ke-Bhinekaan Politik? Catatan Pinggir seorang Romo.
Bunyi Bhineka yang dimaknai sebagai Ke-aneka ragaman itu, memiliki nalar yang jauh dari sekedar ke-aneka ragaman yang selama ini melulu di beri lebel :
1. Banyak Suku,
2. Banyak bahasa,
3. Banyak Agama,
4. Adat istiadat,
5. Lalu banyak pulau - pulau, dst.
Penerimaan atas pemaknaan hanya seperti saya kutipan diatas, kemudian dijelaskan (atau dibatasi?) melalui produk UU, mulai dari UUD'45, hingga berbagai aturan dari kantor pemerintah, pusat hingga ke daerah.
Dalam berbagai diskusi sesama pemerhati kebudayaan, pertanyaan kerap muncul ialah : apakah sebuah produk budaya butuh perundang-undangan untuk membuatnya jadi value yang mengikat masyarakat? Bukankah aturan (baca UU) selalu bermuara pada pengganjaran atas ketidak-taatan?
Bunyi Bhineka Tunggal Ika, lahir dari hegemoni sikap Mojopahit yang pada jamannya menginvasi dan merebut wilayah kerajaan lainnya secara paksa berdasar atas ambisi dan Sumpah seorang Mahapatih, Ki Gajah Mada. Dalam konteks Majapahit, Maka Ke-Bhinekaan adalah Politik kekuasaan dan bukan penghargaan pada ke-bhinekaan itu sendiri. Di Eropah, dalam sejarah dunia, di kenal istilah Eukumene (Oikumene) dari imperial Romawi (150 tahun seb. M hingga 350 thn. M) untuk menggambarkan ke-aneka-ragaman, wilayah, negara, budaya serta luasnya daerah kekuasaan Romawi. Dalam benak kaisar-kaisar Roma, Ke-bhinekaan tersebut, merupakan symbol luas dan besar kekuasaan.
Baik Majapahit dan Romawi, ke-Bhinekaan adalah Politik kekuasaan dan kekuatan atas wilayah yang di jajah. Karena itu, jangan heran jika ada gejala pengingkaran atas kekuasaan dan kekuatan, maka tindakan represi aktif jadi ujung pendekatan.
Bhineka Tunggal Ika sampai di mana Ke-Bhinekaanmu?
Sebelum NKRI ada, wilayah yang kita sebut sebagai NKRI sekarang ini adalah Hindia Belanda, yaitu sebuah wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Dengan politik ekonomi yang mengangkut sebagian besar kekayaan wilayah ini. Atas nama ekonomi, Belanda memaksakan mono agrikultur pertanian seperti Tebu dan tembakau di Jawa, Rempah-rempah di luar jawa. Tak ada ke-bhinekaan dan kemerdakaan atas pertanian. Di luar itu, Suku-suku berkomunikasi bahasa masing-masing, beragama kepercayaan masing-masing dan hidup dari adat istiadatnya, bahkan kenyang dari tradisi konsumsi masing-masing.
Sumpah Pemuda 1928 dengan Trilogi dasar berbangsa (bukan Bernegara) Lahirlah, satu : Bahasa, Tanah air, Bangsa Indonesia. Cita-cita pada sebuah Bangsa dengan ke-Bhinekaan yang selaras dengan kehadiran berbagai suku dan bahasanya, adat-istiadat, kepercayaan dan hak hidup atas wilayah adat dan nilai tradisi.
Dalam paham kebudayaan, penghormatan atas ke-bhinekaan adalah ujung tombak geliat kehidupan Manusia. Sebab, itu (ke-bhinekaan) menyangkut seluruh hakekat manusia. Baik atas nilai-nilai yang dianutnya, penghidupan yang dijalani, keyakinan atas yang di percaya, pengembangan dan pelestarian sitektur, sistem-sistem pertanian, perkebunan, ladang-sawah dan irigasi, termasuk di dalamnya keaneka hayatan yang tersebar dalam wilayah adat dan tradisi tiap suku di Indonesia.
74 tahun Bangsa Indonesia Merdeka, sampai di mana Kebhineka Tunggal Ika - an itu?
Pertanyaan sederhana saya ajukan seperti ini :
1. Bagaimana penghargaan dan pelestarian atas sistem-sistem
penghidupan dan kehidupan lokal suku-suku bangsa yang
ada?. Misalnya ; Atas pertanian, peladangan, perkebunan,
masyarakat suku?
2. Apakah ada perlindungan pada sistem-sistem penghidupan dan kehidupan masyarakat adat dengan kekayaan Tradisinya? Bukankah Bhineka Tunggal Ika, menempatkan ke-Bhinekaan sebagai tujuan dan ujud berbangsa kita?
Ach.....nanti aja di sambung ya Guys...tulisan ini nggak penting-penting amat kok.
Romo Ro Wi Ma : Pemerhati - pegiat kebudayaan dan Pendamping umat di GPIB 
-------------------------------------------------------- 
Dialegtika Bahagia.
Apa itu?
Banyak orang mengeluh bahwa hidupnya tak bahagia, penuh pergulatan bahkan cenderung menderita batin.
Jadi bagaimana agar terbebas dari semua itu?
Sederhana sobat.
Maksudnya?
Bahagia itu ada dalam dirimu.
Dalam diri?
Yah dalam dirimu.
Maksud Romo bagaimana? Masa bahagia itu ada dalam diri?
Yah.
Cerita dong Mo.
Begini, jika kamu sangka bahwa bahagia itu diluar dirimu, maka kamu akan kecewa.
Bahagia ialah anugerah Tuhan yang paling indah dan besar sepanjang hidupmu.
Bahagia itu hanya butuh kau pelihara dan manfaatkan untuk hidupmu dan juga pada orang lain. Bahagia itu bukan materi, bukan benda. Tapi rasa. Rasa yang membuat seluruh sel-sel tubuhmu bergembira. Membuat desiran darahmu bergejolak. Membuat adrenelin tubuhmu tetap sempurna.
Ach Romo bwrbelit-belit nih. Yang gamblang napaaa.
baiklah jika itu maumu sobat. Begini, bahagia itu pengorbanan.
Pengorbanan mo?
Iyaaa, karena bahagia memberi. Yaitu memberi kebahagian pada diri sendiri.
Bingung Mo.
Sebenarnya ketika kau menolong seseorang kau menolong diri sendiri. Saat kau memberi kegembiraan pada keluargamu, kau membuat dirimu bahagia.
Waktu kau luangkan waktu untuk menemani seseorang yang butuh teman, kau membahagiakan dirimu sendiri.
Bahagia bukan mengambil tapi memberi kebaikan pada orang lain.
Jika engkau berfikir bahwa bahagia itu tergantung pada materi, maka siaplah menerima kecewa darinya. Bila kau anggap bahwa uang sanggup membahagiakan dirimu, siaplah menderita karena uang. Kalau kau anggap jabatan dan kekuasaan mampu memberi bahagia bersiaplah terpuruk.
Bahagia tidak pernah membuatmu menderita, bergulat apalagi terpuruk.
Yang membuat manusia menderita, bergulat dan terpuruk, hanya satang dari luar dirimu. Semua yang kau ambil kelak akan mengecewakan dirimu.
Tapi semua hal baik yang kau berikan pada orang lain, pada keluargamu, termasuk pada alam, selalu membuatmu bahagia.
Sampai disini, kau paham sobat?
Salam dan doa Rahayu.
Foto: Dokpri - RWM'19 - Kuta.

