28/12/10

Pesan Natal PGI - KWI

“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”
(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: “Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema:“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”.
2. Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan “peradaban” yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; “peradaban” yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara; “peradaban” yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan.
Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.
Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.
Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).
Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih. Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10), yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, ─ dan demikian juga menyatukan diri kita dengan ─ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.
Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.
3. Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.

* Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:21), karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.
* Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.
* Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.
* Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.

Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:
SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011

Jakarta, 12 November 2010
Atas Nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.
Sekretaris Umum

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),

Mgr. M.D. Situmorang OFM Cap.
Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jenderal



RWM.BOONG BETHONY

27/10/10

Kumpulan Puisiku

CATATAN BEDJO KALI CODE

By. ROBERTH WILLIAM MAARTHIN

Yaa..anaku. Ketika muda kami 
Terjajah imperialis 
Lalu ku panggul tombak 
Kusandang Kariben dan mortir 
Ku hunus keris 
Darah imperialis berceceran 
Tunggang langgang. Merdeka! 

Ya Anaku! Itu dulu! 
Aku di puja, Di buat sejarah. Sumber ilmu. 
Dipelajari di SD, SMP sampai sekolah tinggi 
Semua bangga! 

Tapi sekarang anakku! 
Sesal diri tak habis 
Semua tak berarti lagi 
Tiada mimpi jadi nyata 
Yang kutuai pahit 
yang kulihat duka. 

Aku tertipu! 
Kawan-kawanku berkalang tanah 
bermandi darah di Tugoe, di lempuyangan 
di alun-alun, malioboro, jembatan solo 
yang menimbun di kali code. Tertipu! 
Nyata perjuangan itu bukan untuk rakyat 
bukan bagi negeriku 
Bukan bagi bunda pertiwi 

Kini kusesali 
Kenapa pelor belanda hanya menyisakan bekas luka dipunggung 
Mengapa tidak menembus dada atau meremukkan jatungku! 
Supaya tak kudapati, Anak-anak negeri memuja mimpi 
Agar tak kulihat sikaya memainkan hidup orang banyak. 
atau si kuasa mengacungkan telunjuk memusnakan dusun 
melenyapkan desa atau si imperialis kembali membenam tongkat membangun tembok-tembok pembunuh mendirikan roda-roda menggilas 

Oooh anakku! 
Tak tertahankan air mata jatuh 
Dulu pantang terjadi di perjuangan! 
Kini, ia mengalir, deras! 
Mungkin karena itu yang tersisa 
Hanya ini yang mampu kuberikan. 

Anakku 
Skarang tak sanggup aku baca koran 
Tak mampu melihat TV 
Aku takut 
Aku gentar 
Sebab semua bercerita tentang Penjajahan 
Semua memutar perbudakan


Ibumu 
Ibu kita 
Bunda pertiwi 
Skarang bukan Indonesia 
yang dulu ku bela 
yang dulu merenggut sobat-sobatku 
yang dulu. 


RWM.BOONG BETHONY

17/06/10

Dada kita beda.

Dada kita beda.

Gerai hitam bungkus bidang pundakmu
Lenggak-lenggok irama
Membuatku merona

Lentik
Sorot
Wajahmu
Mematang jiwaku

Gairahku
merangsang
menjilati

Karena aku lelaki
Sebab perempuan engkau.

Kau tahu?
Buah dadamu
memerosok
menjingkrak
menurut desah nafas
nafas kita.

ternyata semua biasa saja
sama dengan lainnya.

Disana mengapa TUHAN
memasang buah dadamu

(Taman Sri Gunting medio Juni 2010)

Tersibak.

Perempuan engkau
sebab itu gemar kusibak tiap lekuk tubuhmu. Tiap desah nafasmu, tiap pesona pahamu, dan terutama aura gairah buah dada ranum menggelapkan mata setiap lelaki.
Siapa tidak.

Wanita engkau
karenanya suka kumainkan tangan di balik baju  untuk membawamu masuk ruang inginku.
Mengapa tawar.

Ibu engkau
lantaran itu lembut hangat kutiduri engkau siang malam pada rahimmu
Aku anakmu.

(Taman Sri Gunting, Medio Juni 2010)



RWM.BOONG BETHONY