19/11/15

Negeri Pecundang

Negeri Kecoak
By,Romo RWM.
Di negeri para Koruptor dan kaum cecunguk, pahlawan adalah cerita kebaikan tak perduli apa maksud, apa tujuan, apa motivasi berbuat itu. Maka syahdan di negri para kotuptor dan kaum cecenguk, orang berlomba lomba berbuat baik, berkompetisi mempertontonkan keluhuran, riuh berretorika, semangat menafsir nafsir ayat ayat suci. Lantaran itu, di negeri kaum koruptor dan kaum cecenguk, cinta ada dimana mana. Di setiap sudut, di bilik bilik, di ruang ruang, di kantor kantor birokrat, kantor aparat bersenjata, kantor budayawan, di pertapaan pertapaan penjaga moral. Semua berkisah dan berlaku cinta. Jangan coba bertanya terlebih menggugat. Sebab mereka memiliki banteng banteng ketaton, prajurit prajurit perkasa siap mati. Persis seperti pepatah Yunani kuno, banyak yang rela mati untuk orang baik tapi tak satupun bersedia untuk orang benar.
Mereka menjual dan mencipta pahlawan pahlawan tak perduli si bangsat, wani piro?
Di negeri para koruptor dan kaum cecunguk, tuhan hanya tukang sulap yang dalam sekejab mengubah sikurus bertambun ria, si pejalan kaki berroda ria, beristana ria, semua serba ria. Tuhan mereka pesta ria, ritual meriah ria, bersesakan penuhi rumah ibadat hingga tumpah ria. Itulah amal ibadah, gelembung pundi pundi menyulap rumah rumah doa cerlang gemerlang, megah kokoh. Di antara kasur dinding atap kardus kumuh menghitam jelaga persis para koruptor dan cecenguk itu.
Maka berkeriapan siang malam para pahlawan di mana saja memelihara si papa tetap miskin si derita dalam sengsara si bodoh mudah di perintah. Berlaku gagah diantara gubuk liar, bertingkah dermawan di tengah nasib buntung. Maka malang malang tuntas rawe rawe rantas rame rame buntung mereka di bela banteng banteng kataton, prajurit handal siap mati demi pahlawan.
Di negeri para koruptor dan kaum cecunguk, tuhan berdansa dansi, berjogetria sambil meneguk anggur memerahkan muka mabuk kepayang bertelanjang bulat seperti Adam dan Hawa. Tak jelas antara rumah bordil dan rumah doa, tak ketahuan rumah sekolahan dan pub, tak nampak kantor dan rumah judi. Tak kentara rohaniawan dan perompak, semua sama, Semua halal, semua kudus semua dapat di beli. Wani piro?
Tepian Mahakam, Medio November'15.

In English.

                                                                 State Cockroaches
By, Romo RoWiMa.

In the land of the Corruptor and the snot, the hero is a story of kindness no matter what the purpose, what is the purpose, what motivation do it. So it is said in the land of the kotuptor and the cecenguk, do good people watching the race, competing show nobility, boisterous berretorika, nafsir interpret the spirit of the holy verses. Because of that, in the land of the corrupt and the 'cecenguk' (coward), love is everywhere. In every corner, in the booth cubicle, in the room, in the office of a bureaucrat's office, the office of the armed forces, cultural offices, in the hermitage hermitage moral guardians. All the story and love prevail. Do not try to ask first sued. Because they have a bull bison get injured, mighty warrior soldier ready to die. Just like the ancient Greek proverb, many are willing to die for a good man but none were willing to vote correctly.
They sell and create heroes do not care about that bastard, wani Piro? (How much do you dare to pay?)
In the land of the corrupt and the snot, god only magician instantly transform skinny fat like a pig, the pedestrian-wheeler, build castles, everything is instant. God they are a party, festive ritual, 'claustrophobic' fill up spilled ria synagogue. That act of worship, bubble coffers coffers conjure luminous prayer houses and whistles, magnificently sturdy. Among mattress grungy cardboard roof wall blackened soot exactly the corrupt and cecenguk (coward) it.
Day and night then swarm of heroes anywhere maintains poverty remain poor the suffering in miserable fools easily in command. Applicable dashing between illegal huts, behaving generous in the middle stump fate. Then the poor unfortunate Rawe Rawe completed rantas rame rame stump them in martial bull bull kataton, reliable soldier ready to die for a hero.
In the land of the corrupt and the snot, dancing god Dansi, berjogetria face redden as he sipped wine intoxicated naked like Adam and Eve. It was unclear between brothels and houses of prayer, unnoticed home school and pub, invisible offices and gambling houses. Imperceptibly clergy and pirates, all the same, all kosher, all saints all can be purchased. How much can you pay me?

Margins Mahakam, Medio November'15.

Palu hakim.
By.RWM

Tak..tak!
Tik..tik! 
Tuk..tuk!
Tek...tek!
Tok..tok!
Tak..Tik..Tuk..Tek..Tok!
Tik..tuk..tek..tok..tak!
Tuk..tek..tok..tak..tik!
Tek..tok..tak..tik..tuk!
Tok..tak..tik..tuk..tek!
Tiktiktiktiiiik!
Tuktuktuktuuuk!
Tektektekteeek!
Toktoktoktoook!
Taaaakkkkkkk.
Hanya bunyi.
Bunyi.



RWM.BOONG BETHONY

11/06/15

Kumpulan Puisiku.


Jakarta oh jakarta.
Diantara deru kenalpot dan asap mengusap muka, lalu saja kau cerita ego
Tentang anak-anak negeri perempatan, orang-orang kehilangan keorangan, sumpah serapah sewarna wajah pesolekmu.
Kerling bola matamu memesona siapa tuk hampiri hanya tertipu kerap lalu serupa rautmu sesal pun tak.
Riuh klakson memburu seolah tiada waktu tak perduli siapa, gilas tergilas, tampar tertampar, damprat terdamprat, pangkas terpangkas, singkir tersingkir, ini jakarta sobat bilangmu membilang bilang tiada henti.
Di jemari terkepal surat bukan takdir tapi nasib, pun teriakmu
Harus berani, jegal jegali, , hidup hidupi, makan makani lantaran itu perempuan perempuani, lelaki lakii, kau ubah apa.
dari apa pun apa
pada siapa pun siapa
mengapa pun mengapa
daripada pun daripada
darimengapa pun darimengapa
daripadamengapa pun daripadamengapa
tiada pun tiada
waktu pun waktu
tiadawaktu pun tiadawaktu
(Wisma GPIB, Gambir jakarta, Medio Juni'15)

Mpok Enti
bergelut lawan malam
bermain sarung
tapi itu dulu, katanya
kubuang ia ganti mantel bulu
tapi tetap lawan malam
karena malam jadikan mpok apa saja
ya dipinggir kali, rumah harum, gedong tingkat
tak lagi apek aroma keringat
itu beberapa tahun lalu
sarung hangati melawan malam
lantaran hanya itu
kemaren ia bikin cerita
tidur bawah pohon asam ciliwung
Enti tak pernah bangun
tak pernah lawan malam
perginya menitik airmata sejuta mpok Enti
sebab ia ajar semua perempuan melawan malam
dan menitis pada sapa saja.
ya di rumah kardus, ya dirumah harum, gedong bertingkat
Mpok Enti tak pernah enti.
di Kampus UI Depok.