Gambar mungkin berisi: samudera, langit, pantai, air, luar ruangan dan alam
RWM.BOONG BETHONY

Kesedihan dan perih

Perempuan malam.
Di rembang pagi malam tergesa menjauh sambil memoles gincu di bibir pekat
Selusin botol beer telanjang menganga menantu kekasih
Gaun malam tergeletak di tepian ranjang
namun hanya bayangan angin mengibas daun jendela
Kau selalu pergi dan membiarkan pintu menganga seiring ngungun pagi
Engkau bayangan di tepi malam, berseri memeluk kekasih
Menghembus embun jadi butir air sedingin kecupan yang tersisa mengantar kau berlalu
Dan perempuan ayu pemeluk bantal itu selalu bermimpi di ujung pengharapan sia sia.
Citra engkau bayangan begitu para pujangga menyebutmu
Pelukan hanya bayangan
Kecupan yang tersisa pun bayangan
Kecuali bau keringat berbaur parfum
hanya itu.
(Pojok Plaza Semanggi, medio Nov'19)
-----------------------------------------------
Kisah sepatu sandal
Di rumah perawatan itu ia sendiri
Tak yang di tunggu
Tiada yang di harap
Hanya suster, yang tiap kali datang mengajak menelan beberapa pil atau menyuapi makanan sebelum ia pergi meninggalkan kesendirian
Melepas sepi memasuki dunia sunyi.
Terkubur di sana.
(Mayapada Hospital, medio Desember'19)

--------------------------------------------------------------
Pada Lautan
Pada lautan gemuruh aku titip
Pada Lautan riak aku taruh
Pada lautan gelombang aku letakan
semua tentang hidup.
(Jakarta, Medio Desember'19)
-----------------------------------------------------------
Dialog Pagi.
"Mo, kok jarang posting kegiatan ke FB?"
"apa itu berguna" jawabku.
"setidak-tidaknya orang tahu betapa sibuknya Romo, di Gereja, Kampus dan Ranah Seni'
"trus?"
"ya posting foto kek atau pasang status kegiatan, seperti temen-temen itu"
"masing-masing punya pilihan. Romo tidak pilih yang itu, meski ada saja yang posting kalau pas swafoto denganku"
"oh begitu ya mo"
"ho oh"
Selamat pagi selamat hari ke-9 di bulan penutup tahun 2019.
Salam dan doa Rahayu.
-----------------------------------------------
Renungan hari ini.
Doa selalu di jawab TUHAN. Tapi apakah mau menurut kehendakNYA?
Persoalan utama dalam hal pengabulan doa adalah 'Kepribadianmu' di hadapan TUHAN.
Salam dan doa Rahayu.
-----------------------------------------------------------

Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk dan dalam ruangan




RWM.BOONG BETHONY

Renungan Natal dan sajak

Renungan Kebudayaan.
Ketahanan Pangan Mestinya Tidak Keluar Dari Tradisi Pangan Masyarakat Lokal.
Ketahanan Pangan, selalu dilihat dari sudut pandang Pemerintah, bahwa pemerintah sering kali memastikan bahwa Ketahanan pangan 'HANYA DI PAHAMI SEPIHAK OLEH PEMERINTAH HANYA OLEH PENYELENGGARA KEKUASAAN'. Padahal, pandangan demikian menipu dan menyesatkan pemerintah itu sendiri, bukan hanya di masa modern sekarang ini tetapi juga sejak jaman revolusi fisik hingga Orde Baru.
Apa sebenarnya Ketahan Pangan itu? Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: Bahwa Ketahan Pangan itu adalah Kemampuan suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan (Lauk dan Pauk).
Sebagaimana kita tahu bahwa Banagsa dan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, adalah suatu bangsa yang ber-bhineka dalam segala hal (suku, tradisi, bahasa, agama termasuk aneka jenis panganan lokal yang jadi makanan pokok sehari-hari suatu masyarakat suku/adat).
Program Ketahanan Panganan yang selama ini jadi program primer pemerintah, selalu mengacu pada kebutuhan Beras. Akibat dari itu, seluruh anak bangsa yang ber-bhineka (seperti yang saya jelaskan di atas) hanya di lihat dari konsumsi beras belaka. Dan Kebutuhan pada beras, semua hanya untuk pengadaan beras. JIka di lihat dari ketinggian 60 ribu kaki, maka kita bisa bayangkan bagaimana se-olah2 semua anak bangsa makan nasi. Itulah sebabnya mengapa saya berani menyatakan bahwa Program Ketahanan Pangan, khususnya kebutuhan beras, menipu dan menyesatkan Pemerintah karena hanya dari sudut pandang penguasa saja.
Pertanyaan besar ialah, Apakah seluruh anak bangsa mengkonsumsi nasi? Saya berani jawab, TIDAK!
Saya punya pengalaman hidup setahun dengan Masyarakat Maluku utara, khususnya di Halmahera. Selama setahun itu, saya mengkonsumsi Sagu, Keladi, Pisang rebus dan Kasbi (Singkong). Masyarakat Maluku umumnya, mengkonsumsi apa yang saya sebut barusan. Demikian juga ketika saya tinggal dengan Masyarakat Papua di kota Digoel selama 9 bulan, saya makan sagu dan umbi-umbian.
Ketika saya berkelana dan tinggal dengan masyarakat Kep. Mentawai, sehari-hari saya mengkonsumsi Keladi.
Demikian juga pengalaman saya 'live in' bersama Suku Daya. Bahao di Long Iram, beberapa tahun lalu.
Saya yakin, masyarakat adat lainnya, memiliki Ketahanan Pangan dalam bentuk lain yang sudah men-tradisi dalam kehidupan sejak Nenek Moyang mereka. Seperti Masyarakat pengkonsumsi Jagung (untuk yang terakhir ini, sepertinya tidak ada lagi, khususnya orang Madura yang sudah lupa pada jagung)
Tapi, untuk saat ini, ada kemungkinan beberapa pengalaman saya 'live in' seperti saya sebutkan itu, sudah mengalami perubahan, terutama sejak program Swasembada beras yang dicanangkan Orde Baru yang ternyata juga di ikuti oleh Orde-orde sesudahnya.
Dimana-mana orang mencetak sawah demi Padi (beras). Tapi bersamaan dengan itu, perubahan masyarakat dengan kultur / tradisi menanam keladi, jagung, sagu, singkong, di ubah dengan 'paksa' demi pengadaan beras tanpa disertai pemberdayaan bagaimana bersawah, memelihara padi, menanam padi, dst.
Masih ingat akhir 2009? Bangsa ini geger karena, beberapa daerah di Papua, di sebut sebagai daerah rawan pangan, karena sawah-sawah yang di buat tak berhasil. Padahal, daerah yang disebut sebagai rawan pangan itu, tidak mengkonsumsi beras melainkan umbi-umbian.

--------------------------------------------------------------------
Renungan Budaya.
Kemana Budayawan kita?
Perubahan cepat yang di alami sekarang ini memberi perasaan tak menentu pada siapa saja. Dan perasaan seperti itu akan terus terjadi seiring perubahan itu sendiri. Ironisnya, tidak semua bisa menerima, menguasai bahkan mungkin diluar kemampuan banyak orang untuk mengantisipasi dan melebur pada perubahan itu. Gejala itu di tandai dalam bentuk kooptasi nilai, sikap primordial dan laku marginal di tengah hidup masyarakat. Jadi, jangan heran atas kehadiran kelompok-kelompok eksklusif dengan kepentingannya kemudian bertarung dengan nilai-nilai kelompok sebagai proyeksi diri yang di ikuti konflik kepentingan yang sangat kompleks dan cenderung kasar. Atas situasi seperti itu, pertanyaan besar besama ialah "Apakah sendi-sendi kehidupan budaya kita mampu melakukan kontrol lalu mengelola konflik yang terjadi?"
Jakarta sebagai Pusat Nilai Budaya?
Sebagai Ibu kota dan pusat pemerintahan, Jakarta lambat laun jadi model nilai budaya masa kini maupun masa depan masyarakat Indonesia. Tapi pada sisi lain, dalam diri saya, timbul kengerian pada situasi Jakarta sekarang ini. Secara kultural, saya merasa sebagai orang asing dan terjebak meski saya berdomisili di Jakarta. Asing dan terjebak karena atmosfir Jakarta bias otonom atas nilai-nilai kultural bahkan memiliki hukum-hukumnya sendiri pada kompleksitas masyarakatnya. Orang-orang terlindas ringsek oleh gerak dinamik kehidupan metropolis yang tidak perduli pada nasib seseorang bahkan kelompok orang. Persoalan ini dapat dilakukan siapa saja atas nama dinamika kehidupan Jakarta. Dulu, di jaman ORDE BARU, secara struktural dilakukan atas nama Pembangunan.
Sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan, Jakarta adalah kantong raksasa, di mana dalam kantong itu sikut menyikut antara kepentingan kelompok politik, kelompok agama, Suku dan kelompok penghoby sampai pada kepentingan pemerintah versus kebutuhan hidup jadi mengemuka. Pemenangnya ada tiga aliansi, yaitu : Pemerintah, Uang dan kelompok beranggota banyak orang, konflik Vertikal dan horisontal adalah Tamsil kekinian Jakarta.
Apakah nilai-nilai kultural dapat mengontrol dan mengelola semua itu? Saya kok pesimis dan ciut hati, meski ini prasangka subjektif. Bagaimanapun, optimisme tentang kemampuan kehidupan kultural masyarakat Jakarta, tetap subur di benak saya.
Kantong Raksasa ini, di penuhi kaum cendikiawan dan budayawan yang dapat memberikan kejernihan bahkan kejelasan atas pilihan-pilihan mengenai kemanusian versus pembangunan versus kepentingan politik, kelompok bahkan kepentingan pemerintah.
Tapi ketika, cendikiawan dan budayawan, terkooptasi pada kelompok tertentu bahkan nyemplung dalam area pemerintah, maka tak ada lagi pengawal Kultur.
(TIM, akhir November 2019)
Romo, pemerhati - pegiat budaya dan pendamping umat di GPIB.

-------------------------------------------------------

Natal.
Dalam tradisi umat Kristen Merayakan Natal adalah Mengenang kembali Kelahiran Kristus dalam sebuah Kandang Domba di Betlehem.
Suatu peristiwa kelahiran yang tidak pernah dibayangkan oleh banyak orang termasuk Maria dan Yusup. Bukankah setiap orang tua dan tiap suami menginginkan agar istri melahirkan di tempat yang layak dan terhormat. Demikian juga Maria, Ia pasti tak ingin bayi yang dikandungnya lahir dalam sebuah kandang. Ia ingin anaknya lahir ditempat layak sebagaimana umumnya perempuan melahirkan.
Tapi malam itu, tak ada tempat, semua penginapan bahkan rumah-rumah kerabatpun penuh sesak oleh kaum perantau yang datang memenuhi panggilan Kaisar Agustus untuk mendaftar kembali sebagai warga Kekaisaran di masing-masing kota asal. Itulah sebabnya, Maria dan Yusup malam itu tak mendapat tempat menginap yang layak.
Untung bahwa ada sebuah kandang domba yang sudah lama tak terpakai bisa dijadikan tempat menginap sekaligus untuk melahirkan anak sulung Mereka.
Aneh bahwa di masa sekarang tak banyak umat Kristen menengok peristiwa itu sebagai cara untuk mengenang kelahiran yang unik dan memprihatinkan itu Tidak heran jika perayaan natal di masa sekarang, jauh dari kisah memprihatinkan itu.
Natal adalah pesta! Demikian benak sebagian besar umat Kristen. Jadi karena Natal adalah Pesta, maka harus meriah, ada makanan dan kue-kue, hadiah dan berbagai hiasan. Jauh dari mengenang dan merenung atas cara kelahiran yang memprihatinkan itu. Atau mungkin banyak orang tak ingin masuk 'areal' itu karena sangat sederhana dan cenderung menyedihkan?
Selamat menyongsong Natal 25 Desember 2019.
Salam dan doa Rahayu.
-------------------------------------------------------------------------------------------

Sajak sandal tua.
Usang jadi mainan siapapun
Tak berharga terlebih bernilai apa lagi bermutu
Sandal selalu jadi dirinya tak akan jadi sepatu
Ia tergelatak di pojok pintu sesekali dilirik berharga namun siapa akan memandang?
Hanya angin membelai mengusap dingin
Karena merasa bernilai dan bermutu
Padahal angin selalu datang dan pergi, hinggap di mana saja ia mau.
Angin sejuk membelai hanya sesaat.
Angin datang menghembus harapan kemudian membawanya pergi
Sandal tua tak berarti
Selain jadi mainan.
(Ps.Minggu-medio desember'19)

-----------------------------------------------------------------------------------

sajak Angin Desember.
Lembut kau datang menyapa dan berlalu
Sejuk membelai kemudian pergi
Meninggalkan tetes air di pelupuk
Tak ada kisah sedih sepedih angin desember
Saat diam-diam kau datang menaruh pengharapan dan membawanya pergih
(Medio Desember 2019)



RWM.BOONG BETHONY

21/03/19

Sajak - sajak

Sajak - sajak.

Sajak tentang leluhur.

Alkisah, di taman firdaus, Adam dan Hawa, nenek moyang, moyangmu, moyangku, menerobos semak belukar, jadi arang. Jelajahi rimba, jadi debu. Berendam di mata air, sungai dan danau keruh. Nenek moyang, moyangmu, moyangku, mencari abadi dan sejak itu surga hilang.
Turunan nenek moyang, moyangmu, moyangku, ahli waris, warismu, warisku, hiruk pikuk, rame-rame mencuri. Mengambil semak belukar, mengambil pohon-pohon, mengambil hewan-hewan, menyebar asap kemana-mana, jadi debu.
Rumah warisan, rumahmu, rumahku, sumuk, gerah, sesak, nafas terengah-engah.
Padang pasir melebar entah bila kan henti, sungai kering entah kapan berair, danau susut entah sampai kapan, turunan nenek moyang, moyangmu, moyangku, lanjut menerobos, menjelajah, berendam.
Bukan, bukan mencari surga
Bukan, bukan ingat surga
Tapi mencipta neraka
Membuat neraka
Sebab itu surga ialah kisah nenek moyang, moyangmu, moyangku, yang dibakar, dirusak, dibongkar.
Surga adalah cerita nenek moyang, moyangmu, moyangku, yang dicatat dalam buku-buku, yang dituturkan turun temurun.
Generasi penerus nenek moyang, moyangmu, moyangku.
Alkisah di taman firdaus, Adam dan Hawa, leluhur, leluhurmu, leluhurku, mencangkul tanah jadi lubang, menggali bukit jadi cerukan, mengais lembah jadi kerontang, membongkar gunung jadi kering. Leluhur, leluhurmu, leluhurku, mencari kekal, sejak itu surga musnah.
Anak-anak leluhur, leluhurmu, leluhurku, tak kenal surga, tak tahu surga, maka cangkul-cangkul modern, mesin-mesin canggih, pengais ultra tehnologi, pembongkar super sahih, pohon bertumbangan, air beracun, semak belukar merajam, udara kotor membunuh, angin panas bertiup.
Rumah waris leluhur, leluhurmu, leluhurku, panas, membara, pekat, kabur, nafas tersengal sengal
Bukan, bukan cari surga
Bukan, bukan ingat surga
Melainkan menaruh neraka
Meletakkan neraka
Karena surga hanya petuah dari begawan, nasehat para resi, penghiburan empu, dari babad leluhur, leluhurmu, leluhurku.
Alkisah di taman firdaus manusia pertama, Adam dan Hawa, manusiamu, manusiaku, membantah, memberontak, korupsi, mencuri kesucian, mendekap kemuliaan firdaus, mengunyah, memamah, menelan, memakan tanpa sisa keagungan fridaus lalu membunuh tuhan, berharap seperti Tuhan.
Sejak itu, kotoran menumpuk, sampah menggunung, limbah melaut, plastik - plastik mematikan. Implan dan silikon membunuh.
Anak - anak manusia, manusiamu, manusiaku, tak kenal kemuliaan, tak tahu keagungan, tak paham kesucian, maka borok sekujur tubuh, jiwa - jiwa luka, badan bernanah, pikiran nista, nafas - nafas busuk.
Bukan, bukan cari Tuhan
Bukan, bukan ingat Tuhan
Hanya menuhankan
Cuma bertuhan
Tuhan hanya politisasi, menakut takuti, iming - iming berkah, tawaran upah, sebab semua itu telah lama musnah, hilang.
50 tahun mungkin 100 tahun atau 1000 tahun kemudian, kamu dan aku, nenek moyang mereka, moyangnya, moyang dia, leluhur mereka, leluhurnya, leluhur dia, manusia mereka, manusianya, manusia dia, mengumpat, memaki dan mengutuk, sebab kau, aku, menaruh, meletakkan neraka disini, di rumah mereka.
Rumah yang di wariskan ke mereka, bukan surga, tapi neraka.
Ya, neraka.
Salam dan doa rahayu
(Medio Maret' 2019, Ps. Minggu)

sajak tentang kuburan.

