20/07/17

Sajak Tentang Hidup

Sajak tentang hidup.
Romo Ro Wl Ma
Sajak pendek untukmu.
Buatkan aku sajak, pintamu
Lalu sebait doa kutuliskan
tapi ini bukan sajak, protesmu
ku jawab, doa juga sajak
Bukankah kitab-kitab suci itu, sajak?
Lalu kau baca sajak itu.
Dan di pusaramu, tertulis sajak pendek.
Pergi sambil bersajak
Surabaya, Medio Juni'2002
---------------------------------------
Sajak tentang Doa
Sarung dan kopiah di nyanyi senja
Tak lagi seriuh surau kami di lembah sunyi
Memukau bak bangau putih putih menerjang biru langit
Karena doa adalah teks dan konteks yang tak bertepi
Sarung dan kopiah di kidung subuh
Tidak lagi seramai rumah tua di kampung kami
Memesona seperti pelangi sejuk usai hujan
Sebab doa bukan sekedar hermeunetik apalagi homelitik
Sarung dan kopiah di lagu petang
Tak lagi seagung langit membiru memayung
berdaya tarik sembah dan amalan
Sebab doa bukan lagi ibadah terlebih ritual pemujaan
Pada akhirnya rumah rumah menjadi kosong sepi dan sunyi
Sebab keramain bukan keramahtamahan
Hanya kebutuhan pengakuan, diakuai
Oh Al - Awwal Oh Al - Akhir
Awal april'17
---------------------------------------------------
Catatan Harian.
Di lembar pertama kau tulis kerinduan.
Halaman kedua kau gambar perasaanmu
Dan halaman berikutnya hampa
Kecuali nyanyi sunyi
Kota Tua Jakarta, Medio Maret'17
-----------------------------------
Kembang.
Ini bunga yang bung pesan! Teriak penjual kembang dari seberang jalan.
Tapi kali ini aku tak butuh, Karena dia yang selalu menerima tak mungkin lagi mendekap di dadanya.
Kota tua Jakarta, Medio Maret'17
------------------------------------
Stasiun Gambir.
Di peron tua itu
Janji puluhan tahun lalu membayangi
Sejak itu kau tak pernah keluar.
Pojok gambir, Medio Maret'17.
---------------------
Stasiun Tawang.
Aku menunggumu di stasiun Tawang, seperti janji kita 30 tahun lalu!
Lelaki renta itu, menulis sebait sajak.
Tapi sejak itu, sajaknya tidak pernah selesei.
.....
Taman Srigunting, medio Januari 2011. Semarang.
----------------------------------------------
Kereta tua
Melamun mengenang ketika orang berebut tubuhnya.
Roda roda lapuk
Tubuh renta
Pintu sarang laba laba
Dulu gagah perkasa menembus pelor dan mortir belanda
Menerjang menggilas, kocar kacir musuh pardikan
Soekarno dan Hatta ikut mencumbu
Jakarta Semarang Yogyakarta bahkan Surabaya dan Bandung sekali pluit terlewat
Tak ada halang tidak juga hambat
Lalaki pedagang besi memotong sejarah pergolakan menjadi kiloan.
Kota tua Jakarta, Medio Maret'17.
-----------------------------------------------
Teriakan sang kiai.
(Puisi pendek mengenang KH Hasyim Muzadi)
Bangsa ini Indonesia.
Indonesia bangsa ini.
Teriakmu dari panggung.
Bukan Arab.
Bukan China.
Bukan Belanda
Tapi Indonesia.
Indonesia
Indonesia
Sebab itu, kau suka memakai sarung
Lalu menutup kepala dengan peci
Indonesia itu
Ya Islam
Ya Kristen
Ya Katholik
Ya Hindu
Ya Budha
Ya Khong Hu Chu
Ya Kepercayaan
Indonesia ini
Yaitu, Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan Yang Maha Esa
Lalu kau ucapkan doa untuk Negeri ini.
Menengadah hati, mengamini doamu
Dan kini
duh kiyaiku, duh bapakku, duh guruku, duh
Doa negeri.
Selamat jalan duhai guru bangsa.
Jakarta selatan, 16 Maret'07
Romo Ro Wl Ma.
----------------------------------------------
Senjakala
Gerah lihatmu bak gerai pajang engkau ini toples toples berhias merah jingga tak serupamu 3 windu lalu.