Jakarta.
Perahu tiga tiang jadi kisah usangmu
dulu tak jelas antara mesiu, gaharu dan candu menyerap siapa saja
mengencani
Mener, tokeh dan entong berebut molekmu
sepanjang abad
dan semua jadi cerita yang tak usang
dulu diantara peron dan gedung tua
mentari kelabu seperti derek berkarat menarikmu
cerita apa saja pintamu
celoteh kaki telanjang, sarung kumal, usang asing
harapan urban ceritamu
kali malang selalu malang, ciliwung pasti larung
tak bening persis
kini diantara peron dan gedung tua
kisah derek tua berkaratmu
dan kaki telanjang, sarung kumal, usang asing
tetap saja jadi ceritamu
entah bila henti.
keretamu merah jelaga tak lagi ada ringkikan terlebih taktiktuktak
mesia, gaharu dan cantu jadi pelatuk
untuk siapa saja.
seperti yang kau pinta
masih seperti itu
harapan urban
kali malang kian malang, ciliwung larut keruh
tak beri hidup
hidup tak.
(pojok jakarta, awal mei 2015)


Lingkungan Hidup.
Bunda, engkau basahi Bumi dari sedap kopyor air susumu.
dan kini
Bunda makin tua.
Semoga tak segera mati.


Lelaki lembah Gangga.
Dia bilang
Segala mahkluk adalah cinta kasih
Metta ialah jalan
Karuna adalah persembahan dan
Dharma ialah hidup.
Waisak, tiga suci cinta kasih.
Dan cinta kasih adalah Tuhan.

RWM
(awal Juni, pojok pasar baru - jakarta)

Puisi kupersembahkan kepada saudara, kerabat dan Handai taulanku Budha di Indonesia.

Doa untuk Rohingya.
Tuhan.
Apa salah mereka? 
Apa karena mereka miskin? 
Atau karena mereka Muslim? 
Apa karena mereka tidak serumpun?
Atau karena mereka tidak sesuku?
Tuhan, Tuhanku.
Engkau ampuni kami yang tak perduli derita mereka.
Ampuni Indonesia.
Ampuni Malaysia
Ampuni Thailand
Ampuni Singapure
Ampuni Piliphina.
Ah, manusia tak lagi melihat kemanusiaannya.
Doa ku untuk Semua orang-orang Rohingya.
Kiranya, Tuhan membuka jalan kebahagian untuk mereka.




RWM.BOONG BETHONY

17/05/15

Esei.

Esei : Hujan dan Manusia!
RW. Maarthin
Harian terbit

"..hujan lagi!" Teriak istriku yang sedang menjemur pakaian dibelakang.
"kenapa?" sahutku spontan. Sambil melongot jendela memperhatikan titik-titik air jatuh mengaburkan pemandangan diluar sana.
"Kalau hujan, jalanan banjir Pie!". Sambar kekasihku itu.
"ya, mau bagaimana lagi?" sahutku pendek.
Ya..begitulah keluhan ribuan orang bahkan mungkin jutaan, tiap kali hujan mendera kota Jakarta, Surabaya, Semarang termasuk kota Samarinda. Hujan yang identik Banjir untuk kota-kota tersebut diatas. Keluhan-keluhan yang sepanjang tahun selalu terlontar dalam nada fals Makian, sampai keirama menyalahkan Pemangku Pemerintahan bahkan juga pada Tuhan. Perhatikan keluhan-keluhan yang sempat saya rekam dibawah ini.
"Oh Tuhan(oh my God), mengapa hujan? Aku ada urusan penting hari ini" atau
"Wahhh, bakalan Banjir lagi neh" atau dalam bentuk doa "Oh, semoga tidak banjir kasihan kami ini" atau "Oh Tuhan, mengapa Kau kirim banjir ini?"
Dan kalau sudah Banjir deretan keluhan berupah hujatan. Seperti, "pemerintah kerjanya apa saja sih? Ngatasi banjir saja kagak becus" atau "kalau banjir terus bisa bangkrut aku!" atau "Ini nih, akibat anggaran penanggulangan banjir di Korupsi" anda bisa menulis sendiri deretan hujatan karena banjir. Hujatan itu bisa kepada siapa saja dan dapat diucapkan siapa pun.
Apakah Hujan selalu berakhir Banjir? tentu tidak! Sebab kalau begitu, maka Dunia ini akan selalu kebanjiran jika hujan turun! Dan kalau sudah begitu, maka hidup Manusia tidak normal, dan hidup yang tak normal itu kacau. Kacau itu tidak sehat, tidak aman, tidak nyaman, tidak bahagia. Pasti TUHAN menciptakan manusia bukan untuk tujuan itu. Tuhan ciptakan manusia, agar manusia hidup nyaman, aman, dan bahagia. Sama seperti hujan yang dicipta Tuhan untuk kenyamanan, keamanan dan kebahagian manusia bahkan seluruh mahkluk hidup, termasuk lautan yang penuh air itu butuh hujan untuk mengurai kepakatannya. 
Jadi bagaimana bisa banjir? Pertanyaan ini saya pastikan urusan manusia. Ya! Urusan kita. Nggak perlu doa, apalagi melibatkan Tuhan. Lha, Tuhan itu sudah terlalu repot untuk bagi-bagi rejeki pada manusia. Termasuk mengapa Hujan diciptakanNya, bukankah itu juga rejeki?
Lalu mengapa Banjir? Tanya dirimu! Tanya teman-temanMu. Tanya ibu dan ayahmu! Tanya keluargamu! Tanya orang sekantormu! Tanya teman kuliahmu atau teman sekolahmu! Tanya Kiyaimu. Tanya Pendetamu atau Pastormu. Tanya Pedandemu. Tanya Panditamu. Tanya dosenmu. Tanya profesormu. Tanya pedagang dipasar. Tanya ibu-ibu rumahtangga. Tanya pemerintahmu. Tanya kaum Industriawan. Pokoknya, tanyakan kepada siapa saja! asal jangan kepada Tuhan. Mengapa tidak boleh kepada Tuhan? Lha, Hujan dibuat untuk Manusia dan Tuhan nggak Pernah buat banjir. Lhaaa, ngapain Tuhan yang suka keindahan itu mau ciptain banjir yang selalu merusak, menebarkan kotoran sampah kemana-mana, busuk pula! Lihatlah Dunia kita yang indah dan elok ini! Indah bukan? Elok bukan? Mbok ya pikir yang positif tentang Tuhanmu! Karena Tuhan selalu memberi yang positif! Emang Tuhan pernah membuatmu menderita? Kalau pernah, saya pastikan itu bukan dari Tuhan. Tapi karena ulahmu atau ulah sesamamu. Wahh..kok sudah jauh ya. Hayo balik ke Soal Banjir lagi.
Jadi kok bisa banjir? Ya bisa saja. Lha banjir itu ciptaan Manusia! Ciptaanmu, ciptaan siapa saja. Pokoknya Manusia, ya ikut ciptakan Banjir. Kok bisa? Mau bukti?
Tengok terminal dikota mana saja di Indonesia. Atau jalan-jalan Raya, Pelabuhan-pelabuhan sampai ke bandara-bandara. Belum lagi kampung-kampung diperkotaan yang sampahnya numpuk dimana tempat. Lihat sungai-sungai yang berubah jadi Tong Sampah maha panjang itu? Lho, apa hubunganya? Antara sampah dan Banjir memang tidak berhubungan, tetapi salah satu penyebab banjir karena tumpukan sampah-sampah itu sering kali menghambat aliran air kedaerah yang lebih rendah. Apakah Banjir ciptaan Tuhan? 
Itu baru satu hal, baru sampah. Belum lagi, sistem Pembangunan Gedung-gedung bertingkat dan perluasan daerah hunian atau perumahan baru yang selalu tidak cerdas berdialog terhadap alam. Maksudnya? Jika sampah menjadi penghambat aliran air diatas permukaan tanah, maka bangunan-bangunan itu membentuk Dam-dam air dalam tanah yang memblokir aliran air bawah tanah dengan sistem pondasi yang kedalamannya bisa sampai 7, bahkan puluhan meter. Diatas permukaan Bangunan-bangunan itu menutup pori-pori tanah dengan hamparan tembok yang kian hari melalar entah kapan akan henti. Jalan-jalan raya dibangun pun tidak memberi keleluasan pada aliran air bawah tanah dan dipermukaan. Tengoklah sistem pembangunan jalan raya yang makin hari makin tinggi itu. Tumpukan aspal dan beton secara tidak langsung menyerupai pematang sawah yang terbujur begitu panjang. Jadi sistem pembangunan itu disengaja atau tidak menjadi Bendungan kosong yang ketika hujan turun tinggal mengisinya.Maka cerita banjir menjadi kisah dikota-kota besar Indonesia. 
Masih ingin tahu, bagaimana banjir terjadi? Saya teringat sebuah lagu yang digubah oleh Sang Maestro Keroncong Gesang pada awal-awal Kemerdekaan Indonesia. ada 2 lagu yang digubah untuk menceritakan dan sekaligus menjadi sejarah Cerita Banjir di Indonesia. Lagu, Bengawan Solo dan Semarang Kaline Banjir! Menielisik, lahirnya ke-dua (dua) nyanyian itu berarti memberi informasi bahwa awal-awal Kemerdekaan Repoblik ini, setidak-tidaknya sampai akhir tahun 70-an, Banjir hanya terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan Kota Semarang. Itupun, karena DAS bengawan solo dimanfaatkan untuk pertanian dan Perkebunan bahkan semenjak jaman VOC/Belanda. pemanfaatan itu mulai dari Hulu di Jawa Tengah sampai ke Hilir di Jawa Timur. Dan Kota Semarang yang memang 0,75 meter lebih rendah dari permukaan laut. Tapi sekarang, dimulai dari tahun 80-an sampai tulisan ini saya ketik, tiap kali Hujan melanda kota-kota di Indonesia, TV Nasional dan Transnasional selalu rajin menyajikan laporan langsung bagaimana kota-kota itu dipenuhi air. Belum lagi Banjir Bandang dan Longsor yang sewaktu-waktu melanda kota mana saja dan desa atau dusun mana saja di Pelosok Tanah air. Dan Jika Banjir, Banjir Bandang dan Longsor terjadi, akibatnya memilukan. Harta dan Nyawa melayang. Pasti ada yang salah dalam Rancang Bangun Perkotaan dan kegiatan Perekonomian kita. Bagaimana bisa begitu?
Telisiklah pemanfaatan Alam Lingkungan disekitar kita. Manurutmu bagaimana? Apakah Pemanfaatan itu benar-benar memberi kesejahteraan? Memberi Kenyamanan? Apakah Pemanfaatan itu dalam jangka panjang membangun kebahagian untukmu dan keturunanmu? Jika tidak, maka aku semakin yakin bahwa RANCANG BANGUN PEMBANGUNAN KITA SALAH ALIAS KELIRU.
Beberapa teman-teman saya pemerhati Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia menjadi gelisah ketika mendapati bahwa tiap tahun semua Sungai-sungai di Indonesia mengalami penurunan Debit Air. Demikian pula Danau-danau, telaga yang tersebar di Kepulauan Indonesia. Mengapa Debit air itu turun? Bagaimana tidak berkurang? Jika sumber-sumber mata air di hulu berupa gunung dan lembah dalam kelebatan Pohon-pohon Hutan Tropis di 'ganyang' atas nama Pembangunan Ekonomi Demi Kemakmuran Rakyat. Maka Lembah itu menjadi kerontang, Maka Gunung itu berubah jadi bukit gundul yang menganga dengan lebar serta kedalaman ratusan meter bahkan ribuan meter karena eksploitasi Pertambangan, Pemanfaatan Hutan, sampai pada Perkebunan. Itulah sebabnya sungai-sungai tidak lagi sederas dulu. Celakanya, sungai-sungai yang tidak deras itu suatu waktu jadi petaka karena ketika Hujan di Hulu dan areal hutan, lembah tidak lagi sanggup menyerap air. Dan mereka yang tinggal di Hilir, jadi korban. Mengerikan bukan? Amati apa yang terjadi di Puncak Bogor yang jadi Mata air beberapa sungai di Jakarta. Atau daerah ketinggian seperti Lawang dan Malang bagi sungai-sungai yang mengalir di kota Surabaya? Demikian juga Daerah ketinggian Bandungan bagi kota Semarang. bahkan kota-kota seperti Bandung yang nota bene berada didaerah ketinggian pun tidak luput dari banjir. Apa yang terjadi?

Pertengahan tahun 2000-an sampai sekarang, Hampir semua orang di Indonesia, lantang bicara soal 'GO GREEN INDONESIA'. LSM, Birokrat sampai tingkatan Mentri, Presiden, juga Perguruan Tinggi di Indinesia, termasuk Lembaga Keagamaa hingga Rancangan APBN dan Rancangan APBD juga bicara soal itu. Apa pendapatmu sobat? Apa buktinya? Diatas Kertas? Semua bisa begitu Bro.
Yang kita butuh adalah aksi dan aksi. Kerja, Kerja dan kerja! Kata Presiden JOKOWI! Tapi tunggu dulu. Aksinya dalam bentuk apa? Kerjanya bagaimana? Nachhh, persoalannya disitu kan? Kita jago konsep dan keteter pada aksi dan Kerja! Entah mengapa, kita suka ikutan bicara tentang apa saja meski tidak tahu substansi percakapan itu. Kalau ada Banjir, tiba-tiba semua jadi ahli soal banjir. Gunung Meletus, semua jadi ahli vulkanologi. Gempa melanda, jutaan pakar memberi pendapat. Demikian juga soal Go Green Indonesia. Tiba-tiba saja semua jadi ahli 'Go Green'. Disertai argumentatif yang membuat mulut berbusa-busa dan menghambur-hamburkan jutaan lembaran kertas yang berasal dari ribuan hektar Kayu itu. Pada tataran teori, anda, saya dan pakar-pakar itu emang jagonya bro. Di arena praksis dan praktis, semua menghilang satu-satu. Itu, Indonesia bro, meski tak semua orang Indonesia seperti itu. Nggak percaya? Tanya pada rumput yang kini sulit didapat.
Lha, bagaimana anda bicara Go Green Indonesia, tapi pada saat yang bersamaan anda juga menebang ribuan pepohonan. Ditempat lain anda membuat/memproduksi limbah Plastik baik dalam kemasan botol, tas 'kresek', map-map kerja sampai pada Aqik Plastik pun anda buat. Lha, bagaimana mau Go Green Indonesia jika pada saat yang bersamaan anda alpa untuk mendaur ulang segala jenis limbah kimia (plastik dalam ragam bentuk dan kemasan, sterofon, Limbah Komputer, HP,dst) yang kemudian menjadi Idiom modernisasi dan symbol kebudayaan baru? Lha bagiamana menuju Go Green Indonesia, jika sekaligus saat itu juga anda membiarkan lubang-lubang menganga, areal-areal kerontang tanpa reboisasi? Lha, bagiamana Go Green Indonesia, jika mainan dan makanan untuk anak-anak pun dikemas serba plastik. Lha, bagaimana mau mengajar anak-anak Go Green Indonesia, jika halaman rumah dan sekolah semua ditutup hamparan tembok? Lha, bagaimana bicara Go Green Indonesia, jika halaman Gereja, Mesjid, Pure Klenteng, tak sepohonpun tumbuh disana? Lha, bagaimana Birokrat ngomong soal Go Green bila kantor-kantor itu serba Plastik dan halamannya nirtetumbuhan? Lha, bagaimana Perguruan Tinggi di Indonesia yang sahih konsep ilmiah soal Go Green Indonesia jika saat yang bersamaan kampus-kampus itu tidak ramah lingkungan? Lha..bagaimana ini bro?
Bukankah, Go Green Indonesia itu menyangkut keramah tamahan terhadap lingkungan Alam kita? Membangun keramah tamahan yang saling menguntungkan antara Alam dan Manusia? Mungkin belum ada kesadaran bahwa, Alam selalu memberi hal-hal yang baik tanpa diminta. Mungkin, kita harus memahami bahasa alam yang selama ini lebih banyak diam. Meski, sesekali membuat penghuni kota jadi panik dan kacau karena bahasa Banjir Sang Alam?

Sampah, Sistem pembangunan perumahan dan Gedung bertingkat, pembungan jalan raya, penggudulan Hutan dan Limbah Kimia adalah Sumber Banjir. Dan itu karena kebodohan, Kepilon-an Manusia. Jadi, terimalah Banjir menjadi bahagian hidupmu sobat. Nggak usah melapor sampai ke TUHAN.
(Tepian Mahakam, 12 Mei 2015, saat hujan turun) 

IN ENGLISH VERSION : 
Essay: Rain and Humans!
RW. Maarthin
"..rain again!" Shouted my wife who was hanging clothes behind.
"Why?" I replied spontaneously. While melongot window noticed drops of water falling obscure the view out there.
"If it rains, flooding roads Pie!". Sambar beloved it.
"Yes, what can we do?" I say short.
Yup..it's complaint thousands if not millions, every time it rains plagued the cities of Jakarta, Surabaya, Semarang including the city of Samarinda. Flooding rain is identical to the cities mentioned above. Grievances throughout the years has always spoken in a tone-key 'Makian'-curse, until Government and Stakeholders blame even God. Note grievances that had I recorded below.
"Oh Lord (oh my God), why is the rain? I have important business today" or
"Wahhh, going to flood again neh" or in the form of prayer, "Oh, I hope this does not flood our pity" or "Oh God, why did you send this flood?"
And when it floods the row of wage complaints of blasphemy. Such as, "What does government work? Overcome the flood just kagak incompetent" or "if the floods continue to bankrupt me!" or "It's ya, due to budget for flood prevention in Corruption" you can write your own row of blasphemy because of flooding. Blasphemy can be to anyone and can be pronounced anyone.
Is always end Flooding Rain? certainly not! Because if so, then this world will always be flooded if it rains! And if it were so, then human life is not normal and abnormal life was chaotic. Messed it's unhealthy, unsafe, uncomfortable, unhappy. God created human Definitely not for that purpose. God created man, so that man live a comfortable, safe, and happy. Just as the rain which God created for comfort, safety and happiness of human beings even all living beings, including the oceans are full of water it takes to parse kepakatannya rain.
So how can the floods? I am sure this question in human affairs. Yes! Our affairs. No need prayer, let alone involve God. LHA, God it was too much trouble to spread some assistance in humans. Including why Rain created, is not that too good fortune?
Then why Flood? Tanya yourself! Tanya your friends. Tanya's mother and father! Tanya family! He asked sekantormu! Ask friends your college or school friends! Tanya Kiyaimu. Tanya pastor or your priest. Tanya Pedandemu. Tanya Panditamu. Tanya your lecturer. Tanya profesormu. Asked the merchant market. Tanya housewives. Tanya governor. Tanya industrialists. Anyway, ask anyone! just do to the Lord. Why should not the Lord? LHA, Rain Man and God made for not Ever create flooding. Lhaaa, doing God who loves the beauty of it is always going ciptain flood damage, scattering dirt garbage everywhere, rotten anyway! Take a look at our beautiful world and this beautiful! Beautiful is not it? Elegant is not it? Please..to think positive about your Lord! Because God always gives a positive! Weve God never make you suffer? If he did, I am sure it is not from God. But because of your doing or act against your neighbor. Wahh..kok already far yes. Hayo turning to Problem Floods again.
So how come the floods? Ya could have been. LHA flood the creation of Man! Creations, creations anyone. Human Anyway, yes involved creating floods. How come? Want proof?
Just look at the city terminal anywhere in Indonesia. Or the streets of Britain, ports to airports. Not to mention the urban villages where garbage piled place. View rivers that turn into long maha Trash it? Well, what hubunganya? Between the garbage and flooding is not related, but one of the causes of flooding due to the rubbish heap often impede the flow of water kedaerah lower. Is Flood of God's creation?
That's just one thing, the new bins. Not to mention, the system of high-rise building construction and expansion of residential areas or new housing that is not always intelligent dialogue with nature. Meaning? If garbage become an obstacle to the flow of water over the surface of the land, then the buildings forming dams that block the ground water in the groundwater flow system with depth foundation up to 7, even tens of meters. The buildings on the surface of the soil pores shut with a stretch of the wall that increasingly melalar whenever that will stop. Highways are built did not give flexibility to the flow of groundwater and surface. Take a look at the construction of a highway system that is increasingly high. Piles of asphalt and concrete are not directly resemble rice field stretched out so long. So the system development was intentional or not an empty dam that when it rains stayed mengisinya.Maka flood story into a tale in big cities in Indonesia.
Still want to know, how a flood occurs? I am reminded of a song composed by Maestro Kroncong Gesang in the early years of Indonesian Independence. No two songs composed to tell a story and becomes the history of flooding in Indonesia. Songs, Solo and Semarang Kaline Flood! Menielisik, birth to two (two) chants that means giving information that the beginning of this Repoblik Independence, at least until the end of the 70s, Flooding occurs only in the Watershed (DAS) Bengawan Solo and Semarang. Even then, because the DAS bengawan solo used for agriculture and plantations even since the days of VOC / Netherlands. The utilization ranging from Hulu in Central Java to Downstream in East Java. And Semarang that was 0.75 meters lower than sea level. But now, starting from the 80s until I type this article, each time the rains hit cities in Indonesia, the National TV and Transnational always diligent serving direct reports how the cities were filled with water. Not to mention Floods and landslides hit the city any time anywhere and villages or hamlets anywhere in Remote homeland. And if Flood, Flood and Landslide occurs, heartbreaking consequences. Wealth and Lives drift. There must be something wrong in Urban Design and Our economy activity. How can it be?
Take a look at utilization of Natural Environment around us. What do you think? And How ? Is it really Utilization provide welfare? Give comfort? Do Utilization was in building long-term happiness for you and your descendants? If not, then I'm more and more convinced that the DESIGN AND DEVELOPMENT OF OUR WRONG WRONG ALIAS.
Some of my friends observers Watershed (DAS) in Indonesia became agitated when he found that each year all the rivers in Indonesia decreased water discharge. Similarly, lakes, ponds spread across the Indonesian archipelago. Debit why water it down? How not reduced? If the sources of spring water in the upstream in the form of mountains and valleys in the heaviness trees in the Tropical Forests 'crush' on behalf of Economic Development Prosperity Demi Rakyat. Then it becomes parched valley, then the mountain was turned into a gaping barren hill with a width and a depth of hundreds of meters or even thousands of meters due to the exploitation of Mining, Forest Utilization, until the plantation. That is why rivers are no longer sederas first. Unfortunately, the rivers are not rushing it a time so a curse because when it rains in the Upper and forests, the valley was no longer able to absorb water. And those who live downstream, so the victim. Terrible is not it? Observe what happens in Puncak Bogor so springs several rivers in Jakarta. Or the altitude as Lawang Malang for river that flows through the city of Surabaya? Likewise Regional Bandungan altitude for the city of Semarang. even cities like Bandung postscript located in the area did not escape the height of the flood. What happened?
The mid-2000s to the present, almost all the people in Indonesia, loudly talking about 'GO GREEN INDONESIA'. NGOs, bureaucrats until the level of the Minister, the President, also Universities in Indinesia, including Keagamaa Institution to draft the state budget and the draft budget also talk about it. What do you think buddy? What is the proof? On the paper? All can be so Bro.
What we need is action and action. Work work and work! Said President Jokowi! But wait. The action in what form? How it works? Nachhh, the problem there, right? We champion the concept and be on the verge of defeat in the action and Work! Somehow, we like to talk about any follow-up, though not know the substance of the conversation. If there is a flood, suddenly all become experts about the flood. Mountain erupts, all so volcanologist. The quake struck, millions of experts to give opinions. Likewise about Go Green Indonesia. Suddenly all become experts 'Go Green'. Accompanied argumentative who makes mouth frothing and wasting millions of sheets of paper that comes from the thousands of hectares of the wood. In theory, you, me and the experts that weve expert bro. In the arena of praxis and practical, all disappear one by one. That is, Indonesia bro, although not all Indonesian people like that. Do not believe? Questions on the grass that is now difficult to obtain.
Experience, how you talk Go Green Indonesia, but at the same time you also cut down thousands of trees. Elsewhere you make / produce either waste plastic in bottles, bags 'crackle', folders work until Aqik Plastics was created. Experience, how can Go Green Indonesia if at the same time you neglects to recycle all types of chemical waste (plastics in various forms and packaging, sterofon, Waste Computers, HP, etc.) which later became the idiom of modernization and new cultural symbol? The circumstances leading LHA Go Green Indonesia, if at the same time you also leave gaping holes, areas of infertile without reforestation? LHA, bagiamana Go Green Indonesia, if the toys and food for the children were packed all-plastic. Experience, how can we teach children Go Green Indonesia, if the home page and all schools are closed expanse of the wall? LHA, how to talk Go Green Indonesia, if the yard church, mosque, temple Pure, sepohonpun not grow there? Experience, how Bureaucrats talk about Go Green when the offices of the department of Plastic and nirtetumbuhan pages? Experience, how universities in Indonesia are valid scientific concept about Go Green Indonesia if the same time the campuses that are not environmentally friendly? This Lha..bagaimana bro?
Is not it, Go Green Indonesia that involves hospitality towards our Natural environment? Build mutual hospitality between Nature and Man? Perhaps there is no awareness that, Nature always gives good things without being asked. Perhaps, we need to understand the language of nature which has been more silent. Although, occasionally making city dwellers panicked and chaotic because the language of the Natural Flood?
Garbage, System-rise housing construction and building, pembungan highways, deforestation and the Chemical Waste is a Flood Resources. And it is because of ignorance, an Kepilon-Man. So, accept Flood being part of your life mate. Do not need to report to the Lord.

(Edge Mahakam, May 12, 2015, when it rains)


RWM.BOONG BETHONY 

30/04/15

Antara Nihilisme dan Radikalisme

Esei Kecil Tentang Agama dan Iman.
By RWM.



Antara NIHILISME dan RADIKALISME? Mana lebih baik? Keduanya (Nihilisme dan Radikalisme) bukan pilihan.
Sikap orang beragama kerap dipecundangi oleh kedua isme-isme diatas! NIHILISME adalah sikap beragama yang menganggap Agama orang lain tidak penting atau tidak ada Agama lain selain Agamaku. Termasuk didalamnya pandangan bahwa Kebenaran hanya menjadi milik Agamanya saja.
Perilaku, mereka yang terjebak dalam paham ini (NIHILISME) Membuahkan sikap FANATISME RELIGIUS ATAU FUNDAMENTALISME AGAMA. Di Masa sekarang ini, ditengah kehidupan Berbangsa dan Bernegara atau lebih luas dari itu, dalam kehidupan "Berbumi dan Berdunia", pengaanut paham Nihilisme menyebar kemana saja bahkan tinggal bersama siapa saja ; baik dikantor, dikampus, kampung ditengah kehidupan bersama, berkeriapan di Mal-mal dan pusat perbelanjaan sampai dikantong-kantong pemerintahan. Intinya, selalu ada dimana-mana. Karena mereka juga berhak hidup seperti orang lain. Hanya saja, perlikau mereka sering kali mengejutkan orang banyak, meledakkan apa saja, membubarkan harmonisasi, menghacurkan cinta - kasih, membuyarkan bahagia banyak orang, bahkan membunuhi siapa saja yang tidak sepaham dengannya. 
Padahal, Agama harus melindungi nyawa dan kehidupan manusia.
Padahal, Misi Agama menjaga nyawa dan membentengi hidup siapa saja.

Lalu bagaimana paham RADIKALISME AGAMA? Setali, tiga uang. Alias sama saja dalam bentuk perilakunya. Radikalisme, lahir dari pemahaman bahwa AGAMA PERLU DIPERJUANGKAN DAN DIBELA! Paham RADIKALISME AGAMA, muncul dari rahim mereka yang menafsir ayat-ayat Suci kitab Suci 'HANYA' mencomot sepenggal-penggal tanpa melihat Tujuan Agung Keseluruhan Isi Kitab Suci itu. Penganut Paham ini, gemar mengumbar Nama TUHAN YANG MAHA AGUNG demi tujuannya. Bahkan tak segan melibas siapa saja, menumbuk yang menghalangi, menghamtam yang tak sepaham, menghajar yang tak sealiran dengannya. Mereka tinggal dimana saja, dipasar-pasar, pusat keramian, dihunian mana saja, bahkan diantara kita. Mereka pandai bergaul, pintar mengajar, sopan, beretiket bahkan sering kali mengecoh dengan tampilan bak Juru Selamat. 
Tapi kerap mempertontonkan keahlian membumihanguskan bangunan dimana banyak orang menikmati hidup. Memamerkan skill membunuhi anak-anak hingga yang tua renta. Meluluh lantakkan monumen hidup Manusia bahkan Kemanusian itu sendiri. Setelah itu, mereka berteriak inilah kebenaran. Inilah, kehendak TUHAN Yang Agung itu. Siapa berani? Ini kehendak TUHAN! Lantang bermandi darah.
Padahal, Manusia adalah sesamanya. Manusia, dimana Roh TUHAN merupakan geliat hidupnya. TUHAN yang meniupkan ROHNYA kepada siapa saja, termasuk dia dan manusia lainnya. 
Padahal, membunuh seorang manusia, berarti membunuh kemanusiaan. Dan itu berarti membunuh TUHAN yang cinta kehidupan!

NIHILISME DAN RADIKALISME AGAMA, MENUSUK JANTUNG TUHAN YANG DISEMBAHNYA.
Tepian Mahakam, 27 April 2015.

RWM.BOONG BETHONY

22/04/15

Puisi Selamatkan Bumi.



Bumi adalah Ibu, Tuhanku

By. RW Maarthin,
Rob Colection
Pemandanga di Bunga-bunga.


disebut bunda, selalu memberi
disapa pertiwi, hanya mengasih

tak pernah yang menanam bunda
tak ada yang menabur pertiwi
hanya petik
cuma panen

tapi tahukah kau
bunda bukan hanya milik kau
pertiwi tidak saja milik kau
ia juga
milik anakmu
punya cucumu

jangan rampok harta mereka
jangan curi haknya
sebab semua rindu bunda
segala kangen pertiwi

tak genap kah kopyor air susunya kau hisap
tiada cukup tubuh eloknya kau cumbu
tengok bunda merana
lihat pertiwi menangis
airmatanya membusa-busa
keringatnya berbias-bias

tak mengerti kah kau
tak paham kah kau
saat bunda marah
ketika pertiwi murka
ada Dia dibalik semua itu.
Hanya memberi, lain tak.
(selamat hari Bumi dan SELAMATKAN BUMI KITA!!)
Google Colection

RWM.BOONG BETHONY

21/04/15

Esei Pendek

Esei Jejak Kartini, Budaya Bangsa.

oleh : RW Maarthin.



'Hayo Bangun papi, antar Abang. Mau merayakan Ibu kita Kartini di Sekolah' sambil menggoyang tubuhku yang pagi ini agak berat bangun. Sambil menguap aku turun dari tempat tidur dan melirik si Abang sambil tersenyum.
'Abang sudah mandi?' tanyaku pendek berlalu ke Kamar mandi. Diluar rumah, gemericik dedaunan tertimpa titik-titik air yang mengguyur kota tepian Mahakam. Pantas, si Abang butuh diantar.
'Sudah. Tinggal sarapan. cepetan ya pi, nanti terlambat' ingat anak ke-duaku.
'Baik, sana sarapan dulu' sahutku sambil menutup pintu kamar mandi.
Yah, pagi ini hampir semua Sekolah-sekolah Dasar/SD negeri pun swasta di Kota Tepian Mahakam menanggalkan Seragam keseharian menjadi busana multietnik. Teringat,masa-masa Sekolah di Surabaya dulu. Peringatan Hari KARTINI selalu jadi multi even disekolah-sekolah mulai dari SD, SMP, SMA/SMK. Sepanjang hari itu, tidak ada pelajaran, hanya KARTINIA-an (istilah kami disurabaya). Selain Karnaval busana etnik dan busana lainnya ( berpakaian ala jendral, kiyai, pendeta, pedande, pahlawan nasional, dst) ada juga lomba baca Puisi, busana Kartini, Folksongs, puncaknya pada malam kesenian sekaligus pemberian hadiah bagi pemenang KATINI-an. Moment seperti itu, baik siswa pun guru bergembira dalam kebanggaan KARTINI-an. Tapi itu dulu di Surabaya sekitar 30-an tahun lalu. Akhir-akhir ini, peringatan KARTINI-an, mulai menghilang dari Sekolah-sekolah lanjutan, bahkan seperti hari-hari biasa saja. Saya tak mengerti mengapa seperti itu. Padahal, menurut pengalamanku, KARTINI-an, adalah salah satu moment untuk mengingatkan para peserta didik dan pendidik, betapa indahnya Multi Etnik dalam sebuah ikatan emosi saat-saat seperti itu. Tapi jangankan KARTINI-an, lha Peringatan 17-an Agustus atau 17-an sering juga disebut Agustusan, sebagai Hari Kemerdekaan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, terasa sepi meski ada beberapa kegiatan 'hanya' dibeberapa daerah juga. Sekolah-sekolah sampai Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintahan dan swasta, kampung-kampung sampai ke kota Ultrametropolitan pun semakin sunyi dari Peringatan-peringatan Hari Besar Kenegaraan, paling banter Upacara. Bandingkan dengan perayaan hari-hari besar Partai Politik yang riuh rendah dalam Perayaannya! Teringat dikampung saya di Sawunggaling Surabaya beberapa puluh tahun lalu, KARTINI-an dan Agustusan menjadi salah satu hari Perayaan yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Karena peringatan ke-2(dua) hari kebangsaan itu, pasti akan melibatkan seluruh penghuni kampung. Ada lomba busana mulai dari anak-anak sampai pada ibu-ibu. Yang lelaki, biasanya akan tampil dengan pakaian Pahlawan atau yang paling memikat adalah tampilnya bapak-bapak dalam busana perempuan. Aneka lomba akan menyatukan seluruh penghuni kampung, tanpa pandang bulu dari suku apa dan agama apa. Semua menyatu, semua memberi support, semua berpartisipasi baik dalam bentuk sumbangan acara puncak pun keterlibatan langsung. Pokoknya ini hari punya kita sekampung, sekota, sekabupaten, sepropinsi dan senegara. 
Yang menang dalam lomba-lomba di hari kebangsaan itu bergembira, yang kalah bergembira, semua bergembira karena itu dalam bentuk Bakti kepada Bangsa dan Negara, ungkapan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memberi KARTINI dan KEMERDEKAAN untuk Warganya. Apakah, dizaman sekarang ini masih ada ikatan emosi seperti itu?
'Papi, Abang sudah selesei sarapan' teriak anakku dari balik pintu.
'Iya nak, Papi berpakaian dulu ya' sahutku pendek.
Sambil memarkir si putih, aku perhatikan teman-teman sekolah si Abang mulai berdatangan, ada seorang jendral, seorang anak berbusana Jendral besar Soedirman, ada Dewi Sartika, jendral Polisi, Dokter, Penerbang, Petani, Nelayan, Perempuan Papua, Cuk Nya Dien, Perempuan Minang, Sakera, Kiyai, Pastor, Perempuan dan Lelaki Daya' dan Naruto (wah..hihihihi). Guru-guru Perempuan pun tak mau ketinggalan dengan berbusana KARTINI. Pemandangan manakjubkan pagi ini. Sama seperti rasa takjubku, ketika berkunjung ke Belanda kekota Amsterdam, di wilayah Zuidoost - Bijlmer, aku dapati Jln. Raden Ajeng Kartini yang ditulis lengkap (bandingkan nama jln yang sama di kota anda hanya tertulis RA. Kartini), demikian juga di kota kecil VENLO bagian selatan Belanda ada tertulis R.A. Kartinistraat dalam bentuk huruf 'O' di kawasan Hagerhof. Saya tidak tahu, mengapa di Negeri Belanda itu ada jln yang diberi nama Raden Ajeng KARTINI, saya tidak berani mereka atau menduga-duga. Yang jelas dengan memakai nama Raden Ajeng KARTINI tanda Pengakuan terhadap Perjuanag KARTINI Putri Jawa Kelahiran Jepara, 21 April 1879. 
Bagaimana kekinian kita? Disini? Akhirnya saya berfikir bahwa, ketika Bangsa dan Rakyat Negeri ini, tidak lagi menghargai para pahlawan-pahlawannya, maka ketika itu pula simpul-simpul Multietnik, Multireligius, Multibahasa, Multitradisi, Multikuliner, terbuka lebar menjadi ikatan primordial, kedaerahan, individualis yang kemudian melahirkan pengakuan pada ketiadaan lainnya, selain kami. 
TAHUKAH ANDA BAHWA PERAYAAN KARTINIAN DAN AGUSTUSAN, MERUPAKAN BUDAYA BANGSA MEREKATKAN PARA PENGHUNINYA?
Selamat KARTINA-AN.

(Tepian Mahakam, 21 April 2015, pkl.08.45 Waktu Limau)




RWM.BOONG BETHONY

17/04/15

Renungan Paskah.
By. RW. Maarthin.
Rob Colection
My Colection


"Romo! Apa arti 'Ya, Dengan Segenap hatiku!?'" tanya seorang anak muda peserta katekisasi ketika malam retreat seminggu menjelang mereka disidi.
Mendapati pertanyaan itu, sejenak saya tercenung! Sudah lama kalimat itu (Ya, Dengan segenap hatiku) tidak pernah saya ucapkan selain mendengar dari warga jemaat yang Nikah, Baptis anak atau mereka yang mengaku sidi dewasa. 
Terakhir, ketika saya ditahbiskan jadi Pelayan Firman dan Sakramen beberapa puluh tahun lalu, kalimat itu saya ucapkan dengan segenap hati di tambah keyakinan untuk melakukan Katakan 'Ya jika itu benar dan tidak salah jika itu salah!
"Romo, wadoh kok Romo melamun?" tanya pemuda itu lagi.
"Ohh...maaf!" sambarku tersadar dari lamunan. Pikiraanku melayang jauh kebelakang. 
Ketika 'eforia' mencitakan jadi pendeta membeludak membuih memenuhi angan, harapan dan citaku untuk melayani Tuhan. 
Lalu persembahkan diri untuk pelayanan itu disertai janji melayani 'Segenap Hati'. Kemudian semua berkelindan dalam cita-cita pelayanan sebagai hamba. Semua waktu untuk pelayanan, jiwa raga hanya untuk itu. Idealisme yang sepertinya takkan pudar dalam diri seorang hamba. 
Seiring waktu, 'kelindan idealisme' mulai pudar. Bukan lagi 'ya dengan segenap hati' atau 'ya jika itu benar, tidak jika itu salah' dari seorang berhati hamba. 
"Romo! apa artinya?" sambung pemuda itu lagi. Buyar lamunanku.
"Hmmm....begini..artinya kita menyatakan sungguh jadi pengikut Yesus dan memberi diri melakukan apa yang diperintahNya" jawabku singkat sambil meredam gejolak imanku yang ikut bertanya dalam diriku.
"Maksudnya Romo?" desak pemuda itu lagi. 
Aku menatapnya sambil menyelami pertanyaannya lewat raut mukanya. Ia serius untuk itu. 
Padahal aku menjawab seadanya tadi. Jawabanku rasional saja, bukan lahir dari mata imanku yang mulai menggugat lewat pertanyaan anak ini.
"Ya, jika kita mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka kita berusaha untuk menjadi pengikut yang tulus"
"Tulus Romo?"
"Ya Tulus! Tulus dalam segala hal. Maksudnya, lakukan saja apa yang di katakan Yesus tanpa tendensi! Bukan rasional apalagi 'like and dislike'. Jadi pengikut Yesus tanpa syarat" Ucapku sedikit panjang. 
Sementara itu, penjelasanku pada anak muda itu pada saat yang bersamaan terus-menerus menggugat pelayananku selama ini.
Apakah aku seorang hamba seperti itu? Tulus melayani? Tanpa tendensi? Nirlaba? Tidak terkooptasi 'like and dislike'?.
Oh..Nuraniku jauh lebih jujur! Dari pada sekedar bunyi yang selalu keluar dari bibir hitamku.
Teringat beberapa tahun lalu, disuatu Jemaat yang pernah aku layani. Seorang pegawai menyelewengkan keuangan, lalu karena arogansi 'lebel kependetaanku' seolah jadi jubah 'kemahasucianku'. Aku pecat karyawan itu tanpa bertanya 'mengapa dan untuk apa' uang yang dia pake itu? 
Teringat pula, seorang kawan sekerja di jemaat lain yang karena melalaikan tugas beberapa bulan, tanpa percakapan aku hentikan dia, juga tanpa ampun. Tanpa kompromi! Seolah tiada lagi pengampunan baginya. Apakah itu kejujuran? Atau ketulusan? Oh...aku tergugat oleh nuraniku sendiri!
"Jadi musti tulus dalam segala hal ya Romo?" 
"Iya nanda. Belajarlah untuk itu dan mintalah Roh Kudus menuntunmu"
"terimakasih Romo" sahutnya sambil mencium punggung telapak tanganku. Ia pun berlalu. 
sedangkan aku belum juga selesei dengan gemuruh dalam hatiku.
Gemuruh yang mulai menggugat capaian pelayananku selama ini. Gemuruh yang memaksaku mengaku bahwa aku bukan hamba yang setia. 
Gemuruh yang menggugat perilaku pilih pilih pergaulan terhadap sesama pendeta.
Gemuruh yang menohok kesombonganku lebih dari yang lain.
Gemuruh mempertanyakan sikapku ketika sesamaku diberlakukan tidak adil.
Gemuruh yang menusuk-nusuk jiwaku karena tidak berani berkata Ya Jika itu benar dan tidak jika salah
Gemuruh pengaakuan bahwa aku ternyata rapuh dalam balutan jubah Putih yang Agung itu.
Gemuruh yang dengan lantang berteriak 'engkau ternyata hamba dunia ini!' 
Achhh, aku butuh pembaruan pengakuan sekaligus pemulihan.
Agar kembali menjadi seorang Hamba yang berhati Hamba Tuhan.

(Tepian Mahakam, 12 April 2015)
Rob Colection
My Colection


RWM.BOONG BETHONY

09/04/15

Christmas day

ALLAH yang  menderita ditengah pesta natal umatNYA

REALITAS SEKARANG.
Rob Colection
Rob Colection

Perayaan Natal adalah ritual kekristenan yang heboh dan juga paling boros. Hal itu terlihat dari riuhnya perayaan natal dimana-mana. Saya tidak tahu apakah ada survei khusus untuk : berapa beaya dan berapa kali perayaan itu dilakukan sepanjang bulan desember sampai januari : oleh gereja (baca: jemaat-jemaat)  oleh persekutuan-persekutuan, atas nama ketegorial , gender atau juga atas nama asalmuasal (suku -  daerah),  maupun oleh latar belakang pekerjaan sampai pada yang sekedar pamer symbol-symbol /tanda-tanda sedang natal . Jika ada, kita pasti terkejut mendapati hasilnya. Paling tidak survei itu bisa dilakukan di GKJ atau GKI.
Perayaan natal, banyak juga menyebut “pesta natal”,  moment yang selalu ditunggu tiap orang kristen. Baik untuk kebaktian menyambut natal (24 Desember) pun kebaktian natal tgl. 25 Desember dan tentu saja Perayaan Natal. Untuk moment yang satu ini tidak cukup hanya berupa kebaktian menyambut dan kebaktian natal. Sebagian bahkan merasa aneh, kurang afdol, tidak lengkap, jika tidak ada perayaan atau pesta natal. Aneh! Tapi itu yang ada di  benak tiap orang kristen. Jangan tanya jika gedung gereja, rumah, atau gedung  lembaga-lembaga kristiani selalu dihias semeriah mungkin. Tiap keluarga, disamping menghias rumah, juga menghidangkan aneka kue, minuman dan perment termasuk juga (mungkin) angpao/amplop untuk tamu-amu yang berkunjung. Pokoknya, Natal harus meriah! Meriah indentik dengan perayaan kalau tidak ya pesta.  Jadi tidak heran,  jika Natal saat ini menjadi acara perayaan atau pesta!

REALITAS SEPUTAR KELAHIRAN YESUS.
Padahal, menilik dan menelusuri kisah-kisah dalam Kitab suci (ALKITAB) cerita kelahiran Yesus,  justru memedihkan, menyedihkan, pilu dan jauh dari kesan keriuhan. Atau mungkin karena malam menjelang Yesus lahir para malaekat bernyanyi-nyanyi riang dan para gembala menyambut sukacita berita kelahiran itu; juga para majusi yang tanpa lelah dan tanpa takut bahaya menempuh perjalanan jauh untuk menyambut kelahiran Yesus.
Jika ditelisik lebih dalam :
- Nyanyian para malaekat pun bukan sesuatu perayaan apalagi pesta.
  Mereka bernyanyi riang memuliakan Allah yang turun ke Bumi.
- Para gembala gembira menyambut beritanya dan sertamerta mencari 
  dimana IA dilahirkan.
- Para malaekat bernyanyi riang gembira dalam pujian, kelompok 
  Gembala menyambut dan mencari Sang Bayi Yesus.
- Dan ketika menemukan, Gembala-gembala domba itu sujud dan 
  memberi persembahan sebagai tanda ungkapan syukur.
- Sama seperti orang-orang majus dari Timur; mencari, menemukan, 
  menyembah dan bersyukur sambil memberi persembahan.
Coba perhatikan aktifitas ketiga kelompok itu.

Malaekat bernyanyi gembira menyambut dan juga mengabarkan berita gembira pada seluruh mahkluk dan alam raya.
Para gembala bersukacita menyambut berita itu, lalu mencari, menemukan, menyembah dan bersyukur.
Demikian juga sikap orang-orang Majusi. Mencari, menemukan, menyembah dan bersyukur.
Mungkin aktivitas ketiga kelompok itu dianggap sebagai suatu perayaan atau pesta, sehingga menyambut Natal, dianggap sebagai kegiatan perayaan dan pesta. Apakah salah? Tentu tidak, karena setiap orang berhak melakukannya, apalagi jika perayaan itu dilaksanakan dengan embel-embel  membantu Panti A atau Panti B, bisa juga untuk anak-anak yatim piatu, anak jalanan atau bantuan untuk gereja a di dusun terpencil, dst. Tergantung bagaimana kepanitiaan itu berkreasi dan menterjemahkan Thema yang biasanyas udah ditetapkan jauh-jauh hari bahkan jauh-jauh bulan.
Penghayatan terhadap “mengingat rayakan kelahiran Yesus” beberapa dekade kebelakang banyak mengalami perubahan (kemajuan?) Yaitu dari Gedung Gereja ke Luar gedung, dari Ibadah natal ke Perayaan natal. Dari sukacita natal menjadi  pesta natal. Di awal bulan desember hiasan natal berupa asesoris, lampu-lampu hias dan pohon natal mulai dipasang. Lagu-lagu dan kidung natal juga mulai terdengar dimana-mana. Iklan-iklan dari TV, Radio, Internet dan buletin bahkan majalah, koran harian dan mingguan ikut meramaikan suasana itu. Promosi perayaan natal dengan pengkhotbah a atau pembicara c diselenggarakan di Hotel U atau Restoran B bahkan stadion-stadion juga dipakai untuk acara natalan. Makin seru bukan? 
Lalu bagaimana seharusnya menyambut Kehadiran Tuhan di Tengah kehidupan bersama?