Dikuburan kutemukan monumen cinta, tertata rapi dan berwarna warni.
Sungguh beda cinta di kehidupan dan cinta di pekuburan.
Salib dan nisan membujur, berbaris dalam kisah sendiri 
Disanalah aku, kau, menuju pembaringan abadi
Sendirian, dingin dan sunyi
Cinta yang ada seketika buyar, kasih yang menahun seketika hilang.
Cintamu melupakan dan kasihmu hilang dalam timbunan mengering
sesal cinta jadi duka
sesal kasih jelma duka
Semua mengering dan hilang lalu sunyi
Di tanah pekuburan, monumen cinta tak seindah cerita, kaku mematung tak bernyawa
kesana tiap tubuh di bawah
kesitu tujuan akhir
karena yang hidup mesti dengan hidup
yang mati harus dengan mati
mereka berkerumun
kerumunan hidup berdengung dan riuh seperti tawon, liar.
kerumunan mati diam kaku dan sunyi
tapi mati dan hidup sama tanah
hidup memberi cinta dan kenerima cinta
mati tak ada cinta
tapi tanah adalah hidup juga mati selalu menumbuhkan benih, membuahkan benih
benih cinta dan mati.
Di pekuburan ku baca prasasti cinta, terukir manis di nisan dan salib, berjejer rapi.
tentang kelahiran dan kematian, tentang cinta
cinta yang melahirkan pekuburan
di sana prasasti cinta berakhir.
(Medio Maret 2019, Pemakaman Kristi - sudiang Makassar)

Sajak Aku.

Aku?...achh hanya debu tanah.
Lalu apa yang disombongkan?
Hanya ke sia-siaan.
Aku?...oh hanya debu!
Tak ada yang dibanggakan.
Karena fana
Aku?...oh debu belaka!
Tak bernama
Sebab mudah terupakan
Aku?...debu!
Hujan becek dan panas menguap
Tak bernyawa
(makassar, medio maret 2019)

Sajak tentang Air.

Alkisah pada mulanya air memenuhi Alam raya, menguap, menetes, sumber hidup.
Dia tebar sejuk kemana-mana
Dia tumbuhkan semua 
Dia semai keindahan
Bukit, lembah, gunung bahkan ladang, kebun dan sawah, anggun, cantik memesona
Pohon-pohon memuliakannya
Perdu dan semak-semak menghormati
Hewan - hewan mengagungkan
Tapi manusia tak pernah menghormati, mengagungkan apalagi memuliakan
Ia hanya benda konsumsi, tak lebih
Maka air tempat membuang segala hajat, mencuci semua kotoran, membersihkan seluruh jelaga dan merampas kemuliaan, menghempas keagungan lalu menginjak kehormatan air.
Ketika air sembunyi sejuknya
Saat air henti menetes
Waktu air enggan menguap
Dan segan mengembun
Duka dan Kering
Waktu air marah
Ketika air murka
Saat air geram
dan air mencari kehormatan, kemuliaan dan keagungannya
Dia bawa semua lumpur
Diajaknya batu dan kayu gelondongan
Bahkan segala hewan diboyong
Dia masuk kampung - kampung dan desa Ditelusuri jalanan kota
Dia tak perduli siapa
Diterjang semua penghalang
Dia buru siapa pun
Air tak pernah takut
Air pantang surut
Sebab air pemberi hidup
Jangan menyesal jika ia ambil kembali apa yang diberi padamu.
Salam dan doa.
(Medio Maret 2019, Ps. Minggu) 

sajak tentang Kafir.

Bukan untuk ateis sebab mereka memiliki tuhan dalam diri.
Hanya untuk pemilik rumah - rumah ibadah sebab sebab kafir adalah misi
Misi menghilangkan penyembah - penyembah 
Misi untuk kami dan kamu objek
Bukan untuk animisme karena tuhan ada dimana saja, pula tidak pagan sebab tuhan dicipta tiap waktu
Hanya kesetiaan penghias puri - puri sembahyang
Maka kafir jadi nista tak beharga terlebih sepadan dan setara hilang rupa dan lupa wajah
Kesana misi pencerahan kesitu misi pertobatan ini kami mau, berhijrahlah
Maka riuh antara aku dan kamu, tidak ada kita.
Maka ramai sekat dan kisi-kisi di bangun, lorong-lorong di portal, di tembok, berhias beling dan paku, kafir terajam tak perduli sesembilau apa seperih dalam dalam perih, kamu bukan siapa - siapa hanya kaum kafir
Jadilah kafir, agar ada kemuliaan
Jadilah kafir, supaya ada keagungan
Jadilah kafir, agar supaya kehormatan tetap abadi dan jelas antara kemuliaan dan nista supaya kentara keagungan dan dosa agar supaya terlihat kehormatan dan keburukan.
Siapa kafir dan bukan
Siapa bukan kafir dan tidak
Siapa tidak kafir dan beriman
Siapa beriman kafir dan kafir
Siapa tidak kafir dan bukan
Siapa bukan kafir dan tidak
Siapa tidak kafir dan beriman
Siapa beriman kafir dan kafir
Bukan untuk kafir sebab kafir memiliki tuhan yang di sembah, tuhan yang di cinta, tuhan yang cinta semua.
Maka misi saling tuding menuding, saling melontar kata, saling meludahi, teriak meneriaki, hilang menghilangkan, pungkir memungkiri.
Maka sebab itu, Kafir ada dimana - mana, kemana saja, sebab cinta tak pernah mengingkari sesama.
Sebab cinta adalah tuhan dan tuhan ialah cinta.
Banggalah dan mendongaklah wahai kaum kafir.
Bagilah cinta, robohkan tempok - tembok pembatas, hilangkan kisi - kisi dan sekat diantara sesama manusia.
Sebab kesanalah cinta Tuhan diperintahkan.
Salam dan doa rahayu.
(pasarminggu, awal maret 2019)

Sajak tentang Jakarta VI

Tak ada waktu lowong, roda besi menggelinding mengejar penawar dari jendela bertingkat hingga di balik layar. Tak ada suara sayup, ribut antara putaran pembeli dan pedagang. Bahkan secangkir kopi pun tak sempat dingin apalagi sungai yang kehilangan hening, mau cari apa? Tak jelas antara bangkai dan mayat, tak kentara patung dan manusia. Semua bernilai di saat jatuh semurahnya.
Jalan tak pernah sepi, mall dan supermarket punya cerita, bandar tak sunyi, sandal dan sepatu hilir mudik
topeng - topeng datang pergi pergi datang. Kain dan plastik bahkan ransel berlomba pulang dan berangkat, tak ada perhentian selain perjalanan.
Kotak tembok melalar kesamping, kebawah, keatas dan memanjang entah bila kan henti.
Di Jakarta semua kisah ialah cerita dan seluruh cerita adalah kisah, tentang kardus, tentang salon, tentang senayan, tentang istora, tentang istana, tentang sungai jadi selokan dan selokan berubah sungai, tentang kaum puritan melawan demonstran, tentang ketunggalan menantang kebhinekaan, tentang kaum beriman berhadapan mereka yang kafir, tentang kelompok feodal versus pro demokrasi, tentang melawan Tuhan.
Tapi roda besi terus menggelinding, menggilas yang lengah, menggiling yang lalai, persis seperti yang kau katakan beberapa tahun lalu. "kalau nuranimu kuat jangan kejakarta" itu nasehatmu bukan?
Jangan jadi apa-apa jika tak berani seperti si rajatega
Jangan, sebab di sini, di jakarta, semua bisa jadi siapa dan siapa jadi bisa tak perduli nafasmu anyir atau bau bangkai, tak perduli tubuhmu membusuk pelahan
tak perduli otakmu tak waras
tak perduli kau gadai jiwamu
tak perduli kau percaya kuasa Tuhan
tak perduli kau penjaja tubuh
tap persuli kau guy
tak perduli kau waria
tak perduli kau bisek
tak perduli kau siapa
asal pintar bersandiwara
asal cerdik berpura - pura
asal pandai bermain
Dan roda besi akan terus menggelinding, berputar - putar, bermain hidup yang tak bernyali.
(Pasar Minggu, medio Feb'019)

Rob Colection



RWM.BOONG BETHONY

03/12/18

Keadilan sosial

Renungan Kebudayaan empat tahun Kepemimpinan Jokowi- Jusup Kalla.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Sila Ke 5 PANCASILA.

Kutipan sila ke-5 dari apa yang di sebut "The Way Of Life" Bangsa Indonesia itu, tidak populer dan kalau toh di bicarakan dalam suatu diskusi, baik oleh kalangan LSM, Akademisi, Komunitas Senayan alias Dewan yang terhormat itu, Birokrat/eksekutif, hanya sambil lalu saja. Atau 'sebagai' pelengkap diskusi, sebab merupakan silah terakhir dari Pancasila. Mungkin lhoo! 
Padahal, bunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia itu, berbicara kesetaraan dan kesamaan dalam memperoleh apa yang di sebut akibat dan progres Pembangunan oleh Negara. 
Ada yang keliru selama ini dalam perhatian Negara terhadap wilayah yang di kuasainya sebagai Negara. Perspektif Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia pun, sering kali tidak terakomodir untuk wilayah-wilyah diluar Jawa, sedikit ke Sumatra, sepi ke-Kalimantan, sunyi ke-Sulawesi, senyap ke- Maluku dan Papua lalu lengang ke-Nusatenggara Timur dan Barat. Tapi bersamaan dengan itu , sumber daya Alam Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan daerah kepulauan yang ada, menumpuk, rame tertimbun di Jawa, dalam berbagai bentuk hasil pembangunan. Lihatlah fasilitas kantor Legislatif, kantor eksekutif dan pihak swasta, berjejal mewah dari ujung Timur Pulau jawa hingga ujung barat jawa. Tengok pula, jalan-jalan raya, Toll, fasilitas pelabuhan laut, Lapangan Terbang yang super mewah di Pulau jawa. Padahal, kalau mau jujur? Apa Sumber daya Alam Jawa? 
Memakai kacamata jujur, sangat terlihat ketimpangan alias betapa 'jomblang' pembangunan dalam segala hal di Pulau jawa banding semua hal yang tak didapatkan oleh atau yang mendiami wilayah lain di luar jawa. Ini bukan soal dikotomi, Jawa dan bukan jawa, tapi realitasnya begitu. 
Bukankah, Roh dari Sila ke-5 Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, secara komperehensif mengatakan untuk seluruh Rakyat Indonesia, dimana pun ia berada dalam wilayah NKRI. 
Sungguh, ini tidak adil untuk wilayah lain.

Jokowi - Jusup Kalla, menterjemahkan Sila ke-5.
Pemerintahan Jokowi - JK, mulai beraksi beberapa bulan setelah di lantik sebagai Presiden dan wakil. 
Yang pertama dilakukan adalah : Proyek-proyek mangkrak, berupa jalan-jalan raya dan Toll, jalan layang, waduk-waduk yang terbengkalai, dieksekusi kelanjutan pembangunan secara khusus di Jawa, sementara proyek-proyek 'mangkarak' dikerjakan, Jokowi - JK membangun kilang-kilang minyak baru mulai dari ujung barat sampai ujung timur, di utara dan selatan Indonesia. Tujuang pembangunan kilang-kilang minyak baru itu, untuk menimbun/menyimpan hasil pertambangan minyak dalam negeri yang selama ini dengan licik dipermainkan oleh banyak anak negeri dengan cara membawa hasil tambang itu keluar negeri dengan harga murah, lalu mengembalikan dengan harga yang mahal untuk kebutuhan BBM di Indonesia. Alasan, orang-orang licik itu, karena dalam negeri tidak ada Kilang-kilang Minyak. 
Dalam hiruk pikuk kelanjutan pengerjaan proyek mangkrak itu, Jokowi - JK membangun jalan-jalan raya baru, di Sumatra, Di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Seiring jalan raya baru, pelabuhan laut dan lapangan udara diperluas, diperpanjang, bahkan membangun banyak pelabuhan baru juga lapangan terbang baru. Tujuannya, ekonomi pasar dapat berjalan dengan baik dan adil. 
Lautan Indonesia yang amat luas, kaya Mineral dan biota laut pun diamankan demi rakyat Indonesaia. Ribuan kapal asing ditangkap dan ditenggelamkan, negara tetangga yang nelayan-nya selama ini mencuri kekayaan biota lautan Indonesia, meradang dan marah. Tapi Jokowi - JK tak perduli, ini lautan kami bung!

Apakah Jokowi - JK puas dengan pencapaian itu? Tentu tidak, sebab pembangunan tidak boleh terhenti, ia harus terus berlangsung, baik pembangunan sarana infrastruktur, sumber daya manusia dan mental spiritual manusia Indonesia.
Yang paling populer, kontroversial, adalah keberanian Jokowi - JK memutuskan 'satu harga BBM di seluruh wiyah Indonesia'. 
Keputusan itu banyak ditentang berbagai pihak, terutama oleh anak-anak negeri yang berfikir licik, apokrit, Nir keadilan dan asosial. 
Saya membutikan satu harga BBM di seleruh Indonesia. Tahun 2010 saya berkunjung ke Papua. Ke Kab. Merauke dan Kab. Digul Boven. Ketika itu harga Premiun di Pengisian BBM resmi milik Pertamina di Merauke Rp. 12.000/liter, lebih parah lagi di kota Digoel Rp. 15.000/liter. Jangan tanya harga di kios-kios pinggir jalan, perliter paling rendah Rp.20.000.
Sekarang ini, harga BBM di Pom Bensin Pasar Minggu sama harga Pom Bensin di Merauke, Digul, tentu saja di Sentani pun akan begitu, demikian juga di kota Sabbang pulau We Sumut.

Apa dampak dari semua pencapaian JOKOWI - JK selama 4 tahun belakangan ini? 
Roda ekonomi bergerak secara teratur antar masyarakat kepulauan, Kapal-kapal penumpang yang dulu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk berlabuh di suatu pulau atau Pelabuhan laut, relatif pendek waktu penantian para penumpang. Barang antar pulau pun berjalan lancar, baik di darat, laut dan udara. 
Tali rantai ekonomi yang terputus-putus dan jadi mitos selama bertahun-tahun sejak Indonesia merdeka, mulai terbuka dan menyambung kembali
Kebutuhan pendidikan di pulau-pulau terpencil pun relatif gampang dan mudah di peroleh 
Destinasi wisata lokal, Laut, daratan yang selama ini terbengkalai, menggeliat dinamis.
Seni dan budaya lokal berkembang antar pulau.
Ekonomi menuju arah yang benar untuk Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Jika disana-sini masih banyak kekurangan, itu karena pembangunan bukanlah hal yang mudah, gampang dan sederhana. Ia (pembangunan) butuh modal, skill dan manajemen handal, agar tepat sasaran.
Terimakasih untuk Keadilah Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, wahai Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusup Kalla.
Salam dan doa Rahayu. 
Tuhan Memberkati Indonesia.

(Pasar Minggu, Medio November 2018)
Romo Ro Wi Ma.
Pemerhati dan Pegiat Kebudayaan.
Pdt.Pembimbing Umat di GPIB




RWM.BOONG BETHONY

Kegagalan Partai Politik

Renungan Kebudayaan Politik Kebangsaan dan Partai Politik. 
Para pakar katakan bahwa salah satu alat kelengkapan dari apa yang disebut sebagai Demokrasi adalah Partai Politik. Partai Politik merupakan elemen primer untuk membangun Demokrasi di manapun di diseluruh negara dalam kampung besar yang disebut Bumi ini. 
Dalam premis tersebut diatas, maka sesungguhnya Partai Politik memililki tugas mulia demi keberlangsungan Demokrasi sebagai sebuah puncak Kebudayaan bernegara dan terutama berbangsa.

