06/07/16

Sajak Duhai

Sajak tentang Duhai
Romo Ro Wi Ma
Suatu kali kau bilang, biarkan tarikan nafas menyimak cinta kita
Lalu aku jawab, jika nafas adalah cinta maka biarlah itu melebur dalam diri masing-masing
Biarkan tarikan-tarikan aneh yang sungguh-sungguh kau cintai.
Maka ia takkan pernah menyesatkanmu.
Jika ada yang bertanya padamu, apa yang kau hasilkan?
Katakan pada mereka, selain cinta apa lagi yang dapat di berikan pecinta.
Mengapa sulit membuka pintu di antara kita?
Bukankah semua itu hanya bayangan belaka?
Duhai cinta. Cinta sang Pecinta, tak pernah usai.
Maka mengertilah, tubuh ini hanya pakaian belaka.
Selain cinta.
Ya cinta
Cinta Sang pecinta.
Karena itu ia ada di mana saja.
Duhai kekasih, jika engkau mencari cinta
Cinta dalam dirimulah yang mencarimu.
duhai oh duhai

English Version

Rhyme about Duhai
Romo Wi Ma Ro
Once you say, let the breath of love to listen to us
Then I answer, if the breath is love then let it melt within each
Let the pull-pull strange earnest you love.
So he will never lead you astray.
If anyone asks you, what are you making?
Tell them, but love what else can be given lovers.
Why is it difficult to open the door between us?
Is not it all just a mere shadow?
Duhai love. Love the Lovers, never over.
Thus understood, the body is just sheer clothing.
In addition to love.
Yes love
Love with a lover.
Because he is everywhere.
Duhai lover, if you are looking for love
Love in you that is looking for you.

Duhai oh Duhai
Samarinda, 5 juli 2015.

Kami

sajak tentang doa.
Romo Ro Wl Ma
Sarung dan kopiah di nyanyi senja
Tak lagi seriuh surau kami di lembah sunyi
Memukau bak bangau putih putih menerjang biru langit
Karena doa adalah teks dan konteks yang tak bertepi
Sarung dan kopiah di kidung subuh
Tidak lagi seramai rumah tua di kampung kami
Memesona seperti pelangi sejuk usai hujan
Sebab doa bukan sekedar hermeunetik apalagi homelitik
Sarung dan kopiah di lagu petang
Tak lagi seagung langit membiru memayung
berdaya tarik sembah dan amalan
Sebab doa bukan lagi ibadah terlebih spiritual pemujaan
Pada akhirnya rumah rumah menjadi kosong sepi dan sunyi
Sebab keramain bukan keramahtamahan
Hanya kebutuhan pengakuan, diakuai
Oh Al - Awwal Oh Al - Akhir

Englis Version
Rhyme about prayer.
Romo Ma Ro Wl
Sarong and skull cap at dusk singing
No longer seriuh surau in an isolated valley
The white stork bath stunningly blue sky crashing
Because prayer is the text and context of the endless
Sarong and skull cap at dawn chants
No longer as crowded old house in our village
Cool dazzling like a rainbow after the rain
Because prayer is not just hermeunetik especially homiletics
Sarong and skull cap in the evening song
No longer as great as blue skies to protect
powerless pull worship and practices
Because prayer is no longer the first spiritual worship worship
In the end, the house became vacant house deserted and silent
Because bustling instead hospitality
Only needs recognition, be acknowledged
Oh Al - Awwal Oh Al - akhir
Samarinda, tepian mahakam'16.




RWM.BOONG BETHONY

Mudik sebagai Mesin sosial Kebudayaan

Mudik sebagai Mesin Sosial kebudayaan.
BY Romo Ro Wi Ma
Mudik lebaran adalah Ritual Kolosal atau prosesi kolosal satu-satunya di Dunia dan melihat fenomena ini maka Ritual/prosesi Kolosal ini akan langgeng menjadi sebuah kebudayaan Muslim Indonesia. Apa sebenarnya yang terjadi balik Mudik Lebaran? Mengapa Masyarakat Muslim Indonesia sangat antusias untuk melakukan Ritual ini?
Dalam proses-proses perkembangan Kebudayaan, Maka Kebudayaan itu lahir dan bertumbuh dari dan di tengah dinamika masyarakat sebagai pelestarian jati diri masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, komunitas menjadi pencetus dan juga pemilik kebudayaan, masyarakat sebagai komponen, pelaku dan pengembang kebudayaannya.
Dalam konteks Budaya Ritual atau prosesi Mudik Lebaran, maka masyarakat pelaku, menemukan jadi diri, menemukan habitat kemasyarakatannya bahkan habitusnya.
Manusia tak pernah hidup dalam Vakum - sosial dan Vakum - romantisme kenangan. Baik pada masa kecil, masa remaja, masa muda, masa tua sampai pada kenangan asal muasal (desa, kampung, daerah, wilayah) termasuk nilai atas kenangan itu (pengajaran, nasehat, pranata-pranata sebagai kearifan lokal, dst). 
Pelaku utama Mudik Lebaran adalah kaum urban. Kaum yang berasal dari dusun atau kampung atau desa di sekitar kota atau di sekitar pulau bahkan di sekitar negara, terutama untuk manusia Indonesia.
Sebagai mesin kebudayaan, Mudik lebaran adalah Roh dari mahkluk sosial yang terus menerus berinteraksi untuk menemui Fitrah Kemanusiaan pada sesembahan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dalam bungkus pelestarian jati diri. Nach, yang ini (pelestarian diri) bagi masyarakat urban, hanya di temukan ketika prosesi atau ritual mudik menjadi laku. Dengan Ritual/prosesi Mudik masyarakat urban memasuki kenangan, memelihara romantisme, menemui habitat dan habitusnya. Mereka sejenak meninggalkan keterasingan atas lingkungan keras dan tidak ramah.
Maka kegembiraan, kesukacitaan dalam bentuk 'Ngabuburit' bersama, berbuka bareng kawan/teman, dalam tarawih keluarga besar, Sholat Id di kampung, makan ketupat dan opor ayam sarambi bercerita bahkan main petasan atau kembang api, merupakan kerinduan setahun masyarakat urban.

Melupakan masa lalu, berarti mati. 
Melupakan asal muasal, berarti lupa masa lalu.
Siapa tak miliki kenangan, berarti tak punya masa lalu.

Englis version


Homecoming as Social Engineering culture.
BY Romo Wi Ma Ro
Lebaran is a colossal procession Ritual Colossal or the only one in the world and see this phenomenon, the Ritual / Colossal procession this will be a lasting culture of Muslim Indonesia. What exactly happens behind the Lebaran homecoming? Why Indonesian Muslim community is very keen to do this ritual?
In the processes of development of culture, then the culture was born and grew out of and in the middle of the dynamics of identity preservation society as society itself. In this case, the community became the originator and owner of the culture, society as a component, actors and developers culture.
In the context of Culture Ritual or Lebaran homecoming procession, the public actors, find your own self, find social habitat even habitus itself.
Humans have not lived in a vacuum - the social and Vacuum - romance memories. Either in childhood, adolescence, youth, old age until the memory of the origin (village, town, county, region) including the value of the memories that (teaching, advice, institutions as local wisdom, etc.).
The main culprit is urban Lebaran homecoming. People who came from the village or hamlet or village around town or around the island and even around the country, especially to the Indonesian people.
As the engine of culture, homecoming Lebaran is the spirit of social creatures who constantly interact to meet Fitrah (pure heart) Humanitarianism god, the Lord Almighty, in the package of identity preservation. Nach, that this (self-preservation) for the urban community, only be found when the procession or ritual forth into salable. With Ritual / homecoming procession entered the urban community memories, nurture romance, habitat and habitus meet him. They briefly left the alienation over harsh and unfriendly environments.
Then excitement, joy in the form of 'Ngabuburit' together, breaking with colleagues / friends, in a large family tarawih, Id prayers at home, eating chicken curry sarambi ketupat and storytelling even playing firecrackers or fireworks, an urban society yearning year.

Forget the past, meant death.
Forgetting the origins, means forgetting the past.

Who does not have memories, meant not have a past.

Kata bijak hari ini tentang Mesin Budaya.

"Mesin Budaya" yang berdaulat kerakyatan, adalah bertumbuhnya kreatifitas pada keadilan, pada perikemanusiaan dan menempatkan serta menghargai dinamika kehidupan yang tumbuh dari ke-Bhineka Tunggal Ika-an sebagai spiritulitas bersama.
Mesin Budaya yang demikian akan mendorong hidup dan daya cipta masyarakat dalam negara.
Mari dorong Mesin Budaya ini!
(Romo Ro Wl Ma)
Wise words today about Aquaculture Engineering.

"Cultural Engineering" sovereign democracy, is a growing creativity in justice, humanity and puts and appreciate the dynamics of life that grew out of all of Unity in Diversity late as spirituality together.
Machines such culture will encourage creativity and community life in the country.
Let's push this culture machine!

(Romo Wl Ro Ma)
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar
Hallie Josias Sahertian Peran Gereja dalam mendorong Mesin Budaya, spt apa ya Romo ?
Ro Wl Ma Sebenarnya Gereja sudah jauh tertinggal soal itu sobat Hallie Josias Sahertian.
Gereja terlalu sibut dengan penataan diri, untuk GPIB saya melihat baru pada tema-tema saja.
KIta sering kali melihat kebudayaan sebagai sesuatu yang terlalu ribet bahkan ada anggapan itu dunia sekuler!
Coba amati, sejauh mana gereja secara seruis melihat persoalan kebudayaan ini sebagai juga bagian dari pertumbuhan Gereja.
Gereja Katholik sangat progres mendorong warganya measuki dunia itu.
Bagaimana caranya? secara individual sepertinya banyak warga gereja basah disitu, sebut saja teman saya dari kaki gunung Arjuna si Hallie Josias Sahertian...misalnya, dia cukup mengakrabi masyarakat pengadut kepercayaan sebagai bagiandair ber-kebudaya-an...


Hallie Josias Sahertian Romo...saya menyimak dan membaca dengan serius kajian Romo. Walau ini lagi kepanasan di Pos pelayanan BENGALON. Sambil saya mencari tahu Mesin Budaya apa yang ada di seputar sini.

Hallie Josias Sahertian Romo...jangan buka buka rahasia aaah...entar saya dikira berselingkuh dengan berhala...hehhehe....
Padahal saya sekedar mengaplikasikan renungan minggu pagi ini "jangan lupakan sejarah". (pisss...heheh), dimana kita juga belajar dan memahami budaya budaya awal peradaban manusia, bahkan coba memahami agama agama awal dalam peradaban manusia.


Ro Wl Ma Bro Hallie Josias Sahertian....Salah satu mesin terindah itu ialah 'Keanekaan'. Agama, tradisi, suku, bahasa, bahkan kepercayaan dengan system-system perekat (relasi) yang sesungguhnya bertumbuh subur di tengah interaksi masyarakat, baik dalam bentuk sitektur, tarian, busana sampai pada masaalah kearifan lokal nusantara.
Dalam konteks Berita pagi ini pun, otak tumpul saya berkelindan di antara riu rendah mesin-mesin budaya yang pada masa ORBA di ambil alih dalam bentuk program-program seragamnisasi hehehehe


Jootje Rugianmandey Mesin budaya di gereja kita bukannya progresif tapi justru cenderung dekulturisasi. Karena itu harus ada konsep nyata soal "dinive-based re-engineering" !!