Manjamu jamu jamur serengai seperti kulum hakim waktu waktu hakim tak ada bening bola mata apalagi benaning di cahya.
Gelakmu geletarmu geloramu galaumu ialah sejarah yang harus di mengerti dan jadi ujian soal soal tak soal apa hasilnya.
Cantikmu tirusmu wangimu tungaumu adalah berbab bab kisah kasih anak negeri antara abangan dan santri, priyayi dan kawula persis ode abunawas atau si robinhood
Lara berjumpa jumpa, sakit bertemu temu, perih bersua sua dalam gending patalon iring punakawan memeluk merah putih.
Dan koor serentak riuh anak perdikan di mall mall tanpa makna tanpa kosa kata jadi bahan tertawaan, hareee geneeee.....
Menjadi tak seperti sebelumnya teriak senjakala budaya
Dan budayawan pun mati di antara lumbung lumbung tradisi persegi, seolah bulat atau lonjong menjadi garis haram.
Alkisah dialog raja Thamus dan dewa Theuth yang tak pernah usai karena perubahan adalah penemuan terbesar manusia. Tak penting dari mana asalnya.
aku sedang mabuk ketika menulismu, seperti reranting kerontang merindu gelagak pohon-pohon induk atau bebusuk daun berdaki daki.
Lalu kau panggil si penyapu debu terbangkan debu
Geletar menyatu ion-ion alkohol saat sel-sel bergelora di banjiri anggur hitam. matamu menyalak bibirmu nyalang tak pasti mana mulut, mana mata dan mana dubur.
dan ketika aku sadar dari mabukku, makna kosa kata mengubah hidupku
Samarinda, 22 February 2016, selamat menikmati Lontong Cap Gomek.
-----------------------------------------------------
rumah doa
di rumah sembahyang
jalan selalu berliku
ramai dan riuh
mencari-cari
kau panggil aku dan cerita tentang sesuatu yang asing dalam bahasa asing dan nama asing
lalu aku bertanya
ada makan apa disana
mengingat tulang-tulangku kering untuk itu
kau gandeng lenganku masuk negeri asing, rupa-rupa asing, wajah asing dan sebutan asing
lalu kutanya kau
adakah pasar disitu
tempat aku bertemu orang banyak sepertiku
tapi di rumah sembahyang
jalan lurus
sunyi dan sepi
ku panggil kau dan cerita tentang mereka,
orang-orang yang paham, tahu dan akrab
menggandengmu di jalan sepi dan lorong sunyi
dan pasar yang aku tanya kau taruh dalam hatiku
semenjak itu aku tak pernah sepi
semua ada
(Pasar Minggu, pertengahan Maret 2017)
--------------------------------------------------
Sajak tentang air.
Banjir itu,
Karena sampah di buang sembarangan
Banjir itu,
Sebab pohon dan rerumput semak tidak lagi tumbuh dimana-mana
Banjir itu,
Lantaran sungai-sungai makin mengecil
Banjir itu,
Penghianatan manusia pada lingkungan alam
Banjir itu,
Permusuhan manusia pada alam
Banjir itu,
Manusia memperkosa alam
Banjir itu,
Penyumbatan pori-pori alam
Banjir itu,
Itu banjir
Banjir itu,
Melukai tubuh alam
Banjir itu
Menusuk jantung alam
Banjir itu,
Membunuh hidup alam
Banjir itu,
Sebab kerakusan manusia
Banjir itu,
Karena ketamakan manusia
Banjir itu,
Lantaran kelobaan manusia
Banjir itu
Itu banjir
Banjir itu
Manusia lupa Tuhan
Banjir itu,
Dosa manusia
Banjir itu
Neraka manusia
Banjir itu
Perlawanan alam
Banjir itu,
Pembelajaran alam
Banjir itu,
Teguran alam
Banjir itu
Itu banjir
Banjir itu
Cara alam memupuk tubuhnya
Banjir itu
Jalan alam menyuburkan wajahnya
Banjir itu
Sistim alam menyebar bibit kehidupan
Banjir itu
Karena alam butuh pori-pori
Banjir itu
Sebab alam butuh Tol menuju laut
Banjir itu
Lantaran alam menemui kekasihnya.
Banjir itu
Itu banjir
---------------------------------
Menjelang akhir maret'17
Romo Ro Wl Ma.
Immanuela


RWM.BOONG BETHONY

Tidak ada komentar: