03/04/08

CATATAN CINTA.

RWM.BOONG BETHONY

KELANA
(Notes kecil untukmu)

Saat kau ajak aku berjalan dibawah rerimbunan hutan pinus
Kau rajut rasa sambil bersenandung
Tapi nyata
Pinus rimbun itu tak lagi sesejuk dulu
Rapuh batin ini
Wajah kita jadi asing
Lihat aku terantuk
Dapati diri terbaring rapuh
Sedang kau menatap cermin memoles gincu

Saat itu ku tahu
Sungguh kita tak pernah saling tahu
Lalu sesal pun
Tiada arti
Yang ada
Duka
Jam
dan Jam Duka.
(Makassar, November 1992)

BILA SAAT TIBA

Rindu
Hari-hari lalu panjang
Gairahku terbang membara
Bawa sejuta rasa
Ach, hari panjang melalar entah bila kan henti
Kenari masikah ada
Kepak sayap supaya terbang pulang
Rindu.
(Soppeng'93)

MADAH MELODI
Serupa gesekan biola
Lembut.
Getar jiwa,
Sukma merasuk.
(soppeng'93)

LIAR.

Kutatap lekat bola matamu
Cari pesona
Tapi hanya ada bara dan dengusan nafas tiada kendali
Basah kita.
(soppeng'93)

KERANDA

Bahu penghabisan
Kehormatan
Kenangan
Lupa
Musim abadi
Tiada tak
Tiada ya
Tiada tiada.
(Medio April 2009, Soppeng)

.........

Ziarah terakhir ketika
Aku cari cinta diantara lekuk pesona tubuh
Aku hilang
Juga kamu
Ketika kutemukan
Kau, juga aku
Dalam kesunyian
Hanya itu.
(Palopo, Juni 1989)

BIRU

Mencari asat, jiwa
Hanya karena kehadiranmu, kuterlena
Bukankah pernah kau pinta
Bangun rumah mingil
Supaya penuh canda dan tawa anak-anak
Ternyata bangun itu runtuh
senyummu lakmus
Akhirnya sia-sia
(Gambir, jakarta 1993)

KAMU

Dalam keteguhan,
Jiwa bergetar tanpa perduli
Bias.
(Monas, Jakarta 1993)

PUISI-PUISI PASKAH

RWM.BOONG BETHONY

KEMBARA I
Hidup adalah kisah
Dari setiap gembala yang tak pernah bosan
Berjalan pada padang kembara yang sama
Pada setiap Kerikil, onak dan duri yang juga tak pernah berubah
Lalau bila mana
Ada perhentian atau ada sebuah padang lain
Tak lagi butuh domba-domba berkejaran
atau
Sang gembala dengan tongkat sambil meniup seruling
Juga kerikil atau onak yang tak lagi merajam
Domba pun gembala
(Mataram, Paskah 1997)

KEMBARA II
(pada pondok di tepi Danau Galilea)

Seharusnya malam ini, kita bisa nyenyak
Tapi nyata tidak! keluh Barabas dalam duduk di perapian
Kita adalah pemimpi yang tiada bosn dengan mimpi
Kemaren kita nikmato bobroknya penjara Pilatus
Hari ini dengan selusin anggur merah
Kita nikmati lezatnya Domba guling mudah dan gurih
(malam itu Barabas mengajak berpesta, seekor Domba mudah jadi korban)

KEMBARA III
(episode lain)

Ketika kokok ayam bersahutan di ujung malam
Satu penyesalan jadi saksi
Ada mimpi dari sekelompok orang
Dan
Ketika mentarai menguak ngungun pagi
Petrus tak lagi jadi si batu karang
Wajah sembunyi dibalik beringas, takabur

Pagi ini cambuk dan cemeti banyak bicara
Melebihi sekedar kata
Ketika itu dicatat
Yang dikisahkan adalah
Kisah asmara antara Dia dan kita
Tragedi
Frustasi
dan Dramatik
(paskah, 1998 Singaraja)

DUKA KEMBARA
(catatn kecil, paskah 2000. Tenggarong)

Kalau ada padang tak bertepi
Kesana ku kan pergi
Lantaran episode yang melalar ini

Bila suatu hari rembulan menyata mentari
Sungai menyatu laut
Saat itu kian terasa kembara ini

Jika awan strato mengawini mendung
Bumi mengawini langit
Selamanya kembara duka

Ada ransel, ada tongkat
Bumi jadi bunda, mentari jadi bapak
Kembara terlahir

Ohoi..kaum kembara
Haruskah terus mencari?
Terus bertanya? Melangkah?

Kalau ada padang tanpa tepian
Dari sana aku pulang
Sebab pada saatnya harus kembali

Ketika itu tanya jawab
Tak lagi memiliki makna.


JAM KEBARA.

(nukil wajah-wajah)

Sesungguk depan sesaji
meliuk dupa
serupa kabut
warna-warni kembang
bertaburan

langit diam
guntur membisu
serui sejumput
tembang ilalang

tongkat, ransel tua dan kisah lampau
menggantung
pada palang pintu
Pintu masuk.

(Paskah 2011 - Semarang)