17/04/15

Renungan Paskah.
By. RW. Maarthin.
Rob Colection
My Colection


"Romo! Apa arti 'Ya, Dengan Segenap hatiku!?'" tanya seorang anak muda peserta katekisasi ketika malam retreat seminggu menjelang mereka disidi.
Mendapati pertanyaan itu, sejenak saya tercenung! Sudah lama kalimat itu (Ya, Dengan segenap hatiku) tidak pernah saya ucapkan selain mendengar dari warga jemaat yang Nikah, Baptis anak atau mereka yang mengaku sidi dewasa. 
Terakhir, ketika saya ditahbiskan jadi Pelayan Firman dan Sakramen beberapa puluh tahun lalu, kalimat itu saya ucapkan dengan segenap hati di tambah keyakinan untuk melakukan Katakan 'Ya jika itu benar dan tidak salah jika itu salah!
"Romo, wadoh kok Romo melamun?" tanya pemuda itu lagi.
"Ohh...maaf!" sambarku tersadar dari lamunan. Pikiraanku melayang jauh kebelakang. 
Ketika 'eforia' mencitakan jadi pendeta membeludak membuih memenuhi angan, harapan dan citaku untuk melayani Tuhan. 
Lalu persembahkan diri untuk pelayanan itu disertai janji melayani 'Segenap Hati'. Kemudian semua berkelindan dalam cita-cita pelayanan sebagai hamba. Semua waktu untuk pelayanan, jiwa raga hanya untuk itu. Idealisme yang sepertinya takkan pudar dalam diri seorang hamba. 
Seiring waktu, 'kelindan idealisme' mulai pudar. Bukan lagi 'ya dengan segenap hati' atau 'ya jika itu benar, tidak jika itu salah' dari seorang berhati hamba. 
"Romo! apa artinya?" sambung pemuda itu lagi. Buyar lamunanku.
"Hmmm....begini..artinya kita menyatakan sungguh jadi pengikut Yesus dan memberi diri melakukan apa yang diperintahNya" jawabku singkat sambil meredam gejolak imanku yang ikut bertanya dalam diriku.
"Maksudnya Romo?" desak pemuda itu lagi. 
Aku menatapnya sambil menyelami pertanyaannya lewat raut mukanya. Ia serius untuk itu. 
Padahal aku menjawab seadanya tadi. Jawabanku rasional saja, bukan lahir dari mata imanku yang mulai menggugat lewat pertanyaan anak ini.
"Ya, jika kita mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka kita berusaha untuk menjadi pengikut yang tulus"
"Tulus Romo?"
"Ya Tulus! Tulus dalam segala hal. Maksudnya, lakukan saja apa yang di katakan Yesus tanpa tendensi! Bukan rasional apalagi 'like and dislike'. Jadi pengikut Yesus tanpa syarat" Ucapku sedikit panjang. 
Sementara itu, penjelasanku pada anak muda itu pada saat yang bersamaan terus-menerus menggugat pelayananku selama ini.
Apakah aku seorang hamba seperti itu? Tulus melayani? Tanpa tendensi? Nirlaba? Tidak terkooptasi 'like and dislike'?.
Oh..Nuraniku jauh lebih jujur! Dari pada sekedar bunyi yang selalu keluar dari bibir hitamku.
Teringat beberapa tahun lalu, disuatu Jemaat yang pernah aku layani. Seorang pegawai menyelewengkan keuangan, lalu karena arogansi 'lebel kependetaanku' seolah jadi jubah 'kemahasucianku'. Aku pecat karyawan itu tanpa bertanya 'mengapa dan untuk apa' uang yang dia pake itu? 
Teringat pula, seorang kawan sekerja di jemaat lain yang karena melalaikan tugas beberapa bulan, tanpa percakapan aku hentikan dia, juga tanpa ampun. Tanpa kompromi! Seolah tiada lagi pengampunan baginya. Apakah itu kejujuran? Atau ketulusan? Oh...aku tergugat oleh nuraniku sendiri!
"Jadi musti tulus dalam segala hal ya Romo?" 
"Iya nanda. Belajarlah untuk itu dan mintalah Roh Kudus menuntunmu"
"terimakasih Romo" sahutnya sambil mencium punggung telapak tanganku. Ia pun berlalu. 
sedangkan aku belum juga selesei dengan gemuruh dalam hatiku.
Gemuruh yang mulai menggugat capaian pelayananku selama ini. Gemuruh yang memaksaku mengaku bahwa aku bukan hamba yang setia. 
Gemuruh yang menggugat perilaku pilih pilih pergaulan terhadap sesama pendeta.
Gemuruh yang menohok kesombonganku lebih dari yang lain.
Gemuruh mempertanyakan sikapku ketika sesamaku diberlakukan tidak adil.
Gemuruh yang menusuk-nusuk jiwaku karena tidak berani berkata Ya Jika itu benar dan tidak jika salah
Gemuruh pengaakuan bahwa aku ternyata rapuh dalam balutan jubah Putih yang Agung itu.
Gemuruh yang dengan lantang berteriak 'engkau ternyata hamba dunia ini!' 
Achhh, aku butuh pembaruan pengakuan sekaligus pemulihan.
Agar kembali menjadi seorang Hamba yang berhati Hamba Tuhan.

(Tepian Mahakam, 12 April 2015)
Rob Colection
My Colection


RWM.BOONG BETHONY