Tugas mulia partai politik?
Tugas mulia? Iya, sebagai elemen primus demokrasi, partai politik bertugas untuk mencari dan menghadirkan 'kader-kader dan orang-orang terbaik untuk disodorkan sebagai calon legislatif, calon walikota, calon bupati, calon gubernur dan calon presiden'. 
'Kader terbaik dan orang-orang terbaik itu bagaimana? Ini yang harus segera kita rumuskan bersama, setidak-tidaknya sebagai Bangsa Indonesia, ingat bukan sebagai Negara!. 
Jika bicara tentang negara, maka objek percakanpan akan selalu berputar-putar pada apa yang disebut sebagai HUKUM. Bukankah ujung tombak dan pedang bernegara ada pada HUKUM? nach..dalam kontek ini, orang-orang baik menurut Negara belum tentu baik menurut nilai kebangsaan. 
Sebagai contoh : Jika seorang caleg menurut Negara, memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan, maka seseorang tersebut 'dilayakkan' sebagai calon dari Partai politik nukan? 
Tak peduli mental spiritualnya seperti apa!
Lihatlah dan hitunglah, berapa ratus bahkan ribuan untuk tidak mengatakan jutaan, mereka yang menduduki jabatan politik harus berhadapan dengan Hukum? 
Mulai dari Gubernur, Bupati, Walikota, DPRD dan DPR RI, bukan orang-orang ini hasil dari sistem demokratisasi melalui dan oleh Partai-partai politik yang nota bene 'hanya' memenuhi persyaratan-persyaratan menurut ketentuan negara saja? 
Disitulah, kegagalan partai politik di Indonesia, untuk menghadirkan orang-orang baik, kader-kader terbaik yang yang memiliki intergritas kebangsaan dan mental spiritual mumpuni untuk disodor/ditawarkan pada pemilik suara, yaitu rakyat. 
Belum lagi banyak Partai-partai Politik yang mengukur para calon dari sisi material/finasiil, padahal itu bukan segala-galanya.

Mestinya, nilai-nilai kebangsaan juga jadi beberapa sarat penting dalam merekruit, siapapun yang akan disodorkan oleh partai politik kepada rakyat.
Apa kebangsaan? Kebangsaan adalah orang-orang yang dipersatukan oleh nilai-nilai yang berlaku dan diakui bersama dan atau dalam suatu wilayah. 
Sebagai contoh : Orang Sumatra dengan berbagai suku di sana juga agama dan bahasa, dipersatukan dengan orang-orang dari Indonesia Timur (juga dengan berbagai latar belakang suku, agama, dst), dipersatukan dengan orang-orang dari Indonesia bagian tengah dalam sebuah nilai yang kita sebut Indonesia. Nilai persatuan, nilai bahasa, nilai wilayah dan nilai tradisi sebagai kebudayaan orang Indonesia. 
Banyak calon bupati, calon gubernur, calon walikota, bahkan calon presiden yang abai pada nilai kebangsaan, nilai kesatuan, nilai tradisi berbangsa. 
Jadi jangan heran, jika ada anggota legislatif, Bupati, Walikota, Gubernur, bahkan mungkin presiden, yang ngomong seperti bukan Bangsa Indonesia, bicara mengingkari kebangsaan Indonesia, bahkan sering kali memecah belah kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia.

Kalau sudah begitu siapa yang salah? Sudah jelas dan terang, bahwa Partai politik di Indonesia gagal menghadirkan orang-orang terbaik, kader-kader terbaik untuk membangun bangsa dan Negara Indonesia.
Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bukan? 
Kacau, politik pecah belah, politik hoax dan ketidak nyamanan relasi antar sesama anak bangsa.

Ach..andai saja Partai-partai politik mampu menghadirkan yang terbaik dari sisi intelektual, sisi spiritual, maka pemilihan umum menjadi proses-proses pendidikan kebudayaan demokrasi kebangsaan kita.
Alhualam.

(Akhir November 2018)
Romo Ro Wi Ma
Pemerhati dan penggerak Budaya Kebangsaan.
Tinggal di jakarta.





RWM.BOONG BETHONY

02/09/18

Cerita kampung


Cerita dari kampung 

Di pedalaman Sulawesi Selatan, ada satu kampung yang sangat luas, subur, indah dan sejuk. Kampung ini dikelilingi hutan-hutan lebat yang dipenuhi Pohon Damar, Kayu hitam, rotan terbaik di Indonesia dan jenis pohon lain termasuk aneka Angrek langkah, khas Hutan Sulawesi. Kampung ini terdiri dari beberapa desa dengan keunikan tradisi bahkan bahasa. 
Konon, kopi hasil kebun-kebun dari kampung ini jauh lebih gurih dan nikmat dari kopi Toraja yang sudah terkenal itu. 
Demikian juga, menurut sahibulhikayat, kerbau-kerbau terbaik dan termahal datangnya dari kampung ini. 
Masih menurut kisah, beberapa sungai besar yang mengalir ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat bahkan kesulawesi tengah dan tenggara hulunya ada di kampung ini.
Menilik kontur tanah, maka kampung ini sangat lengkap, ada perbukitan, pegunungan lembah yang luas bahkan Padang Savana berumput alang-alang dan ilalang. Di dalamnya ada Anoa, Rusa bertanduk cabang enam dan babi rusa. Belum lagi aneka burung dan ayam hutan yang bersahutan menjelang subuh. 
Kampung yang berada diketinggian 1200 - 2050 DPL ini penghasil beras lokal yang enak, harum dan seputih gading. Jenis padi ini oleh masyarakat lokal di sebut Padi Tarone.
Kampung yang sejuk, indah dan nyaman ini seperti seorang Perawan Cantik yang sedang diperebutkan banyak orang. 
Hutannya, lembahnya, sungainya, hasil kebunnya jadi sengketa banyak pihak, mulai dari pemerintah daerah sampai pusat, para pemalak hutan hingga pemalak isi buminya. Mereka yang ingin menguasai aliran sungai yang ada hingga sawah dan kebun penghuninya. 
Kampung ini bergejolak bukan karena penduduknya miskin atau pemalas, tetapi karena para Sengkuni yang mulai kasak kusuk memecah belah dan mengadu domba anak-anak negeri. 

Maka mulailah curiga mencurigai, intip mengintip, hadang menghadang. Semua terpusat kesana, sawah-sawah, kebun-kebun, ladang-ladang, Huma dan tegalan, terabaikan, teupakan, tak memberi hasil.

Maka ternak-ternak, kolam-kolam, tak terurus.
Banyak kebutuhan hidup hilang dari peredaran, beras, lombok, gula, ikan asin, garam, bawang, kopi, minyak dan sayur mayur, lenyap entah kemana.
Maka timbullah pencurian dimana-mana, copet dan rampok melanda kampung besar itu.
Banyak yang tak puas dengan keadaan ini, lalu membentuk kelompok-kelompok yang berfikir kritis pada pemerintah di kampung.
Terpcahlah orang-orang dikampung, mereka yang pro dan kontra pemerintah. Akibatnya, makin rame kampung itu. kelompok yang ada saling mengolok, membully sampai pada perkelahian dan tawuran disudut-sudut kampung.
Kampung tak aman lagi, penduduk yang tak memihak mengungsi keluar kampung.

"Ganti pemimpin kampung yang tak becus itu" teriak ketua yang anti.
"Langkahi dulu mayat kami!" sahut pemihak pemimpin kampung.