Ro Wl Ma Sobatku Jootje Rugianmandey...nachhh ini yang musti kita diskusikan secara serius sobat. Dekulturisasi itu menyunat bahkan membunuh kecerdasan lokal mengolah kebudayaan.
Mungkin Gereja masih beranggapan bahwa kebudayaan itu dunia sekuler. Bagaimana sobatku? Rahayu.


Jootje Rugianmandey Lebih dari sekedar setuju, Romo RWM! Kadar realita PRESBITERIAL SINODAL di GPIB semestinya diukur dari sejauh mana OTORITAS MS itu berimbang dengan KEARIFAN LOKAL di tingkat Jemaat. Nah, kalau memang realitanya JOMPLANG, ya itulah perlunya DIVINE-BASED SOCIO-REENGINEERING !!

Ro Wl Ma Agree with you Broer Jootje Rugianmandey!
Beberapa waktu lalu ada usaha untuk pemetaan budaya lokal di wilayah-wilayah GPIB. Tetapi sayang bahwa rencana itu 'baru pada tahap eforia' belaka.
Padahal dengan pemetaan demikian, dapatlah kiranya kita mampumengadop bahkan menjadikan kearifan lokal di wilayah yang ada sebagai bagian dari pertumbuhan kebudayaan Gereja. Sayang bahwa pemikiran demikian, masih jauh dari angan-angan.
Seperti Status di atas. Jika kemudian pertumbuhan mesin budaya gereja keluar dari satu pintu, maka saat itu kreatifitas pada kemanusian menjadi 'mati alias tumpul'


Ro Wl Ma
Tulis balasan...
Jootje Rugianmandey YES, OUR CHURCH NEED A REAL CONCEPT TOWARDS "DIVINE-BASED SOCIO-REENGINEERING !!

Ro Wl Ma Well my Buddy Jootje Rugianmandey...Maybe you can start to it in our little discussion.
Then we develop as a contribution specifically for the Study of theology end of this month of July. What do you think?

Ro Wl Ma Sugeng siang mas Setyotomo Romo...hayooo urun rembuk mas, rahayu..rahayu.
Setyotomo Romo suwun pak pendeta....kula nderek kemawon...

Ro Wl Ma Sumangga kawula haturi mas Setyotomo Romo

Whizz Pad Cara cerdas selfian. ..colek Hallie Josias Sahertian

Paulus Suryanto Sugeng siang siang semangat Romo RWM, broer Joor, adinda sing ngganteng kera ngalam Hallie J. Sahertian
dan rekan" fb berkah dalem tetep rahayu yo rahayu.


Hallie Josias Sahertian Bung WP : cara beradab utk selfie...wkwkkwk

Surya Bebaspati Apakah salah budaya itu romo shg seolaholah di haramkan misalnya ulos batak tidak boleh digunakan dalam acara2 gereja krn katanya ada berhalanya apakah gereja dapat di sebut menghambat perkembangan budaya

Ro Wl Ma Silih Surya Bebaspati....itu anggapan sementara orang (yang masih mempertahankan atau mengikuti paham para sending bahwa segala sesuatu yang tidak berasal dari eropa dianggap haram...itu sejarah pekabaran di Indonesia..) Nachh dalam paham seperti ini, agaknya masih kental menyelimuti banyak orang. Akibatnya, produk-produk lokal sebagai kearifan lokal di anggap tak layak dalam pertumbuhan Gereja yang pada hakekatnya tak pernah bertumbuh di luar budaya itu sendiri.

Ro Wl Ma Whizz Pad dan Hallie Josias Sahertian....qkqkqkqkqkqkqk....itu peradaban yang berkembang bersama dengan mesin kebudayaan.

Tiga filosofis keutamaan Jawa :
Kehilangan harta, hanya sesaat. 
Kehilangan Nyawa, separoh hidup. 
Kehilangan harga diri, berarti kehilangan segala-galanya.


Mencoba memasuki makna di balik Filosofi ini

Mudik bersama adek-adek dan kemenakan




RWM.BOONG BETHONY