Telaah Bacaan Firman.
Kita perhatikan bahan bacaan Minggu ini : Dari Yesaya 63 : 7 – 9. Penulis Yesaya dengan tegas dan lugas mengungkapkan Pujian atas segala perbuatan Allah terhadap umatnya yang penuh kasih.
Menurut penulis Yesaya, Segala perbuatan Allah itu yang patut disebut-sebut. Disebut dalam bentuk seperti apa? Dalam konteks Kitab Yesaya adalah Penyembahan dan dan Pujian. Penyembahan atau bersembah hanya kepada Allah! Mengapa hanya kepada Allah? Yesaya menjawab “karena semua yang dilakukan Allah dalah untuk kebaikan manusia, bahwa Allah dengan serius menyatakan bahwa Umata Israel (baca Umata Allah) adalah UmatNya. MilikNya! Kepunyaan Allah! Bahkan Allah bertindak langsung, bertemu langsung! Ada bersama dengan manusia. Hadir ditengah Manusia. Dan secara ‘Humanis’ digambarkan pula oleh Yesaya bahwa Allah Mengangkat dan Menggendong Umatnya” Yesaya 63 : 7 – 9.
Bukankah penggambaran Yesaya itu luar biasa? Tentu Yesaya menggambarkan tindakan Allah seperti itu karena Yesaya mengalami langsung bagaimana Allah siang-malam, tiap waktu ditopang oleh kekuatan yang Dahsyat itu. Karena itu Yesaya berkata : “Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan Kasih Setia TUHAN......dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar” (Yesaya 63 : 10). Bagi Yesaya menyebut perbuatan Allah adalah persembahan, puja dan puji untuk Allah! Sesuai dengan kasih setia Allah yang besar. Jadi tidak dibuat-buat atau dikarang-karang pujian itu! Perhatikan kata Sesuai. Yesaya mengulang bunyi itu tiga(3) kali. Sesuai berarti : Seperti, Sama persis! Jadi tidak dibuat-buat atau dikarang-karang! Mari Puji Allah sesuai perbuatan Kasih SayangNYA yang besar!
Demikian pula dari Mazmur 148. Senada dengan kesaksian penulis Mazmur yang mengajak seluruh alam raya untuk memuji Allah. Penulis Mazmur bahkan sangat ‘EKSTRIM’ dalam ajakannya. Pemazmur bukan hanya mengajak manusia, tetapi malaekat pun diajak untuk memuji Allah! Tapi itu belum cukup bagi pemazmur, ia bahkan mengajak Matahari, bulan, bintang-bintang dan seluruh ‘tatasurya’ dan segala isinya (Mazmur 148 : 1-5). Jika saya terjemahkan dalam bahasa kita zaman sekarang ini, ayat 6 – 14 kira-kira bunyinya seperti ini : “Pujilah Tuhan! Hai segala mahkluk yang keliatan atau yang tidak nampak! Hai mahkluk Raksasa atau yang sekecil kuman/bakteri/virus! Pujilah Tuhan. Hai seluruh unsur cair, padat dan gas!”. Mengapa Pemazmur begitu yakin terhadap ajakannya yang universal itu? Karena bagi Pemazmur semua itu dibuat, diciptakan, dikreasi oleh satu tangan. Yaitu TUHAN. Semua yang ada di dunia bahkan meliputi seluruh Tatasurya dikreasi oleh satu (1) kekuatan dahsyat, yaitu TUHAN (ayat 5-6).
Dari Ibarani 2 : 10 – 18, kita diperhadapkan pada suatu pengakuan iman penulis Ibrani tentang : Allah yang menjadi sama dengan manusia untuk kemuliaan manusia.
Penulis Ibrani ‘mengingatkan’ Kristen/umat mula-mula dizaman itu bahwa ALLAH atau TUHAN sudah berada ditengah manusia dan selalu bersama dengan manusia menjadi saudara bagi manusia. Pada zaman penulis Ibrani Kekristenan/umat mula-mula ‘baru’ belajar bagaimana Beriman dan bagaimana memuji ALLAH atau TUHAN (bandingkan dengan umat kristiani sekarang). Bagi penulis Ibrani, Tuhan tidak pernah kemana meskipun ada dimana-mana. Artinya IA berada dalam segala lapisan masyarakat. Ia tidak bisa dibatasi oleh kuasa apapun karena itu IA rela menderita untuk masuk dalam seluruh lapisan kehidupan manusia. Itulah gambaran kasih yang tiada tara. Kasih yang oleh Yesaya digambarkan bahwa IA sendiri yang mendatangi umatNYA!
Tetapi dalam Injil Matius 2 : 13 – 23 Allah yang di puja-puji oleh Yesaya dan Pemazmur, dan yang diakui oleh Penulis Ibrani IA menjadi sama dengan manusia, ternyata menempuh jalan Penderiaan untuk menyatatakan KasihNya Pada Manusia. Nah ALLAH atau TUHAN seperti digambarkan oleh Yesaya dan Pemazmur itulah yang disaksikan oleh penulis Injil Matius. ALLAH atau TUHAN yang Dahsyat. ALLAH atau TUHAN Pencipta seperti dinyatakan oleh pemazmur diatas (Maz. 48 : 5-6) itulah yang disaksikan sebagai ‘manusia biasa yang terus menerus mengungsi karena kelahiran dan pertumbuhanNya selalu mendapat ancaman manusia lain” Matius 2 : 13 – 23. Allah yang menjadi sama dengan manusia, yang digambarkan oleh Yesaya 63 : 9a : Bukan seorang duta atau utusan, melainkan IA sendirilah yang menyelamatkan mereka”.
Tapi kehadiranNya tidak disambut! Bahkan dianggap lawan yang berbahaya, sebab itu IA harus di bunuh (Matius 2 : 13 dan 16). Bagaimana ALLAH atau TUHAN yang luar biasa kekuasaanNYA itu harus menjadi seorang pengungsi dan menjalani masa kanak-kanak yang tidak normal? Mengapa semua itu harus dijalani?
Yesaya dan Mazmur dalam bacaan kita diatas, menggambarkan bahwa semua itu harus ditempuh oleh ALLAH atau TUHAN hanya karena satu alasan. Yaitu, KASIH. Demikian juga Penulis Ibrani memberi alasan yang sama. 
Bahwa kasih itu adalah pengorban, maka belajarlah dari cara ALLAH atau TUHAN yang mengorbankan seluruh apa yang dimilikiNYA, termasuk Kekuasaan, Kemuliaan dan HakekatNya sebagai ALLAH atau TUHAN untuk hadir ditengah manusia.
Pertanyaan besar bagi kita di zaman sekarang ini adalah : BAGAIMANA MEMUJI ALLAH atau TUHAN DALAM CARA YANG BENAR, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH?
Seperti dalam awal renungan ini, sudah saatnya kita kembali :
1.   Apakah perayaan Natal yang selama ini kita lakukan sungguh-sungguh memuji ALLAH atau TUHAN seperti yang diserukan oleh Yesaya dan Pemazmur?
2.   Apakah hidup kita sehari-hari sungguh-sungguh merupakan pujian kepada ALLAH atau TUHAN, seperti yang digambarkan oleh Pemazmur?
3.   Apakah kita merasa bahwa ALLAH atau TUHAN selalu bersama dengan kita sehari-hari?
Hidup ini sesungguhnya adalah pujian dan syukur kita kepada ALLAH atau TUHAN karena KASIH SETIANYA YANG BESAR.

SELAMAT MENYONGSONG TAHUN BARU 2014, SELAMAT MEMUJI TUHAN. (RWM)
Rob Colection
Rob Colection


RWM.BOONG BETHONY