Maka perkelahian, tawuran, bakar-bakaran, hantaman-hantaman terjadi di mana-mana tempat
Rumah-rumah di Kampung yang damai, asri dan nyaman itu, berubah jadi puing-puing, sekolah jadi abu, rumah ibadah jadi arang.
Tak ada yang tersisa.
Kebun, sawah dan huma, juga ladang-ladang musnah dimakan api.
Gudang beras, lumbung-lumbung padi rata, bangkai ternak di mana-mana.
Bahkan mayat-mayat bergelimpang, di lapangan, di gang kampung, di jalan umum, di pasar-pasar.
Kampung jadi sarang hantu, berbau busuk, anyir menusuk hidung.
Tak ada lagi kedamian, tak ada lagi hijau royo-royo, tak ada lagi sungai jernih, lembah dan padang savana jadi kubangan maut.

sejak saat itu mayat-mayat hidup berjalan kekampung-kampung lain, merampok, mencopet, merampas, membunuh, memperkosa, hingga tak ada lagi kampung di negeri pardikan.

(
Jakarta, akhir agustur 2018)


RWM.BOONG BETHONY

26/04/18

Cerpen Tubuh

Cerpen tentang tubuh.

Romo Ro Wl Ma

Seorang ibu mengeluh karena kuku-kukunya cepat memanjang dan ia butuh waktu untuk memotong kuku-kuku itu agar ia tetap bisa bekerja dengan baik.
Oh alangkah bahagianya, jika kukuku tetap seperti ini. Bisiknya dalam hati.
Demikian pula seorang perempuan muda yang merasa rendah diri karena kulit wajah selalu mengering dan butuh lapisan Cream pelembab tiap pagi dan sore dan karena itu ia merasa repot.
Alangkah bahagianya, jika kulit wajahku tetap lembab seperti milik orang lain, dan aku tak perlu memoles wajahku. Bisiknya pada cermin pagi ini.
Seorang lelaki baya menyibak-nyibak rambut kepala sambil bercermin dan merasa heran, karena garis-garis putih kian hari semakin banyak bertumbuh disana. Ia merasa kurang percaya diri.
Sahabat dan kerabatku, banyak orang mengeluh pada perubahan yang disekitar tubuhnya sendiri. Banyak cara di lakukan untuk mencegah perubahan - perubahan itu. Mulai dari operasi plastik, Implan, menarik kerutan, memakai alis palsu, gigi palsu, sampai pada rupa-rupa susuk, demi penampilan yang ideal dan mencegah perubahan itu.
Berbagai penelitian dan percobaan dilakukan para profesional untuk menjawab keluhan-keluhan itu.
Apa yang terjadi dengan tubuh? Apakah itu milik kita, tubuh kita?
Tubuh ini, sesungguhnya bukan milik kita, bukan dan tidak akan pernah menjadi milik kita!
seseorang tak pernah dengan sungguh - sungguh memiliki tubuhnya sendiri, ia hanya memakai tubuh itu. Meminjam tubuh itu.
JIka tubuhmu itu milikmu, katakan pada kuku - kukumu untuk tidak bertumbuh dan memanjang! Perintahkan pada rambutmu untuk tetap menghitam, meski usiamu sudah usur. Surulah, gigimu untuk bertumbuh kembali jika tanggal. Atau katakan pada kulit wajahmu untuk tetap kencang dan jangan berkeriput.
Katakan pula pada tubuhmu bahwa agar jangan menua dan tetaplah pada tubuh 30-an.
Tubuh itu tak meresponmu bukan? ia tak perduli padamu bukan? Ia tak mendengarmu sobat! Bahkan tak perduli padamu!
Bukankah itu milikmu? Dan karena tubuh ini milik sendiri, dapat diatur, di setel, sesuai keinginan.
Tapi tak seorangpun sanggup, menguasai tubuhnya sendiri, mengatur tubuhnya sendiri, Tidak, tidak ada yang sanggup menguasainya.
Lha tubuh sendiri saja tidak sanggup dikuasai, tidak bisa di atur, tak mampu mengendalikan, begitu kok sombong, pongah, tinggi hati dan ingin berkuasa atas orang lain. Memandang rendah orang lain, menghina sesama.
Hitung dulu berapa helai rambut yang rontok tiap hari atau rambutmu yang tumbuh dalam 1 x 24 jam! Apakah kau tahu kapan rambut itu rontok dan bertumbuh? Kapan? jam berapa, detik keberapa? Kau tak sanggup menjawabnya bukan? bahkan saat rontokpun kau tak tahu! Saat tumbuh, juga tak kau sadari bukan?
Bukankah rambut itu ada di kepalamu? Bukankah itu, milikmu? Lalu mengapa tak pernah kau tahu ketika ia rontok dan bertumbuh?
oh manusia, kau selalu menganggap tuhan atas diri sendiri, bahkan menempatkan diri sebagai tuhan atas orang-orang lain. Seoalah - olah engkau itu tuhan, penentu hidup orang lain. Lha wong hidupmu sendiri tak pernah kau kuasai, kok beranggapan seperti itu.
Tubuhmu itu bukan benda sobat, bukan TV yang tiap saat dapat kau perlakukan menurut keinginan. Tubuh ini bukan motor, yang bisa kau bongkar pasang, bukan! Bukan sobat.
Tubuh ini milik Tuhan. Milik Sang pencipta! Milik Sang Maha Penguasa.
Makanya, ia, tubuhmu itu, hanya menuruti perintah Sang penciptanya! Diatur dan di setel oleh pemiliknya. kau hanya meminjam tubuh ini, hanya memakai tubuhmu itu.
Karena itu, mengertilah sobat. Pahamilah sobat! Tahu dirilah sobat! Sadarlah sobat!
Sebab tanpa pemahaman demikian, tanpa kesadaran seperti itu, tidak mengerti hal ini, tanpa pengetahuan diri itu, sesungguhnya kau tak pernah mengenal Tuhanmu. Tak mengerti Tuhanmu, tak memahami Tuhanmu, tak menyadari Tuhanmu.
Siapapun kau!
Jadi bukan soal kecantikan, bukan soal kegagahan, bukan pula mengenai harta, bukan kuasa, bukan soal hidup dan mati. Melainkan cinta kasih. Yah, cinta kasih atas tubuh, penghargaan atas tubuh, keadaban pada tubuh. Sebab siapa yang mencintai tubuhnya, akan mencintai Sang Pemilik Tubuh ini. Siapa menghargai tubuhnya, akan menghargai Sang Penguasa tubuh ini. Siapa menghormati tubuhnya, berarti menghormati Sang Pencipta tubuh ini.
Mencintai Sang Pemilik, menghargai Sang Penguasa, menghormati Sang Pencipta berarti memanusiakan sesamanya.
Yaitu, Sesama yang senasib dengannya, sesama yang sama tidak berkuasa atas tubuh sendiri.
Berarti nasib semua manusia sama ya Romo? Tanya seorang lelaki setengah baya.
Ya sobatku. Tak ada yang istimewa di Mata Tuhan, kecuali mereka yang mengerti bagaimana memberlakukan tubuh yang bukan miliknya itu.
Bagaimana caranya Romo?
Cintai Tuhanmu, dan kasihi sesamamu. Itu saja.
Rahayu Romo.
Rahayu..rahayu..rahayu.
Medio April 2017.
Romo Ro Wl Ma.
Pemerhati Budaya dan Rohaniawan Protestan.
34 Komentar
Komentar
Opa Rachmat Hidayat Kereeen abis. Ini pelajaran yg sungguh mencerahkan agar kita mampu introspeksi diri. Terima kasih Romoku. Rahayu selaluRomo iya Opa Rachmat Hidayat....makasih dah mampir...salam dan doa rahayu untuk opa dan keluarga. 
Romo Apa kabar sobatku #Yulius_Sau...salam dan doa. 
Noorca M. Massardi bagus dan sangat mengilhami Romo Ro Wl Ma. Sesudah sarung dan kopiah yang sudah jadi hai aku, soal tubuh ini juga segera mengilhami saya. matur nuwun suksma rahayu !
Romo Puji Tuhan...jika tulisan sederhana ini dapat menjadi mengilhami karya kangmas Noorca M. Massardi....salam dan doa rahayu.

  Noorca M. Massardi HAIKU SABTU

satu tubuhku
...Lihat Lainnya

Kelola



Romo Makasih Kangmas Noorca M. Massardi...saya sudha baca kemaren karya ini, sambil menuju CGK...makasih ya mas. Rahayu..rahayu.
Kelola



Noorca M. Massardi salam sehat romo 🙏🏼
Oma Sally Luar biasa terima kasih Romo sesuatu banget
Kelola
Romo Makasih Oma Sally...tetap semangat, rahayu..rah
Kelola



Zahra Gusmayanti Terima kasih Romo....
Kelola
Romo Hallo mbak Zahra Gusmayanti....apa kabar disana? Salam dan doa rahayu.
Kelola

Zahra Gusmayanti Kabar baik Romo. 
Salam rahayu juga buat Romo   
elola



Ace Suhaedi Madsupi Cintai Tuhan ...
Kelola

Romo Cinta Tuhan berarti cinta sesama....rahayu..rahayu.
Kelola

Mumpuni Sayekti Super sekali romo
Kelola


Romo Makasih mbak Mumpuni Sayekti...salam dan doa rahayu.
Kelola



Yuni Adnyana Kardita Matur suksma Romo Ro Wi Ma salam rahayu...🙏
Kelola



Romo Hallo mbok Yuni Adnyana Kardita...apa kabar di sana? Salam rahayu buat bli dan anak-anak ya.
Kelola

Yuni Adnyana Kardita Kabar baik kami sek Romo, trm ksh🙏
Kelola

Nuky Kristijno terima kasih Romo...sungguh mengena
Kelola


Romo Salam rahayu mbak Nuky Kristijno....
Kelola

Irma Hutabarat We are a spirit, trapped in a body.
Thanks for tagging Romo Robert.
Happy Saturday : shanti, shanti, shanti ..

Kelola


Romo "We are a spirit"...makasih ya mima Irma Hutabarat...salam dan doa rahayu untuk keluarga.
Kelola


Kristina Hari Diyanti Tnank you Romo..
Kelola

Romo Hallo...selamat untuk nanda Desti yang tadi pagi menjadi orang 'dewasa' dalam iman...salam dan doa rahayu.
Kelola



Kristina Hari Diyanti Teri8m8a kasih Romo...doakan terus ya Romo.
salam hormat dari kami kel. Dewa Ketut.Suriana

Kelola

Romo Hormat kenali dari kami...sampai ketemu di jakarta...rahayu.
Kelola



Yessie Williams Begitu dalam luar biasa..deep down..dalam sekali untuk diselami.
Pemahaman tentang tubuh dikaitkan dg sang Pencipta.
Eye opening ..utk mencintai dan menerima tubuh yg tidak bisa kita kontrol.
...Lihat Lainnya

Kelola


Romo Makasih sobatku nan jauh di negeri biru sana...salam dan doa rahayu untuk keluargamu ya sobatku Yessie Williams.
Kelola



Yessie Williams Sama2 Romo..
Kelola



Amran Rede Hi, Fanny D'love make reply for brother RoMiWa. Your comment easy to catch. He...3x.
Kelola

Fanny Oohh Hes master of pylosophy Kanda,, 
and No Doubt ! no comment !! Ehhmm
Kelola



Amran Rede Yeah, he is a master of philosophy and theology. We differ field to him. He....3x.
Kelola

Fanny haha ... Respect !!
Kelola

Amran Rede Excuse me. Are you and RoWiMa in the same mam and dad? He...3x. I am so sorry, it's privacy.
Kelola



Fanny Yess Kanda No daubt !
Kelola



Amran Rede Your face a little bit same. He's handsome and you beauty, and the same smart too.
Kelola

Fanny Hahahaha you to much Kanda !! but u also brilliant ,, eehhmm ...
Kelola



Amran Rede Yeah, Seko community have many talent, brilliant, and polite man. We must to thank for God.
Kelola

Fanny Cheerrss to SEKO generation ...lol
Kelola



Amran Rede Yeah, cheer to Seko, but the problem is vehicle transportation, it is terrible, yes very terrible.
Kelola

Romo Hey..brotha and sista..what are u talking about?
Kelola

Tia Baratawiria Membaca 'cerpen' diatas..
Sy seperti sedang mendengarkan suara Romo di podium dgn suara dan gaya Romo yg khas.
Terima kasih pencerahannya ya Romo..

Kelola



Romo Whuahhhh....membayangkan seorang Tia Baratawiria....mengangguk-angguk di depan sana...qkqkqkqkqk, rahayu..rahayu.
Kelola


Deitasmalina Musa Maradjuni · Berteman dengan Amram Rede
mengingatkan kembali bahwa sesungguhnya tubuh ini adalah bait suci...

Kelola

Romo Salam kenal sobat #Maradjuni_Deyta_Musa...salam dan do rahayu.
Kelola



Deitasmalina Musa Maradjuni · Berteman dengan Amram Rede
Ro Wl Ma balik juga pak
Kelola

Dewi Kusnaeni · Berteman dengan Amran Rede dan 3 lainnya



Romo Terimakasih ya sobat #Dewi_Kusnaeni....salam dan doa rahayu.
Kelola



Merry Tatuwo Yaaa....., dan sering adu argumentasi dalam jiwa...
Kelola



Romo Semoga tidak lagi sesudah membaca cerpen ini ya sobatku Merry Tatuwo...salam dan doa rahayu.
Kelola



Mamah Eny Terimakasih Romo Ro Wi Ma atas pencerahannya dan menjadi renungan buat saya...,Amin...
Kelola

Romo Selamat malam Mamah Eny....terimakasih. Seperti itulah tubuh kita mama...ketika tiba saatnya, kita akan mengembalikan tubuh fana ini..Salam dan doa rahayu.
Kelola

Korie Mantap ahli puisi dari campus ungu...he...he...
Kelola

Romo Hallo sobat lama dari campus ungu..apa kabar sobat #Korie, salam dan doa rahayu.
Kelola

Heru Slamet Suharto · 2 teman yang sama
Senang "ketemu lagi" dgn Romo.Semoga senantiasa sehat dan limpah dgn berkat

Kelola

Romo Nuwun enggih kanmas Heru Slamet Suharto...mugi penjennengan tansah sihat, semanten ugi keluarga besar, anak,menantu, putu. Gusti Yesus mberkahi. Rahayu..rahayu.
Kelola

Ninik Noor Hidayatun Rahayu Romo...matursuwun pencerahannya.....salam sehat selalu@
Kelola


Romo Selamat malam mbak Ninik Noor Hidayatun...semoga tetap bergembira, bahagia bersama keluarga besar di sana, teriring salam dan doa rahayu.
Kelola

Ninik Noor Hidayatun Sama2 Romo....bahagia selalu dalam pengabdian....mencerahkan hati sesama dg kasihsayang Romo@
Kelola



Romo Rahayu...rahayu..rahayu.Kelola
Romo ndalu rahayu kangmas Achmad Masih II....mugi tansah sihat waalfiat kalian kaluarga...salam ugi pandunga rahayu kawula.
Kelola



Achmad Masih II Ro Wl Ma....amin, matur suwun romo , salam rahayu
Kelola



Reny Hasanah Ninit Pagi romo.... tks
Kelola



Luvi Saimima Tŕimakasih Romo... Rahayu..rahayu..rahayu
Kelola



Poltak Situmorang Romo ..Rahayu..Rahayu..Rahayu...
Kelola



Romo Makasih Uni Reny Hasanah Ninit....salam dan doa rahayu untuk keluarga.
Kelola



Romo Hai sobatku Luvi Saimima...selamat paskah, raayu..rahayu.
Kelola



Romo Selamat paskah Opung Poltak Situmorang, salam rahayu Kristus.
Kelola

Poltak Situmorang Romo Ro WI Ma, Selamat Paskah juga. Horas ma jala gabe.
Kelola



Romo Hallo sobat #Vicejeane_Runtulalo..salam dan doa rahayu.
Kelola

Vicejeane Runtulalo Selamat Paskah Romo....
Kelola



Dicky Tjandra Terimakasih Romo!!!!.... Sama2
Kelola

Liera Terima kasih Romo, sangat mencerahkan.

Salam Rahayu
Kelola

Is Man Terimakasih romo, salam kenal 


RWM.BOONG BETHONY